Kamis, 13 Oktober 2011

Ketika Sang Mawar Mekar dari Kuncupnya


Dahulu, pada saat saya masih berstatus bujangan sungguh sangat bahagia rasanya ketika mendengar kabar atau mendapat undangan seorang teman yang akan menggenapkan setengah agamanya, baik itu teman SD, SMP, SMA, kuliah ataupun rekan kerja. Namun ternyata bukan hanya bahagia saja yang hinggap di hati saya, disana ada juga ada tanya “Kapan saya bisa menyusul mereka?”. Selalu dan selalu saja begitu ketika ada teman yang akan menikah, ada bahagia, ada juga tanya. Ketika saya lulus dari salah satu perguruan kedinasan di negeri ini, keinginan menikah telah ada dalam hati ini, “Lulus kuliah sudah langsung dapat kerja, terus mau apa lagi?” begitu kira-kira tanya yang bergaung dalam pikiran dan hati saya. Namun ternyata gayung belum bersambut, beberapa kali lobi kepada ibunda tercinta dan proses untuk ta’aruf berujung pada satu kata yaitu kegagalan. Setiap kali lobi ataupun proses ta’aruf menemui jalan kegagalan, satu yang kuingat pas ti saat itu bahwa “Sesuatu itu akan indah pada saatnya”. Entah dari siapa kalima itu berasal, yang pasti itulah kalimat penghibur diri ketika kegagalan atang menghampiri. Setelah akhirnya diri ini menggenapkan separuh agamanya lalu terbuai dalam alunan melodi cinta, kalimat “Sesuatu itu akan indah pada saatnya” seakan menguap begitu saja dari ruang hati dan pikir ini, hingga akhirnya dalam sebuah perenungan diri, kalimat tersebut muncul kembali, menghadirkan makna yang lebih dalam dari sebelumnya. “Sesuatu akan indah pada waktunya, karena Alloh Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya, terus berusaha, berdoa, percaya dan tunggulah datangnya kejutan indah dari-Nya, InsyaAlloh” itulah makna yang kudapati dari kalimat tersebut.

Ambillah perumpamaan sederhana seorang yang menginginkan sebuah mobil yang layak, dia sudah berusaha dan berdoa namun belum juga ia dapati mobil yang diinginkannya, namun setelah sekian lama menunggu, tiba-tiba Alloh berikan limpahan rizqi untuknya sehingga ia dapat membeli sebuah mobil yang spesifikasinya lebih tinggi dari mobil yang dulu diinginkannya. “Sesuatu itu akan indah pada saatnya”, bisa jadi saat orang itu menginginkan mobil dan dia masih belum bisa mendapatkannya, penghasilan yang dia peroleh pada saat itu menjadi tak cukup untuk biaya perawatan mobil dan bahan bakar mobil tersebut. Namun ketika saatnya tiba orang itu untuk memiliki sebuah mobil maka saat itu telah ada kesiapan baginya untuk membiayai perawatan mobil dan bahan bakarnya karena Alloh telah limpahkan rizqi untuknya.

Teruntuk saudara-saudariku yang sedang menanti hadirnya sang buah hati, mencari pendamping hidup, mencari pekerjaan dan menanti terwujudnya harapan-harapan dalam hidup ini hanya sebuah nasehat ini yang dapat kusampaikan kepada kalian . “Sesuatu akan indah pada waktunya sebagaimana keindahan sang mawar yang tebarkan wangi ketika ia mekar dari kuncupnya”, karena Alloh Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya, terus berusaha, berdoa, percaya dan tunggulah datangnya kejutan indah dari-Nya, InsyaAlloh...


kita hanya perlu menahan diri sejenak saja, walaupan memang itu tidak mudah...*)

*) status gtalk Masker (dengan sedikit edit)

Senin, 06 Juni 2011

Tawangmangu

Cuti bersama yang ditetapkan oleh pemerintah pada tanggal 3 Juni 2011 ku pergunakan untuk jalan-jalan berdua bersama istri. Setelah sebelumnya dalam suatu obrolan istri ingin bisa jalan-jalan ke tawangmangu tepatnya ke grojogan sewu, maka kami putuskan liburan tersebut kami gunakan untuk jalan-jalan ke tawangmangu. Berbekal informasi dari internet dan tanya kepada kawan yang tinggal di solo maka mulailah perjalanan kami....

Kamis 2 Juni 2011

07.00
Saya dan istri sudah berada di terminal Purwokerto untuk berangkat ke Jogjakarta. Kami memilih untuk ke Jogja terlebih dahulu karena tidak ada bis yang langsung dari Purwokerto ke Solo. Berangkat ke terminal menggunakan motor, lalu motor kami titipkan, satu malam dikenai tarif Rp 4.000. Sekitar pukul 07.00 pagi kami langsung menuju ke bis Efisiensi, sebenarnya kami mengejar bis yang berangkat setengah jam lebih awal, namun ternyata sudah tertinggal. Dengan bis yang nyaman ini kami membayar Rp 40.000 untuk sampai ke Jogja, harga itu sudah termasuk softdrink yang diberikan oleh awak bis untuk seluruh penumpang.

11.45
Perjalanan ditempuh kurang lebih 4 jam, dan sesampainya di Terminal Giwangan Jogja, istri ingin ke toilet, lalu kuantar dan sembari menunggu istri di toilet, ku tanya kepada penjaga toilet tentang bis jurusan solo. dari penjaga toilet diperoleh informasi bahwa bis jurusan solo untuk yang ekonomi seharga Rp 8.000 dan untuk yang PATAS seharga Rp 10.000, setelah istri keluar dari toilet kami putuskan untuk menggunakan Bis PATAS jurusan Surabaya yang berhenti di Terminal Tirtonadi Solo.

12.18
Setelah menunggu bis, maka jam ini kami memulai perjalanan dari Jogja menuju Solo.

14.10
Perjalanan yang ditempuh kurang lebih selama 2 jam, akhirnya sampailah kami di kota Solo, ini untuk pertama kalinya bagi saya menginjakkan kaki di kota ini. Berbekal informasi dari kawan bahwa dari Solo untuk menuju Tawangmangu ada Bis langsung Jaya, maka kami langsung mencari Bis tersebut.

14.15
Karena pertama kalinya bagi saya dan istri berada di terminal Tirtonadi maka kami bertanya kepada orang yang ada di terminal tentang bis Langsung jaya. Dan setelah ditunjukkan tempat bis tersebut mangkal maka jam 14.15 kami berangkat menuju Tawangmangu menggunakan Bis Langsung Jaya. Tarif untuk Bis ini Rp 7.500 dan Bis ke tawangmangu Ekonomi semuanya, tidak ada yang ber-AC. Frekuensi Bis Langsung Jaya lumayan sering, jadi jangan khawatir kehabisan Bis ini. Untuk diketahui bahwa bis Langsung Jaya ini berhenti seklai di terminal palur kurang lebih selama 10-15 menit sebelum sampai di terminal tawangmangu.

16.15
Sampailah kami di terminal Tawangmangu, karena belum makan siang, maka kami putuskan untuk mencari makan di sekitar terminal tawangmangu. Sore hari ternyata cukup banyak warung tenda yang buka, lalu kami putuskan untuk makan disalah satu tenda namanya Warung ARI. Di warung ini menu yang disuguhkan adalah Ayam Bakar dan Ati Bakar, kami memilih menu Ayam Bakar. Walaupun ramai, namun kami tak harus menunggu terlalu lama untuk pesanan kami. Setelah terhidang kami langsung saja makan hidangan tersebut, tentunya dengan berdoa terlebih dahulu. Setelah dirasa ternyata ayamnya empuk sekali, berdasarkan analisa saya dan istri, mungkin Ayam ini sebelum dibakar sudah di presto terlebih dahulu sehingga empuk sekali, dan hasil bakarannya tidak ada yang gosong. Oh ya Ayamnya juga gede lho (saya dan istri pesan Dada Atas). Nasi+Ayam Bakar+Teh Anget untuk 2 porsi kami harus membayar Rp 22.000, lumayan murah untuk ukuran Ayam yang besar dan rasa yang lumayan lezat. Warung ini terletak di belakang tulisan Terminal Tawangmangu. Selain warung itu ada juga Warung Bakso dan Mie Ayam, Warung Pecel lele Lamongan, Warung Bubur Kacang Hijau dan yang lainnya.

Setelah makan kami langsung menuju masjid At-taqwa yang berada tak jauh dari terminal Tawangmangu. Selesai Sholat dhuhur ashar jamak qosor, maka kami langusng mencari angkutan ke Grojogan Sewu sekalian mencari penginapan. Karena hari sudah sore angkutan umum berupa mobil L300 yang biasa naik ke atas sudah jarang penumpang maka kami ditawari carter mobil sekalian diantar ke penginapan. Harga carter Rp 20.000, entah murah atau mahal, namun karena ditawar sudah tidak bisa turun dan hari pun sudah mulai gelap, maka kami mengiyakan. Oleh sang supir kami diantar ke Penginapan Santoso Mulyo I, bentuknya semacam kos-kosan namun kamarnya lumayan besar dengan kamar mandi dalam dan televisi, harga per malam Rp 80.000 dengan minuman hangat (welcome drink) teh atau kopi.

Jum'at 3 Juni 2011
Hari ini kami langsung mencoba menuju ke Grojogan Sewu, namun pagi hari kami terlebih dahulu mencari sarapan. Kami pikir di dekat Grojogan Sewu banyak warung, tapi ternyata belum buka...walhasil kami kembali ke penginapan dan memesan sarapan di penginapan tersebut. Harga nasi Goreng+Telor Ceplok+Teh Anget untuk 3 porsi seharga Rp 27.000. Kok 3 porsi? ya karena adik ipar saya menyusul dari Jogja maka kami pesannya 3 porsi. Sekitar pukul 9 pagi kami mulai kembali ke grojogan sewu, oh ya jarak penginapan ke grojogan sewu hanya sekitar 100 meter, deket bro....

Karcis masuk ke obyek wisata Grojogan Sewu seharga Rp 6.000 untuk satu orang, setelah kami masuk, kami harus menuruni anak tangga sejauh sekitar 500 meter untuk dapat sampai di Grojogan Sewu-nya. Perjalanan menuruni anak tangga cukup mengasyikkan karena kanan kiri yang kami lihat adalah pepohonan yang rindang, jadi tidak terlalu terasa capek. dan ketika sudah dekat dengan air terjun Grojogan Sewu, kami disambut oleh para pedagang asongan dan juga kera-kera yang banyak berkeliaran disana, dan kalau kita tidak mengganggu dan hanya lewat saja, mereka juga tak akan mengganggu atau menyerang kita.

Tips : jangan membawa kacang atau makanan ketika melewati gerombolang kera tersebut, karena kalau menenteng kacang atau makanan maka bisa jadi makanan anda diserbu kera-kera tersebut.

Ketika jam menunjukkan pukul 11.30 kami putuskan untuk kembali ke penginapan untuk bersiap pulang lagi ke Purwokerto, karena istri hari Sabtu dapat jadwal piket, namun sebelum pulang, kami sempatkan membeli Jeruk Baby (kata orang sana), semacam jeruk sunkies, namun ukurannya jumbo-jumbo yang diambil dari kebun yang ada di dekat daerah wisata Grojogan Sewu...3,5 Kg dihargai Rp 20.000 cukup murah, sebenarnya ingin bli lebih banyak tapi bawanya yang repot...hehehehe

dan setelah packing kami kembali ke purwokerto dengan rute dan angkutan umum yang sama dengan pada saat kami berangkat...

Oh ya kalau anda membawa kendaraan pribadi maka sebelum sampai di terminal tawangmangu ada juga objek wisata Candi Cetho, Candi Sukuh dan Kebun teh Kemuning, jalan masuknya ada di sebelah kiri jalan dari arah solo. Dan jika masih sempat anda bisa melanjutkan perjalanan ke telaga sarangan yang katanya sudah masuk di wilayah Jawa Timur, dari terminal tawangmangu tinggal mengikuti jalan besar saja.

Itulah sekelumit cerita perjalanan saya dan istri untuk pertama kalinya...semoga tulisan ini dapat membantu agan-agan jika ingin berkunjung ke Tawangmangu...sampai jumpa lagi di Cerita Jalan-jalan kami selanjutnya....^_^

oh ya fotonya menyusul...belum sempat ditransfer dari HP and camdig...^_^

Selasa, 24 Mei 2011

Lagu PJKA'ers

Kayaknya lagu dari Kang Didi Kempot dengan judul Layang Kangen pas banget buat para PJKA'ers (Pulang Jum'at Kembali Ahad) a.k.a Bulok (Bujang Lokal), hehehehehe...lagunya bisa didownload disini dan ini liriknya yang diambil dari blog matriphe

Layangmu tak tampa wingi kui
Wis tak waca apa karepe atimu
Trenyuh ati iki maca tulisanmu
Ra krasa netes eluh ning pipiku

Umpama tanganku dadi suwiwi
Iki uga aku mesti enggal bali
Ning kepiye maneh merga kahananku
Cah ayu entenana tekaku

Ra maido sapa wonge ora kangen
Adoh bojo pengen turu angel merem

Ra maido sapa wonge ora trenyuh
Ra kepethuk sak wetara pengen weruh

Percaya aku kuatna atimu
Cah ayu entenana tekaku

Artinya adalah sebagai berikut:

Suratmu sudah kuterima kemarin
Sudah kubaca apa maksud hatimu
Tersentuh hatiku membaca tulisanmu
Tak terasa menetes air mata di pipiku

Andai tanganku jadi sayap
Sekarang juga aku pasti pulang
Tapi bagaimana lagi karena keadaanku
Anak cantik tunggulah kedatanganku

Tak disangkal siapa yang tidak kangen
Jauh kekasih ingin tidur sulit memejamkan mata

Tak disangkal siapa yang tidak tersentuh
Tak bertemu lama ingin berjumpa

Percaya aku kuatkan hatimu
Anak cantik tunggulah kedatanganku

Senin, 02 Mei 2011

Sebuah Sajak Tentang Cinta (Just 4 My Lovely Wife)

Dulu ku tak mengerti apa itu Cinta
Lalu bertanyaku pada Mentari apa itu Cinta
Dengan tegas dijawabnya,
"Saat kubagi kehangatan dan terang pada sang Bumi...itulah Cinta"

Namun masih belum ku mengerti
Lalu kutanya pada Sang Rembulan apa itu Cinta
Dan dijawabnya,
"Saat kuterangi kegelapan malam dengan sinar teduhku...itulah Cinta"

Belum jua kupahami,
kutanyakan lagi pada Sang Embun apa itu Cinta
Dengan lembut dijawabnya,
"Saat hadirku menyejukkan dan menyegarkan pagi...itulah Cinta"

Dan saat ku mulai lelah bertanya,
kini baru kemngerti apa itu Cinta
"Saat ku menikah denganmu
Saat ku berjanji akan SETIA menjaga nyala Cintamu
dengan segenap jiwa ragaku...itulah Cinta"

Karena hanya engkaulah yang tercantik di Hatiku
pelengkap hidupku
penentram jiwaku...

Sayangku...
Ku ingin mencintaimu karena Alloh Subhanahu Wa Ta'ala
Harapku Cinta ini kan terus tumbuh menjulang hingga ke Surga...

Senin, 18 April 2011

Surat Cinta Untuk Istriku (7 Maret 2011)

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Alhamdulillah
Segala puji kita panjatkan kehadirat Alloh atas segala nikmat yang terhitung banyaknya yang dikaruniakan kepada kita, Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada qudwah hasanah kita Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wasalam beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia berjalan diatas ajarannya hingga yaumil akhir kelak...

Istriku...
Di hari yang indah dan bahagia ini, ijinkan diri ini tuk ungkapkan rasa dalam hati melalui untaian kata yang sederhana ini.
Sungguh hanya karena kehendak Alloh, di hari ini kita disatukan dalam suatu ikatan suci, telah ku ikrarkan janji sakral nan agung ini, perjanjian yang tak hanya disaksikan oleh para manusia, namun juga oleh Ilahi Robbi. Oleh karenanya ku kan pertahankan janji ini seberapa pun besar badai ujian menghantam bahtera keluarga kita.
Semoga dengan ikatan suci ini Alloh senantiasa melindungi kita dari segala macam fitnah hati dan duniawi.

Istriku...
Begitu bahagia diri ini saat dulu kau nyatakan kesediaan dan keikhlasanmu untuk menerima pinanganku, menerimaku sebagai calon qowwammu, menerimaku dengan segala lebih dan kurangku.

Sungguh tak dapat ku pungkiri bahwa sepi yang selama ini menggelayut di langit hati hajatkan hadirmu disisi, ku akui bahwa ku hanyalah seorang lelaki biasa, dengan cinta yang biasa, oleh karenanya ku butuh hadirmu tuk jadikan cinta ini cinta yang tak lagi biasa.

Jua ku sadari padamu melekat kekurangan, namun ku ingin kau tahu bahwa ketika rembulan tak Purnama, tetap malam terhiasi teduh cahayanya, begitu pun inginku padamu, walau tak sempurna, kasih tulusmu kan tetap jadi hiasan hidupku, dengan balutan keanggunan cinta dalam indahnya taman takwa, berjalan kita bersama.

Istriku...
Ku tak dapat berjanji kan berikan dunia padamu, karena dunia ini hanyalah sementara waktu...satu yang menjadi janji dan azzamku adalah ku ingin dapat menjadi suami yang dapat buat bidadari-bidadari cemburu padamu, dengan taat dan patuhmu pada syariat Tuhanmu dan sunnah Rosulmu, dengan taat dan patuhmu padaku sebagai qowwammu, hingga hanya Barokah dan Ridho Alloh-lah yang senantiasa menaungimu dan hanya surgalah yang menjadi tempat kembalimu.

Istriku...
Lama ku mencari dan menanti, hingga Alloh takdirkan dirimu tuk menjadi belahan hati ini, Alloh jadikanmu tulang rusukku yang selama ini kucari sebagai pelengkap diri ini meniti jalan menuju keridhoan Ilahi.

Istriku...
Tahukah engkau, dalam setiap untaian doaku dalam waktu-waktu mustajabnya sebuah doa selalu kusebut namamu…
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang mencintai dan dicintai Alloh Subhanahu wa ta’ala,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang bisa menerima diriku dan keluargaku apa adanya,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang jadikan qonaah sebagai hiasan hidupnya
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang bersamaku membentuk rumah tangga yang kan hadirkan barokah, ridho dan ampunan Alloh Subhanahu wa ta’ala,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang bersamaku mendidik anak-anak kita kelak menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah,
istri yang cantik hati dan parasnya yang mengingatkanku ketika ku salah dan khilaf,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang jika dipandang membuatku semakin sayang, jika ku pergi membuatku merasa aman karena bisa menjaga kehormatannya dan hartaku sebagaimana disebutkan oleh Nabi yang mulia dalam sabdanya.
Itulah nama-namamu yang selalu kusebut dalam untaian doaku, yang dengan sebutan-sebutan itu juga doaku untuk dirimu, sehingga aku ridho padamu dan Alloh pun ridho padamu, sehingga kelak syurga-lah yang kan jadi tempat kembalimu.

Istriku...
Engkau tidaklah sebaik ibunda khadijah
tidaklah setegar ibunda khansa
tidaklah secerdas ibunda aisyah
tidaklah secantik ibunda zainab binti jahsyi
tidaklah sebijak ummu sulaim
Engkau hanyalah seorang seorang perempuan yang berusaha merajut cinta Allah
dengan segala keterbatasan
Ijinkanku menggapai dan menuntunmu mengarungi hari-hari
dalam bahtera cinta menuju keridhoan Ilahi

Istriku...
Diriku sadar, sungguh sangat sadar, ku hanyalah manusia biasa, lelaki biasa, tak seperti Nabi Muhammad SAW yang mulia dan paling baik terhadap keluarganya, tak seperti para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para ulama salafussholeh yang begitu baik ibadahnya, yang zuhud kehidupannya, yang begitu besar kecintaan mereka pada Nabi dan Rabb mereka. Aku hanyalah lelaki biasa, umat Nabi Muhammad SAW yang tengah berusaha untuk mengikuti sunnah-sunnahnya, yang sedang berusaha untuk mencontoh akhlaknya. Aku hanyalah lelaki biasa yang rindu kau hadir disisiku.

Istriku...
Ijinkanku untuk membimbing langkahmu menuju keridhoan tuhanmu
Ijinkanku tuk mensyukuri hadirmu disisi sebagai anugerah terindah dari Ilahi Robbi dalam kehidupanku
Ijinkanku jadikan bahu ini untuk kau jadikan sandaran ketika lelah dan letih menyambangimu
Ijinkanku jadikan tangan ini tuk membelaimu dengan penuh kasih sayang dan tuk usap air matamu ketika sedih menghampirimu
Ijinkanku tuk juga dapat merasai sedih dan bahagiamu
Ijinkanku tuk mencintaimu dengan sederhana

Istriku...
ku sadar dan kau pun sadari bahwa bahagia tiada selalu menyertai, terkadang jalan terjal harus bersama kita daki, aral lintang harus kita lewati, tak jarang kita harus mengusap air mata yang menetes di pipi, namun itu tiada menyurutkan kita tuk langkahkan kaki, dengan ilmu, kesabaran dan kemantapan hati, serta petunjuk Ilahi, bersama kita melayar bahtera ini.

Istriku...
Jika cinta dapat lenyap karena hilangnya sebab
maka ijinkanku untuk mencintaimu karena Alloh
karena hanya Dia-lah Dzat yang Maha Hidup
Dan diakhir surat sederhana ini, di saat kau telah halal bagiku, ijinkanku tuk berucap kata yang selama ini ku pendam dalam hati bahwa “IJINKANKU MENCINTAIMU KARENA ALLOH DUHAI ISTRIKU TERKASIH...”

Semoga Alloh senantiasa membimbing langkah kita mengarungi samudera kehidupan tuk meniti jalan Surga-Nya

Semoga Alloh jadikan rumah tangga yang kelak kan kita bina menjadi rumah tangga yang sakinnah mawaddah wa rohmah, rumah tangga yang senantiasa terlimpahi barokah, rahmat, cinta, ampunan dan ridho Alloh Subhanahu wa ta’ala

Semoga Alloh karuniakan kepada kita anak keturunan yang sholeh dan sholehah...Aamiin...

Purbalingga, 7 Maret 2011

Dari suami yang mencintaimu

Selasa, 01 Maret 2011

Dear Diary...(menjelang hari H)

Diary....Tiada terasa begitu cepat sang waktu berganti dan terus berganti, seakan tak kenal kompromi melibas segala yang dilewatinya. Begitu pun yang terjadi pada diri ini, pagi tadi sejenak ku merenungi akan waktu ini...Ya Alloh, begitu cepat rasanya waktu ini bergulir, tiada terasa pekan depan ku kan berucap perjanjian yang berat, yang hanya disebut 3 kali dalam Al-qur'an. Dua perjanjian itu diantaranya adalah perjanjian Bani Israil dan perjanjian para nabi yang dengan itu Alloh angkat bukit tursina. Sedangkan satunya lagi adalah janji dua manusia untuk mengikat cinta yang telah Alloh anugerahkan dalam bingkai pernikahan.

Diary...dalam waktu-waktu menjelang hari H ini, terkadang ada rasa yang entah apa itu namanya menyelusup dalam hati, namun begitu rasa itu hadir, ku langsung mengadu pada Dzat Yang Maha Menguasai hati ini, agar ku tak terjebak dalam syak wasangka dan agar tak melenceng niatan dalam hati ini.

Diary...aku sangat bersyukur pada Alloh, karena atas kemudahannya telah kupenuhi janjiku padaNya, kini ku telah hapal 1 Juz dalam Al-qur'an, walaupun itu baru juz 30 yang ternyata berdasarkan cerita teman-teman sudah banyak anak usia SD hapal Juz 30 tersebut. Tapi tak mengapa, bagiku itu merupakan bekalku untuk menjadi imam bagi istriku kelak, agar ketika nanti Qiyamul lail berjamaah bersama istri, ku bisa sekaligus muroja'ah hapalanku itu.

Diary...kurasa cukup sekian dahulu ku tuliskan disini apa yang ingin ku ceritakan padamu...

Sabtu, 12 Februari 2011

Bersama Kesulitan ada Kemudahan (3)

30 Januari 2011

Setelah kemarin dalam tulisan sebelumnya, kuceritakan bahwa ibunda sudah merestui diri ini untuk akad nikah terlebih dahulu, maka hari ini ku menuju stasiun Jatinegara untuk membeli tiket pulang sabtu depan, padahal sebelumnya tak ada rencana untuk pulang kampung, namun ternyata adik sepupu ku dari Kalimantan mendapat tugas untuk belajar di RS Harapan Kita selama sepekan dan rencanya dia akan menghabiskan sepekannya lagi untuk berkunjung ke rumahku, maka ku putuskan untuk pulang sekalian karena adik sepupuku tidak terlalu paham jika naik kereta api, oh ya atu lagi, kepulanganku kali ini juga untuk mengambil STNK motorku yang baru ku perpanjang tahun ini. Setelah mendapatkan tiket, langsung ku coba mencari uang Rp 10, hal ini berkaitan dengan mahar yang diminta oleh calon istriku, berbekal informasi dari seorang kawan di kantor, maka kususuri trotoar di sepanjang jalan dari Stasiun Jatinegara menuju Pasar Jatinegara. Dan Alhamdulillah disana ada seorang bapak yang menjual dan membeli uang lama, baik koin ataupun kertas, dan pada saat kutanyakan adakah uang pecahan Rp 10, dia langsung menyodorkan beberapa lembar uang kertas dengan nilai nominal yang kusebut tadi. Sembari memilih ku tanya harganya, dia meminta Rp 15.000 satunya, lalu kutawar dan mentok di harga Rp 10.000, pikirku, Ya sudahlah toh ini untuk calon istriku juga, Rp 10.000 masih wajar...hehehehehehehe

Alhamdulillah...syukur tiada henti kulafazkan dalam hati dan lisan ini atas kemudahan yang telah Engkau beri Ya Alloh....

5 Februari 2011

Sepekan berselang dan hari ini kembali kunikmati kebersahajaan dan segarnya udara kota kelahiranku, Purwokerto. Ternyata hari ini Keluarga Calon istri akan datang ke rumah untuk membahas tanggal akad nikah, hal ini kuketahui dari ibunda ketika ku telpon beliau kalau tak salah pada hari rabu sebelumnya. Dan dari pembicaraan tersebut, sebenarnya diriku dan ibu sudah setuju dengan tanggal yang diajukan oleh pihak calonku yaitu tanggal 5 Maret 2011 karena kebetulan hari itu merupakan hari libur nasional, namun kakekku dari pihak ayah kurang setuju dan kata beliau menurut hitungan jawa kurang bagus (walaupun aku tak setuju dengan alasan beliau), akhirnya setelah pembicaraan tersebut disetujuilah bahwa tanggal 7 Maret 2011 akad nikah akan dilaksanakan. Ehm...ku tegaskan pada ibunda, bahwa kesetujuanku atas masukan kakekku bukan karena diriku percaya dengan hitungan jawa beliau, namun lebih karena menghormati beliau sebagai sesepuh di keluarga kami.

Setelah makan siang bersama, calon ibu mertua memberi tahuku, kalau nanti setelah acara ini untuk ikut ke toko untuk mengepaskan Jas yang akan kupakai ketika akad kelak. Terus terang ada rasa tak menentu ketika mengukur Jas tersebut, mengapa? Karena inilah pertama kali ku pergi dan berbelanja bersama calon bapak dan ibu mertua, calon adik ipar dan calon istriku. Namun sepertinya rasa itu bolehlah kusebut BAHAGIA....^_^

Senin, 31 Januari 2011

Bersama Kesulitan ada Kemudahan (2)

28 Januari 2011

Oh ya, sebelum jauh ku bercerita disini sedikit mengingatkan kalau tulisan ini berhubungan dengan tulisanku sebelumnya yaitu Bersama Kesulitan ada Kemudahan. DI tulisan sebelumnya ibundaku masih berkeberatan jikalau diriku dan dirinya melaksanakan akad nikah dahulu, namun setelah ku meminta pendapat kepada salah seorang rekan kerja, beliau menyarankan diriku untuk mencoba kembali melobi ibundaku, bukan berarti menentang ibundaku namun ketika hal yang memang harus disegerakan ternyata ditunda bukan karena alasan yang syar'i maka melobi ibunda adalah jalan ikhtiarku untuk menyegerakan apa yang seharusnya disegerakan. Oleh karenanya, ba'da sholat isya ku telpon Paklik-ku yang selama ini menjadi tempat ibu untuk sharing atau merundingkan sesuatu dalam keluarga besar kami. Pembicaraan dengan Paklik-ku langsung ke inti permasalahan, kusampaikan keberatan ibundaku juga kusampaikan bahwa hal ini (menikah) merupakan salah satu urusan yang tak boleh ditunda-tunda jika memang sudah siap, walaupun akad dahulu kukatakan bahwa itulah sebenarnya substansi dari pernikahan, karena setelah akad itulah ku telah halal bagi istriku dan istriku pun telah halal bagiku masalah resepsi walaupun memang dianjurkan bisa dikatakan sebagai pelengkap saja. Alhamdulillah Paklik-ku sependapat denganku dan ketika ku minta bantuannya untuk melobi ibundaku, beliau bersedia, "Baiklah Fi, besok mungkin akan Paklik telpon ibumu" begitu kata beliau.

29 Januari 2011

Alhamdulillah akhirnya hari yang dinanti datang juga, sabtu, saatnya untuk sejenak merehatkan tubuh ini setelah penat yang menggelantungi diri selama senin-jum'at. Seperti biasa jadwal yang kurancang untuk sabtu ini adalah mencuci pakaian. Sempat bermalas-malasan akhirnya agenda mencuci terlaksana juga (maklum anak kos, hehehehe). Seusai mencuci ku kembali ke kamar, sembari ingin mengetahui jam berapa saat itu kulirik HPku, dan ternyata ada 2 misscall dari Paklik-ku, "Wah pasti Paklik sudah menelpon ibu nieh" batinku. Langsung saja ku telpon balik beliau, dan ternyata benar dugaanku, Paklik telah menelpon ibunda dan menyampaikan seperti apa yang kusampaikan kemarin kepada beliau, kata Paklik-ku setelah beliau menjelaskan kepada ibundaku, sepertinya ibunda sudah menyetujui dan tidak berkeberatan lagi, "Alhamdulillah" batinku.

Ketika pagi beranjak meninggi menuju siang hari satu SMS dari ibundaku masuk ke HP ini, "Fi sudah dapat belum maharnya" begitu isi SMS ibundaku. "Wah, benar nieh kata Paklik, ibu bertanya seperti ini berarti ibu sudah setuju" batinku, lalu kubalas "Belum bu, InsyaAlloh besok baru saya cari".

Dan saat malam datang mengganti siang yang telah tenggelam oleh gelap, ku telpon ibundaku ba'da sholat isya, sembari membicarakan tentang mahar yang baru besok kucari kutanyakan jua bagaimana jadinya kalau akad dahulu, dan ibundaku berkata "ya sudah ndak apa-apa kalau akad dahulu..." Alhamdulillah...berulang kali ku puji nama-Mu Ya Alloh....

Kemarin saat kesulitan datang menyapa ku yakinkan diri bahwa pasti di ujung jalannya Alloh telah memarkir Kemudahan, dan Alhamdulillah kemudahan itu akhirnya Alloh berikan padaku dalam urusan ini. Karena dalam ayat cinta-Nya yang begitu indah, Alloh telah tegaskan dua kali "Fa Innama'al 'usri yusro. Innama'al 'usri yusro." (Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan) Q.S 94 : 5-6.

Sedikit saja membahas dua ayat diatas (jadi biar ngga cuman curhat doank, tapi nambah ilmu juga...hehehehehehehehe), saya ambilkan pembahasan dari tafsir Juz 'amma karya Syaikh Utsaimin disebutkan bahwa Ibnu Abbas Radhiyallohu anhu tentang ayat ini berkata, "Tidak akan mungkin satu kesulitan akan mengalahkan dua kemudahan".*

menurut ahli balaghah, "Arah perkataanya adalah bahwa kesulitan tidak disebut melainkan satu kali". Lho kok bisa?

Jadi Kesulitan yang pertama diulang dalam kesulitan yang kedua dalam bentuk ma'rifah** sedangkan kemudahan disebut dalam bentuk nakirah. Kaidahnya, jika ism disebut dua kali dengan bentuk ma'rifah, maka yang kedua sesungguhnya adalah yang pertama, kecuali sangat sedikit yang tidak demikian. Sedangkan jika ism disebut dua kali dalam bentuk nakirah, maka dia bukan yang pertama. Jadi di dalam dua ayat yang mulia diatas, dua kemudahan dan satu kesulitan. Karena kesulitan disebutkan dua kali dengan bentuk ma'rifah.

Perkataan ini adalah berita dari Alloh Azza Wa Jalla dan berita-Nya adalah berita yang paling sempurna kebenarannya. Janji-Nya tidak pernah diingkari.

Setiap kali suatu perkara sulit bagi anda, maka tunggulah Kemudahannya.


* : Al-Muwaththa', (2/446); Ibnu Abi Syaibah, (5/335, 13/308); Al-baihaqi, Syu'ab Al-Iman, (7/205-206); dan Al-hakim, (2/301).

** : lafazh yang menunjukkan benda tertentu


Sumber : Pengalaman Pribadi dan Tafsir Juz 'Amma karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darul Falah

Jumat, 28 Januari 2011

Bersama Kesulitan ada Kemudahan

Kali ini saya hanya ingin berbagi cerita dengan para pengunjung blog ini (baca : CURHAT)...^_^

23 Januari 2011
Hari ini kupacu motorku menuju sebuah kota tentangga yang beberapa kali sudah kukunjungi. Agak tidak sesuai dengan rencana awal, karena awalnya hari ini saya dan ibu tercinta berencana mengunjungi rumah calon mertua, dengan maksud menanyakan kelanjutan kapan hubungan saya dan anaknya dapat resmi dan hahal dalam ikatan pernikahan, karena sudah berselang satu bulan saya melamar anaknya. Semakin mendekati rumahnya entah mengapa perasaan dag dig dug alias grogi masih saja ada dalam hati, sembari melafazkan doa dari lisan ini sepanjang perjalanan semoga nanti tidak ada salah ucap yang menyinggung calon mertua.

Sekitar pukul 10 lebih pagi itu sampailah diri ini dirumahnya, calon ibu mertua yang membukakan pintu, dan setelah duduk dia keluar ikut duduk bersamaku dan ibunya (duduknya berseberangan lho ya....) dan dari obrolan pembuka kuketahui bapaknya sedang pergi memancing bersama adiknya yang kebetulan sedang libur semesteran. Singkat cerita menjelang pulang kusampaikanlah maksud kedatanganku pada hari itu (bapaknya sudah bergabung). Di hadapan kedua orang tuanya kutanyakan bagaimana kelanjutan dari lamaranku kemarin, kapan ku bisa menikahi anak gadisnya itu, lalu oleh bapaknya dijawab bahwa prinsipnya untuk hal baik seperti ini haruslah disegerakan, lebih cepat lebih baik, kata beliau, namun dengan berbagai pertimbangan bagaimana kalau akad nikah saja dahulu dan untuk resepsi menyusul kemudian...."Yes, Alhamdulillah, cocok klo begitu" teriak girang dalam batin saya.

"Jadi bagaimana kalau akhir bulan ****** atau awal bulan ******? mas Luthfi setuju?"
"Baik pak kalau memang seperti itu jalan tengahnya, saya setuju, nanti saya sampaikan ke ibu saya" jawabku

Walhasil perjalan pulangku kulantunkan salah satu nasyid berjudul hari bahaia sembari tak henti hati ini bersyukur pada Alloh...padahal sebelum berangkat sudah kusiapkan kalimat negosiasi jika pihak sana mengetengahkan pilihan yang terlalu lama waktunya, tapi qodarulloh dimudahkan oleh Alloh.

Sesampainya di rumah ku ceritakan hasil kunjunganku tadi, dan ibu sepertinya masih keberatan jika harus akad dahulu, kenapa ndak dibarengin sama resepsi sekalian? begitu tanya ibu, namun sebelum keberangkatanku kembali ke ibukota beliau bilang "ya sudah klo maunya seperti itu"...plong...agak tenang sekarang...^_^

27 Januari 2011
Sepulang dari masjid setelah menunaikan sholat isya, ku telpon ibu, menanyakan kabar dan menyapanya serta menanyakan masalah rencana pernikahanku dan ternyata ibu masih keberatan, beliau mau mencoba mebicarakan lagi dengan pihak calonku bagaimana kalau akad dan resepsi dijadikan satu namun waktunya diundur lagi...langsung saja kembali hati ini gelisah, bunga bahagia yang kemarin-kemarin memenuhi hati ini tiba-tiba saja layu....ku coba memberi pengertian kepada ibu, bahwa tak masalah kalau akad dulu, agar diriku jadi lebih tenang, namun ibu masih saja berkeras...walhasil perjuanganku melobi ibundaku masih harus berlanjut....dan sebagaimana kemaren Alloh beriku Kemudahan berupa jalan tengah dari keluarga sang calon, kini Alloh beriku lagi ujian, namun kembali aku yakin bahwa dibalik ujian ini pasti akan ada Kemudahan...yakin...

oleh karenanya, mohon doa dari blogger-blogger semua ya, semoga Alloh mudahkanku untuk melobi ibunda, agar tak ku tergesa-gesa namun juga tak menunda-nunda untuk menyempurnakan separuh agama...lanjutan ceritanya ada di sini

Selasa, 25 Januari 2011

Doa seorang (calon) suami


Ya Alloh, Wahai Dzat Yang Maha Menguasai Hati, luruskan niatan dalam hatiku menujunya agar mampu ku sempurnakan agamaku...

Wahai Tuhan seru sekalian alam, bimbinglah hatiku agar mampu ku tunjukkan padanya betapa nikmatnya kehidupan berumah tangga dalam tali aqidah dan syariah...

Ya Alloh, bimbinglah kami untuk selalu bersyukur atas kenikmatan yang Engkau berikan...

Ya Rohmaan, Ya Rohiim, Ya Kariim, jadikanlah diriku kenangan yang baik bagi istriku jika Engkau mencabut nyawaku terlebih dahulu...Dan jadikanlah pula istriku kenangan yang baik bagiku jika Engkau mencabut nyawanya terlebih dahulu...

Ampunilah kami Ya Alloh, dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kebangkitan kelak, hari dimana harta, suami-istri, dan anak-anak keturunan tiada berharga...Aamiin...


sumber : Buku "Bismillah...Jadilah Isteriku" karya Masnur Marzuki

Sabtu, 22 Januari 2011

Amalan Unggulan

Suatu hari, Rasulullah dan para sahabat berkumpul dengan Rasulullah disebuah majelis, di masjid. Ketika itu, tiba-tiba Rasulullah berkata, sebentar lagi, akan ada seorang sahabatku datang, dia adalah calon ahli surga". Para sahabatpun penasaran. Gimana lagi, masuk surga itu susah, makanya para sahabat berburu orang-orang yang diberi stempel "DIJAMIN MASUK SURGA", untuk dikorek tips dan kiat-kiatnya. Pada saat itu, para sahabat bertanya-tanya: siapakah gerangan orang itu? di majelis itu, sudah lengkap orang-orang hebat yang amalannya luar biasa, Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali bin Abi Thalib, dan orang-orang luar biasa perjuangannya disis Rosululloh, lengkap sudah, tidak ada yang absen. Siapakah orang yang dimaksud Rasulullah itu??

Beberapa menit kemudian, datanglah seorang sahabat yang berpenampilan sederhana. Sebut saja, si Fulan. Orang-orang terheran-heran, kok bisa dia jadi calon ahli surga?? Padahal, kalau dilihat-lihat, amalan kesehariannya rata-rata kok dengan para sahabat yang lain?

Hari berikutnya, dan berikutnya, Rasulullah pun berkata sama, dan orang yang sama juga yang dimaksud oleh Rasulullah. Akhirnya, salah satu sahabat, yakni Abdullah bin Umar bin Khattab rupanya tidak mampu lagi membendung rasa penasarannya. Dia meminta izin pada sahabat tersebut untuk menginap beberapa hari di rumahnya. Misi Abdullah bin Umar satu: untuk menjawab pertanyaan tentang amal apa yang dilakukn oleh si fulan hingga dia mendapat "stempel" ahli surga. Setelah beberapa hari Ibnu Umar memperhatikan tentang amalan si Fulan..hasilnya, amalan tersebut merupakan amalan yang juga tidak ditinggalkan oleh para sahabat lain. Lalu, apakah yang spesial yang lain daripada yang lain?? Pertanyaan itu tidak terjawab. Akhirnya, Ibnu Umar mengakui misinya itu kepada si fulan, dan langsung meminta jawaban atas pertanyaan di atas. si fulan pun menjawab,"Wahai Ibnu Umar, sesuai dengan yang engkau lihat, amalanku kurang lebih sama dengan amalan kalian. namun, ada satu hal..setiap malam, sebelum aku tidur, di atas ranjangku aku berkata 'Ya Allah, aku maafkan semua kesalahan dari saudara-saudaraku yang mereka lakukan padaku hari ini baik yang disengaja maupun tidak'. mungkin itu yang menyebabkan Rasulullah berkata seperti itu". Ibnu Umar berkata,"Ya, itulah yang menyebabkanmu menjadi ahli surga. karena amalan itu sangat berat sekali pelaksanaannya.."
(sumber: http://maryamsmeer.blog.com/3428345/)

Beda lagi dengan kisah Bilal bin Rabbah, salah seorang sahabat rosul yang suara terompahnya terdengar di surga, dalam suatu riwayat bahwa suara terompahnya terdengar di surga karena Bilal selalu setelah menunaikan wudhu dia akan sholat sunnah wudhu, Subhanalloh...

Dan masih banyak lagi kisah para sahabat rosul yang dengan amalan-amalannya walaupun mungkin terdengar sederhana namun dapat membuat mereka menjadi ahli surga. Lalu apakah yang dapat kita ambil hikmahnya dari kisah para sahabat rosul itu?
Salah satunya adalah bahwa kita sebagai seorang muslim minimal harus mempunyai satu amalan unggulan yang walalupun nampaknya merupakan hal yang sederhana namun bisa jadi amalan unggulan yang sederhana itulah yang menjadi jalan kita menjadi ahli surganya Alloh Subhanahu wa ta'ala...amalan unggulan sederhana yang diamalkan dengan istiqomah, bisa saja setiap hari kita melaksanakan sholat dhuha walaupun mungkin hanya 2 rokaat, atau setiap senin-kamis kita shoum sunnah atau mungkin yang lebih sederhana lagi, kita niatkan setiap pagi bahwa senyum salam dan sapa yang akan kita bagi kepada sesama pada hari itu sebagai bentuk ibadah kita kepada Alloh, niat lillahi ta'ala...sebuah amalan sederhana namun bisa jadi mengantarkan kita ke surga yang didamba...tentunya keistiqomahan dalam melakukan amalan unggulan kita itu harus didasari keimanan dan aqidah yang kuat terhadap AllohSubhanahu wa ta'ala, karena sebagaimana dalam sebuah hadits bahwa bukan amalan kita yang kan mengantar kita ke surga, namun ridho Alloh-lah yang kan membuat kita menjadi ahli surga-Nya, dan untuk meraih keridhoan Alloh maka salah satunya adalah kita harus dapat istiqomah dan niat lillahi ta'ala dalam beramal sholeh...

Dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"...Dan amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang langgeng (terus menerus) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)


wallohu a'lam...

Kamis, 20 Januari 2011

"Hukum di Jaman Umar"

Umar sedang duduk beralas surban di bebayang pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Sahabat di sekelilingnya bersyuraa bahas aneka soal. Tiga orang muda datang menghadap, dua bersaudara berwajah marah yang mengapit pemuda lusuh nan tertunduk dalam belengguan mereka.

“Tegakkan keadilan untuk kami hai Amiral Mukminin”, ujar seorang pemuda. “Qishash-lah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatannya!”.

Umar bangkit. “Bertaqwalah pada Allah”, serunya pada semua. “Benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?”, selidiknya.

Pemuda itu menunduk sesal. “Benar wahai Amiral Mukminin!”, jawabnya ksatria.

“Ceritakanlah pada kami kejadiannya!”, tukas Umar.

“Aku datang dari pedalaman yang jauh”, ungkapnya, ” Kaumku mempercayakan berbagi urusan muamalah untuk kuselesaikan di kota ini. “, ” Saat sampai …”, lanjutnya, ” Kutambatkan untaku di satu tunggul kurma, lalu kutinggalkan ia. Begitu kembali, aku terkejut & terpana ” . “Tampak olehku seorang lelaki tua sedang menyembelih untaku di lahan kebunnya yang tampak rusak terinjak & ragas-rigis tanamannya”. “Sungguh aku sangat marah & dengan murka kucabut pedang hingga terbunuhlah si bapak itu. Dialah rupanya ayah kedua saudaraku ini.”

“Wahai Amiral Mukminin”, ujar seorang penggugat, “Kau telah dengar pengakuannya, dan kami bisa hadirkan banyak saksi untuk itu.”

“Tegakkanlah had Allah atasnya!”, timpal nan lain.

Umar galau & bimbang setelah mendengar lebih jauh kisah pemuda terdakwa itu. “Tegakkanlah had Allah atasnya!”, timpal nan lain. “Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih & baik”, ujar Umar, “Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat”, “Izinkan aku ..” ujar Umar, “..Meminta kalian berdua untuk memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan Diyat atas kematian ayahmu.”

“Maaf hai Amiral Mukminin”, potong kedua pemuda dengan mata masih nyala memerah; sedih & marah, “Kami sangat sayangi ayah kami.” “Bahkan andai harta sepenuh bumi dikumpulkan tuk buat kami kaya”, ujar salah satu, “Hati kami hanya kan ridha jiwa dibalas jiwa!”

Umar yang tumbuh simpati pada terdakwa yang dinilainya amanah, jujur, & bertanggungjawab; tetap kehabisan akal yakinkan penggugat.

“Wahai Amiral Mukminin”, ujar pemuda tergugat itu dengan anggun & gagah, “Tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah Qishash atasku.” “Aku ridha pada ketentuan Allah”, lanjutnya, “Hanya saja izinkan aku menunaikan semua amanah & kewajiban yang tertanggung ini.”

“Apa maksudmu?”, tanya hadirin. “Urusan muamalah kaumku”, ujar pemuda itu, “Berilah aku tangguh 3 hari untuk selesaikan semua. Aku berjanji dengan nama Allah yang menetapkan Qishash dalam Al Quran, aku kan kembali 3 hari dari sekarang tuk serahkan jiwaku”

” Mana bisa begitu!”, teriak penggugat.

” Nak..”, ujar ‘Umar, ” Tak punyakah kau kerabat & kenalan yang bisa kau limpahi urusan ini? “

“Sayangnya tidak hai Amiral Mukminin. Dan bagaimana pendapatmu jika kematianku masih menanggung hutang & tanggungan amanah lain?”

” Baik”, sahut ‘Umar, ”Aku memberimu tangguh 3 hari; tapi harus ada seseorang yang menjaminmu bahwa kau tepat janji tuk kembali.”

“Aku tak memiliki seorangpun. Hanya Allah, hanya Allah, yang jadi penjaminku wahai orang-orang yang beriman padaNya”, rajuknya.

“Harus orang yang menjaminnya!”, ujar penggugat, “Andai pemuda ini ingkar janji, dia yang kan gantikan tempatnya tuk di-Qishash!”

“Jadikan aku penjaminnya hai Amiral Mukminin!”, sebuah suara berat & berwibawa menyeruak dari arah hadirin. Itu Salman Al Farisi.

” Salman?”, hardik Umar, ” Demi Allah engkau belum mengenalnya! Demi Allah jangan main-main dengan urusan ini! Cabut kesediaanmu! “

” Pengenalanku padanya tak beda dengan pengenalanmu ya Umar”, ujar Salman, “Aku percaya padanya sebagaimana engkau mempercayainya” Dengan berat hati, Umar melepas pemuda itu & menerima penjaminan yang dilakukan oleh Salman baginya.

Tiga hari berlalu sudah.

Detik-detik menjelang eksekusi begitu menegangkan. Pemuda itu belum muncul. Umar gelisah mondar-mandir. Penggugat mendecak kecewa. Semua hadirin sangat khawatirkan Salman. Sahabat perantau negeri-pengembara iman itu mulia & tercinta di hati Rasul & sahabatnya. Mentari di hari batas nyaris terbenam; Salman dengan tenang & tawakkal melangkah siap ke tempat Qishash.

Isak pilu tertahan.

Tetapi sesosok bayang berlari terengah dalam temaram, terseok terjerembab lalu bangkit & nyaris merangkak. “Itu dia!”, pekik Umar . Pemuda itu dengan tubuh berkuah peluh & nafas putus-putus ambruk ke pangkuan Umar. ” Maafkan aku!”, ujarnya. “Hampir terlambat. Urusan kaumku makan waktu. Kupacu tungganganku tanpa henti hingga ia sekarat di gurun & terpaksa kutinggalkan, lalu kuberlari..”

” Demi Allah”, ujar Umar sambil menenangkan & memberi minum, “Bukankah engkau bisa lari dari hukuman ini? Mengapa susah payah kembali?”

” Supaya jangan sampai ada yang katakan”, ujar terdakwa itu dalam senyum, “Di kalangan muslimin tak ada lagi ksatria tepat janji.”

” Lalu kau hai Salman”, ujar Umar berkaca-kaca, “Mengapa mau-maunya kau jadi penjamin seseorang yang tak kau kenal sama-sekali?”

” Agar jangan sampai dikatakan”, jawab Salman teguh, “Di kalangan muslimin tak ada lagi saling percaya & menanggung beban saudara”

” Allahu Akbar!”, pekik dua pemuda penggugat sambil memeluk terdakwanya, ” Allah & kaum muslimin jadi saksi bahwa kami memaafkannya “

” Kalian.. “, kata Umar makin haru, “Apa maksudnya? Jadi kalian memaafkannya? Jadi dia tak jadi di-Qishash ? Allahu Akbar! Mengapa?”

“Agar jangan ada yang merasa”, sahut keduanya masih terisak, “Di kalangan kaum muslimin tak ada lagi kemaafan & kasih sayang.”

- Rangkuman kultwit #Hukum by Salim A. Fillah 19 Jan 2011-

Kamis, 06 Januari 2011

Episode Cinta (1) : Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

31 Desember 2010

Jum'at ini sebenarnya hampir sama saja dengan jum'at yang telah lalu, hingga ketika hari beranjak siang ada suatu peristiwa yang sungguh peristiwa itu kurasa begitu lembut dan penuh cinta Alloh menegurku.
Siang itu seperti biasa salah seorang Satpam di Lantai dimana ruanganku berada bersiap untuk mengganti shift rekannya yang telah sedari pagi bertugas menjaga keamanan lantai ini. Sempat ku bertemu dengannya di depan lift dengan mengenakan jaketnya dan dia pun tersenyum kepadaku dengan senyum khasnya yang selalu kudapati ketika ku akan memasuki ruangan, namun senyumnya siang itu kurasa hanya sekedar senyum yang ia paksakan, yang kulihat disana ada sebuah beban yang mengiringi senyumannya. Begitu kondisinya sampai ku selesai sholat ashar, dia masih di depan lift dengan jaket masih melekat pada tubuhnya dan tidak duduk di meja Satpam, dan satu hal lagi bahwa Satpam yang sedari pagi menjaga sejak pagi masih terduduk disana, kulihat dia masih mencoba untuk tersenyum kepada orang-orang di lantai itu yang lewat di depan lift. Firasatku mengatakan ada yang tak beres dengan sang Satpam, pasti ada sesuatu yang membuatnya nampak bingung. Dan benar saja, saat sore menjelang selesainya jam kantor, saat itu diriku baru saja selesai berdiskusi dengan atasanku, dan ketika ku masuki ruanganku beberapa teman sedang membicarakan sesuatu tentang sang Satpam, langsung saja diriku bergabung dalam pembicaraan tersebut. Dari Pembicaraan tersebut ternyata, benar firasatku, bahwa ada sesuatu yang membuat sang Satpam terlihat bingung dan linglung. Ternyata siang itu adalah siang terakhir dia datang ke gedung dimana tempatku bekerja, karena di hari inilah, ketika dia dengan optimisme datang ke gedung ini untuk bekerja dalam rangka mencari nafkah untuk keluarganya, namun ternyata begitu dia akan bekerja yang ia dapati adalah SURAT PEMUTUSAN KONTRAK. Dan dalam pembicaraanku dengan teman-temanku sore itu salah seorang teman berujar "Alhamdulillah, kita harus banyak bersyukur ya, karena Senin depan kita masih dapat bekerja dan masih mendapatkan penhasilan sementara satpam tadi senin depan malah kehilangan pekerjaannya, dia mengawali tahun baru dengan hilangnya pekerjaan..."

Langsung saja setelah temanku berujar seperti itu yang terngiang dalam telinga dan hatiku adalah sebuah ayat cinta dari Sang Maha Cinta "Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?"
Sebuah teguran yang begitu lembut, begitu indah kepada kita hamba-hambaNya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah Dia karuniakan kepada kita. Dan inilah salah satu episode cinta dalam hidup kita ketika Alloh menegur dengan begitu lembut dan indah agar kita senantiasa bersyukur atas segala nikmatNya, bukankah dalam ayat yang lain Alloh juga mengabarkan Jika kita bersyukur maka Dia akan menambahkan nikmatNya kepada kita? Jadi tak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak senantiasa bersyukur sepanjang hari...fabi ayyi alaa irobbikuma tukadzdziban....