Selasa, 03 Januari 2012

Sebuah Perjalanan Cinta (4) -Gelegar Syukur-

15 Mei 2010

Hari ini tepat satu bulan sejak ku tuliskan surat untuknya bahwa aku ingin mengenalnya lebih dekat dalam rangka menuju hubungan yang lebih serius yaitu pernikahan, dan kebetulan hari ini jatuh pada hari sabtu, yang dari sejak awal bulan mei sudah kurencanakan untuk pulang ke kampung halaman. Karena itu ku minta kepada mas putu untuk menanyakan kepada dirinya bisakah aku bertemu dengannya untuk menceritakan apa-apa yang tak tertulis di biodata yang kuserahkan kepadanya. Alhamdulillah dia bersedia dan memintaku untuk dapat bertemu dirumahnya karena dia lebih nyaman bertemu di rumahnya karena ada kedua orang tuanya. Ku setujui pintanya dan sabtu sore dalam cuaca yang cerah sekitar pukul 16.30 WIB ku lajukan motorku menuju rumahnya setelah sebelumnya ku mampir ke tukang buah untuk membeli apel dan jeruk sebagai buah tangan. Berbekal petunjuk dari seorang teman yang rumahnya juga di Purbalingga Alhamdulillah sekitar 17.30 ku tiba di rumahnya dan langsung disambut oleh bapaknya kemudian menyusul ibunya.

Bapaknya memulai membuka pembicaraandan posisiku saat itu menjadi seorang pendengar yang baik, hingga adzan maghrib bergema ku ijin untuk menuju masjid didekat rumahnya untuk sholat maghrib berjamaah. Seusai sholat kembali ku kerumahnya, dan kembali ku mengobrol bersama ibu dan bapaknya, walaupun dia juga ada disana, namun jarang sekali kami mengobrol, karena lebih banyak ku mengobrol dengan bapak ibunya, begitu hingga adzan isya menggema maka dirikupun kembali mohon ijin untuk sholat di masjid. Seusai sholat isya, dalam perjalanan dari masjid menuju rumahnya ku telpon salah seorang teman, meminta pertimbangan bagaimana baiknya, apakah langsung kuutarakan niatanku untuk melamarnya atau kutunda dahulu, dan temanku diseberang telepon sana menyarankanku untuk langsung saja bilang pada kesempatan ini bahwa aku berniat melamarnya.

Dengan terus berdzikir agar hati ini menjadi tenang, kulangkahkan kaki ini menuju rumahnya, begitu telah sampai di halaman rumahnya ternyata bapaknya akan kondangan ke acara pernikahan teman dekatnya, walhasil tinggallah diriku, dia, dan ibunya, sekitar setengah jam melanjutkan obrolan, sekitar jam 20.00 WIB ku berpamitan, namun sebelumnya kuutarakan maksud kedaanganku ke rumahnya kepada ibunya, walaupun ku harap bapaknya ikut mendengar, namun karena sepertinya masih lama pulangnya, maka kusampaikan di depan dirinya dan ibunya, bahwa maksud ku kerumahnya adalah selain untuk bersilaturahim juga ku ingin mengenal lebih dekat ibunya, bapaknya, dia dan keluarganya, serta ku berencana ingin meminang dia untuk menjadi istriku (pada moment inilah agak lama ku berucap kata meminang), jikalau berkenan maka lain waktu ku akan datang kembali bersama ibunda, tetapi kalau memang kurang berkenan tak mengapa hitung-hitung menambah keluarga dan jalinan silaturahim. Setelah itu kuutarakan sekilas tentang kondisiku, dan ibunya menjawab bahwa terima kasih atas silaturahim ku saat itu, dan untuk masalah pinangan, mungkin tak bisa cepat-cepat seperti yang mungkin ku bayangkan, dan aku pun memakluminya karena saat itu memang adiknya baru lulus kuliah dan sedang mencari tempat kuliah. Ku jawab “tidak mengapa bu, paling tidak saya sudah menyampaikan apa maksud kedatangan saya”. Dirinya pun tak banyak berbicara ketika kuutarakan maksudku itu, dan setelah itu ku pamit untuk pulang ke rumah. Alhamdulillah akhirnya kusampaikan juga maksud yang selama ini ingin kusampaikan, walaupun tidak ada jawaban tegas yang menyatakan bahwa pinanganku diterima.

Sesampainya di rumah, ibundaku bertanya bagaimana tadi ketemuannya, lalu kuceritakan bahwa pertemuan tadi diriku juga mengatakan kalau ingin meminang dirinya, pada saat itu ibundaku kaget dan terkejut kemudian berkata "Kamu itu terlalu berani Fi..." ku hanya tersenyum ketika ibunda mengatakan itu. Setelah mengobrol dengan ibunda ku menuju kamarku untuk beristirahat, namun sebelum kupejamkan mata ini ku kirimkan SMS kepadanya, memohon maaf jika tadi diriku lancang untuk meminangnya karena sebelumnya kukatakan kepadanya bahwa kedatanganku hanya untuk membicarakan hal-hal yang tidak dapat kusebut dalam biodata dan selain itu ku memohon padanya agar menyampaikan maksudku meminang dirinya kepada bapaknya, karena bagaimanapun bapaknyalah walinya.

31 Mei 2010

Setengah bulan ku menunggu jawaban darinya, yang dalam rentang waktu itu entah mengapa ada sedikit resah dalam hati, mungkinkah pernyataanku terlalu cepat sehingga membuat dirinya dan keluarganya kaget sehingga membuat mereka berpikir ulang untuk menerimaku, namun pada sepertiga malam terkahir ku bersimpuh pada Dzat yang Maha Menguasai Hati memohon pada-Nya agar diberikan yang terbaik, jikalau dia adalah baik untuk kehidupan dunia dan akheratku kumohon pada Alloh agar dimudahkan proses ini, dan Alhamdulillah setelah curhat dengan-Nya hati ini diliputi ketenangan. Waktu terus berganti, dan dalam perjalanan sang waktu ku coba evaluasi diri, hingga kudapati suatu kesimpulan, yang sedari awal sebenarnya sudah kusadari namun dalam beberapa waktu terakhir ini sempat menghilang dalam pikiran, yaitu konsekuensi atas keputusanku ini, bahwa apapun hasilnya nanti itulah yang terbaik untukku dan untuknya karena apa yang kulakukan InsyaAlloh kuniatkan mengikuti sunnah rosul bukannya untuk pacaran yang didalamnya terdapat banyak mudhorotnya ketimbang manfaatnya, juga proses selalu kujaga agar tetap dalam batasan syariat-Nya walaupun hati ini terkadang meronta-ronta ingin mendengar bagaimana kabar dia disana.

Dalam rentang menunggu ini ku tak ingin memaksa dia memberi jawaban secepatnya karena ku juga memahami bahwa tidak dapat secepat itu, dia harus berkonsultasi kepada Alloh, dan juga keluarganya, apalagi adiknya tahun ini akan mulai masuk kuliah yang artinya pikiran kedua orang tuanya pastilah terpecah, mungkin sebulan kemudian atau sebelum romadhon kembali akan kutanyakan apakah dia dan keluarganya menerima pinanganku atau tidak. Dan pada hari ini, senin tanggal 31 Mei 2010 saat ku tengah berusaha menghidupkan sunnah Rosulku yaitu shoum senin-kamis, kudapati kabar bahagia itu, dalam sebuah pesan di FB, mas Putu meneruskan pesan yang dia kirimkan pada mas Putu yang isinya :

Rizka Cica Pratiwi 31 Mei jam 5:41
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaikum
Mas putu sebelumnya sy minta maaf, pesannya dikirim lewat facebook, HP sy sedang error jadi dalam beberapa hari ini no-nya tdk aktif.

Setelah dibicarakan dengan keluarga dan sholat Istikharoh, iya saya bersedia melanjutkan proses dengan Luthfi. Semoga Allah SWT meridhoi, amin.

Alhamdulillah, terucap berkali-kali dari lisan ini, dan pagi ini, kutambahkan sujud syukur dalam sholat dhuha-ku. Dan malam harinya ku telpon ibundaku tercinta di kampong halaman, kukabarkan berita ini dan beliau menyambut dengan bahagia, lalu ku tanyakan kepada ibunda, bagaimana, apakah akan langsung melamar secara resmi? Lalu beliau mengatakan bahwa, "tidak dapat secepat itu, kita datang silaturahim dulu, kan ibu juga belum kenal dengan rizka, bapak dan ibunya". Kupikir benar juga, ya sudah akhirnya ku ikuti apa yang ibunda inginkan yaitu silaturahim dahulu, baru setelah itu mungkin baru diriku dan keluarga akan melamar secara resmi. Selang satu dua hari, ku beritahukan mas Putu hasil diskusiku dengan ibunda, dan kembali ku minta tolong kepada mas Putu untuk menanyakan kepada Rizka, kira-kira kapan diriku dan ibunda bisa bersilaturahim dengan keluarganya.

3 komentar: