Rabu, 08 Januari 2020

Aku kalah Aku Pilih Menyerah, Jakarta


Jakarta sebuah kota dimana aku pernah hidup didalamnya, kota yang begitu banyak memberi diri ini pelajaran berharga, kota dimana aku bertemu sekumpulan keluarga baru, kota yang menempa diri menjadi lebih dewasa, dan kota dimana tersimpan banyak kenangan suka maupun duka.
Jakarta itu ibukota yang kata orang dulu lebih kejam dari ibu tiri. Namun aku bersyukur bahwa yang kujumpai dari kota ini adalah keramah-tamahannya. Kesempatan dan hingar bingar Jakarta bagai gula yg membuat semut-semut datang berebut.
.
Sekitar 4 tahun hidup di jakarta dengan status jomblo buatku tak terlalu masalah dengan kompleksitas permasalahan jakarta. Ku mencoba menikmati. Namun saat anak-anakku lahir aku berpikir ulang tentang kota ini. Benar kata orang, prioritas kita akan perlahan-lahan bergeser ketika kita sudah mempunyai anak. Begitu jg denganku. Pola pikir anak desa masih melekat di pikranku walaupun hampir satu dekade tinggal dijakarta.
.
Dan pada akhirnya aku memilih bahwa:
Aku telah menyerah dengan hingar bingar Jakarta,
Aku telah kalah dengan hiruk pikuknya Jakarta,
Aku telah kalah dengan ego anak desa,
Aku tak sekuat dan setegar orang-orang yang mengadu nasib dan peruntungannya di Jakarta.
Namun aku bersyukur pernah hidup di Jakarta.
.
Mereka yang masih hidup dijakarta adalah orang-orang yang menurut saya lebih tangguh, lebih tegar, lebih kuat dari rata-rata orang dalam segi mental, daya juang dan pikiran.
.
Dan kini jakarta dan daerah sekitarnya terendam banjir, mari kita sama-sama doakan agar banjir segera surut dan warganya kembali bangkit serta menjalani hidup seperti sedia kala dan menjadi lebih bahagia. Karena jakarta milik kita bersama, seluruh warganya adalah saudara kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar