Selasa, 03 Januari 2012

Sebuah Perjalanan Cinta (1) -Sebuah Awal-

Bismillahirrohmanirrohim

15 April 2010

Hari ini tepat satu hari setelah umurku bertambah menjadi 23 menurut kalender masehi yang juga berarti berkurang jatah hidupku didunia ini, dan tanggal ini jatuh pada hari Kamis, dimana ku sedang berusaha untuk mengikuti sunnah Rosulku tercinta yaitu berpuasa Senin-Kamis. Setelah beberapa waktu belakangan ini ku menanggung beban pikiran memikirkan seseorang yang tiba-tiba saja hadir dalam benakku, padahal bisa dikatakan jarang sekali kami berinteraksi walaupun kenal itu pun sudah lama, sekitar 7 tahun yang lalu ketika kami sama-sama memulai dunia SMA di kelas yang sama. Ketika itu tidak ada rasa apa-apa pada diri ini, dan waktu satu tahun sama-sama belajar di kelas yang sama, tak pernah kami berkomunikasi secara intens, hanya sebatas teman satu kelas. Setelah tiba waktunya kami naik kelas, diriku dan dia pun terpisah, yang praktis lebih jarang lagi kami berkomunikasi, begitu sampai memasuki bangku perkuliahan, sama sekali tiada rasa apapun di hati ini padanya. Hingga entah kapan tepatnya ku tak tahu, saat azzam dalam diri telah bergolak untuk menyegerakan untuk menggenapkan separuh agama ini, tiba-tiba saja pikiranku mengarah pada dirinya, ya setelah kurang lebih 7 tahun , kami kembali bertemu di situs jejaring social Facebook, dan saat awal-awal bertemu kembali di dunia maya ini pun masih biasa saja rasa dalam hati. Aku pun bingung, padahal di dunia maya pun kita jarang sekali chatting ataupun saling berbalas komentar, namun ya…kembali kusebut, tiba-tiba dia hadir memenuhi rongga pikiranku. Tak mau terus menerus menjadi beban pikiran ku konsultasikan kepada Dzat Yang Maha Menguasai Hati pada syahdunya sepertiga malam terkahir, ku dirikan sholat istikhoroh, memohon petunjuk-Nya, apakah dia yang selama ini kucari. Setelah beberapa hari sholat istikhoroh, Alhamdulillah kemantapan hati itu pun muncul, sehingga di hari ini berbekal bahwa niatku adalah mengajaknya untuk menikah maka kuberanikan diri untuk mengirimkan pesan kepadanya via Facebook.

Pesan yang berisi ajakan untuk berta’aruf. Sebelumnya pesan ini telah ku tulis tepat sehari sebelumnya yaitu hari ulang tahunku, dan sedikit keraguan muncul ketika ku akan mengirimkan pesan ini kepadanya, oleh karena itu, langsung kutinggalkan meja kerjaku, ku langkahkan kaki ini menuju mushola di lantai atas, sembari tak lupa ku tenteng qur’an sakuku, setiba disana kuambil air wudhu dan kudirikan sholat dhuha dan istikhoroh masing-masing 2 rokaat, untuk menghilangkan keraguan dan semakin memantapkan hati ini, setelah selesai memohon kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala kemantapan hati, kubuka mushafku, dan perlahan kulantunkan indahnya ayat-ayat dari surat Ar-Rohman. Selesai itu kurasakan gelisah dan resah yang sempat bergejolak berganti dengan ketenangan hati dan ku kembali ke mejaku, kemudian pesan yang kemarin telah kubuat dalam Microsoft word, ku copy paste-kan di kotak dialog pengiriman pesan dimana disana telah terpampang siapa yang akan menerima pesanku ini.

“Bismillahirrohmanirrohim

Untuk :
Ukhti Rizka Pratiwi
di tempat

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpah atas junjungan kita Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasalam, keluarga, sahabat dan kita semua. Semoga Alloh Subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi perlindungan dan hidayah kepada Rizka dan keluarga serta kita semua, sehingga tetap menjadi bagian pengikut Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasalam yang setia.

Sebelum lebih banyak menuliskan kata untuk menyampaikan maksud pesan ini, terlebih dahulu saya memohon kelapangan hati Rizka untuk sudi memaafkan saya jikakalau Rizka tidak berkenan dengan pesan ini, dan mohon maaf jua atas kelancangan saya mengirimkan pesan ini.

Bingung juga saya harus memulai darimana, namun dengan berucap Bismillah saya hanya ingin ungkapkan bahwa tak tahu mengapa akhir-akhir ini nama Rizka muncul dalam benak dan pikir saya, walaupun interaksi diantara kita sangat jarang terjadi. Sudah saya coba untuk tak terlalu memikirkannya karena saya tahu bahwa saya belum berhak untuk menyimpan nama Rizka dalam hati saya. Oleh karena itu saya kirimkan pesan ini dengan maksud menanyakan apakah Rizka berkenan untuk kita bisa saling mengenal lebih jauh satu sama lain (Ta’aruf) dalam rangka menuju kepada suatu hubungan yang lebih serius yaitu sebuah pernikahan.

Jikalau memang Rizka berkenan InsyaAlloh akan saya kirimkan biodata saya agar Rizka mempunyai gambaran umum siapa dan bagaimana saya ini, dan juga Rizka bisa menanyakan tentang saya kepada mas Nugroho Putu Warsito (beliau teman sekaligus guru mengaji saya -mungkin sudah kenal lewat FB-).

Namun jikalau Rizka tidak berkenan dan menganggap saya hanya sebagai teman biasa saja tidak mengapa, tak usah merasa tidak enak untuk mengatakannya, karena saya sudah sadar konsekuensi akan keputusan saya mengirimkan pesan ini, bahwa seorang wanita berhak untuk menolak pinangan seorang pria.

Dengan mengirimkan pesan ini paling tidak, saya sudah merasa lega untuk menyampaikan apa yang akhir-akhir ini menggelayut dalam benak dan pikir saya. Mungkin saya akan dianggap aneh dengan mengirimkan pesan ini kepada Rizka, namun hal ini saya lakukan karena tak tahu lagi harus melalui media apa saya mengungkapkan hal ini, ingin langsung berbicara lewat telepon atau sms, saya tak tahu nomer Rizka, ingin mengirim pesan ini dalam bentuk surat dengan bantuan Pak Pos saya tak tahu alamat rumah Rizka.

Mungkin Rizka kaget dengan pesan saya ini dan mungkin juga merasa aneh dengan pengakuan ini yang tiba-tiba ingin mengenal lebih jauh dalam rangka menuju hubungan yang lebih serius, padahal interaksi saja kita jarang, namun sungguh yang saya ingin hanyalah bagaimana saya bisa merasakan keindahan suatu cinta yang telah Alloh anugerahkan kepada manusia dalam bingkai syariat yang telah ditetapkan-Nya. Entah apa yang harus saya perbuat dan bagaimana cara yang tepat dalam bersikap, namun dengan berbekal keyakinan bahwa saya tak bermaksud buruk maka saya beranikan diri menulis dan mengirimkan pesan ini.

Tak perlu segera untuk menjawab pesan ini, saya mohon sholat istikhoroh dulu sebelum memberi jawaban, dan diskusikan dengan keluarga dan teman RIzka. Apapun jawaban dan keputusan Rizka, saya yakin itulah yang terbaik untuk Rizka dan juga saya.
Semoga Alloh ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Al-faqir

Luthfi Apriandi

Sekali lagi maafkan atas kelancangan saya ini.”

Dengan berucap basmalah dan mengharap Alloh meridhoi keputusanku ini ku tekan tombol kirim. Alhamdulillah...(batinku) setelah terpampang peringatan bahwa pesanku telah terkirim, lega sudah hatiku, walaupun aku tak tahu apa jawaban yang akan dia berikan, namun paling tidak diri ini sudah merasa lega mengungkapkan apa yang selama ini bergelayut dalam hati dan pikirku. Dan setelah itu ku buka account facebooknya dan ku tuliskan di wall-nya terima kasih telah memberi ucapan dan doa di hari miladku kemarin dan telah kukirikan pesan padanya, semoga berkenan untuk membaca pesanku itu.
Setelah itu, langsung ku bilang kepada Mas Putu melalui chatting, salah seorang rekan kerja yang juga merupakan guru mengajiku di kantor, bahwa diriku baru saja mengirimkan surat pinangan kepada seorang wanita. Kaget, itu yang kutangkap dari chatting dengannya, dan beliau pun bertanya siapa wanita itu, lalu langsung saja kukirimkan copy suratnya kepada mas putu, dan lagi-lagi beliau kaget karena ternyata beliau kenal dengan wanita itu, dan mas putu bertanya mengenai keyakinanku mengirimkan surat tersebut, dan ku jawab bahwa jika memang belum ada yang mengkhitbah dia maka apa salahnya jika kita mengusahakan. Setelah itu ku meminta bantuan mas putu untuk menjadi perantara antara diriku dan dia, karena bagaimanapun niat baik harus juga dilakukan dengan proses yang baik, yang tidak melanggar syariat Alloh Subhanahu wa ta’ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar