Kamis, 16 September 2010

About Film Sang Pencerah




5 Syawal 1431 H
Di Mushola At-tahrim SMA Negeri 2 Purwokerto saya dan beberapa sahabat pengurus SMADHA FOUNDATION bersepakat untuk bertemu dan melakukan rapat koordinasi tentang program ini. Beberapa point-point kami hasilkan pada pertemuan tersebut, dan setelah selesai kami lanjutkan bersilaturahim dengan pihak sekolah yang pada hari itu beberapa diantara staff dan guru termasuk Kepala Sekolah SMA N 2 Purwokerto ada di sekolahan. Selesai bersilaturahim di sekolah kami melanjutkan silaturahim ke rumah beberapa Guru, menjelang sore salah seorang teman teringat percakapan tadi pagi bersama Sdr. Rizky, bahwa Sdr. Rizky sudah menonton Film Sang Pencerah, sebuah film yang menceritakan tentang perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan salah satu Organisasi Islam terbesar di Nusantara yaitu Muhammadiyah. Kata Sdr. Rizky fil itu bagus dan recomended untuk di tonton, maka saya, Sdr. Kukuh dan Sdr. Afril berencana untuk menontonnya malam itu. Alhamdulillah, Alloh berikan terang pada malam itu (padahal beberapa hari terakhir selalu turun hujan), sehingga acara menonton menjadi terasa mudah. Pada kesempatan ini saya tidak ingin menceritakan sinopsis Film tersebut, mungkin hanya sedikit, dan saya hanya ingin bercerita tentang nilai-nilai yang dapat saya ambil dari Film tersebut, dalam kaitannya membangun Negeri kita tercinta, Indonesia, yang saat ini sedang terterpa berbagai permasalahan.

Di Film Sang Pencerah diceritakan seorang Muhammad Darwis, yang mana keluarga besarnya adalah Keluarga Ulama. Pada usia muda Muhammad Darwis merantau ke Mekkah untuk lebih mendalami ilmu agama, dan sepulang dari Mekkah, pada usia 21 tahun, Muhammad Darwis yang semenjak itu berganti nama menjadi Ahmad Dahlan memulai aktivitas dakwahnya dengan menjadi Imam dan Guru mengaji di Langgar Kidul, sebuah mushola di dekat rumahnya yang sebelumnya dikelola oleh ayahandanya, selain itu beliau juga diangkat menjadi Khotib Masjid Besar Keraton Yogyakarta. Tak lama sejak kepulangannya dari Mekkah beliau menikah dengan Siti Walidah. Singkat cerita (agar penasaran dan menonton filmnya...^_^), Kyai Ahmad Dahlan melihat banyak hal yang menyimpang dalam kehidupan beragama di lingkungannya, mulai dari arah kiblat Masjid Besar yang tidak mengarah ke ka'bah, perubahan pakaiannya dari jubah menjadi pakaian Priyayi Jawa, sampai pemberian pendidikan yang beliau berikan kepada anak-anak pribumi dengan menggunakan meja kursi, yang dianggap oleh orang pada saat itu adalah buatan orang kafir, sehingga beliau dan beberapa muridnya dicap sebagai Kyai Kafir dan tak hanya itu, langgar kidul yang menjadi tempat beliau menempa murid-muridnya dengan ilmu agama sampai dirobohkan. Hal tersebut sempat membuat Kyai Ahmad Dahlan meninggalkan Kotanya, namun setelah dibujuk oleh kakak beliau, akhirnya beliau kembali dan membangun lagi Langgar Kidul.

Seiring dengan dakwah beliau, ternyata di kota itu muncul sebuah organisasi Budi Utomo, dan beliau memutuskan untuk bergabung dengan Budi Utomo karena memiliki visi perjuangan yang hampir sama, yaitu mengangkat kembali martabat ummat (bangsa Indonesia). Dari situ beliau meminta untuk dapat mengajar agama Islam di Sekolah Belanda, sempat diragukan oleh pengurus sekolah akhirnya beliau diberi kesempatan sekali mengajar, jika pihak sekolah puas maka beliau dapat mengajar disana. Disinilah kita jumpai keluwesan beliau dalam mendakwahkan Islam sebagai Rohmatan lil 'alamin. Berawal dari peristiwa seorang murid yang kentut dengan suara keras di kelas itu, beliau berhasil menyambungkan situasi pada saat itu dengan ajaran Islam yaitu tentang syukur. Bersyukur karena masih dapat kentut, bayangkan bagaimana jika Alloh tidak memberi lubang untuk mengeluarkan kotoran pada diri ini? begitu analogi Kyai Ahmad Dahlan. Dari sinilah akhirnya, beliau diterima untuk mengajar agama islam di sekolah tersebut. Melihat bahwa ternyata hanya kalangan tertentu saja yang dapat mengenyam bangku pendidikan pada saat itu, maka beliau bersama kelima muridnya yang setia (Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam dan Dirjo) mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Dinniyah di rumahnya, dengan mengambil murid dari anak-anak pribumi yang miskin, beliau pertama-tama memberikan makan kepada mereka lalu disuruhnya mereka mandi, setelah itu baru kegiatan belajar dimulai.

Begitu seiring dengan berjalannya sang waktu Kyai Ahmad Dahlan merasa bahwa aktivitas sosial yang digalangnya akan lebih terorganisir jika terbentuk sebuah perkumpulan. Dan atas usul salah satu muridnya yaitu Sangidu organisasi tersebut dinamai Muhammadiyah yang bermakna Pengikut Nabi Muhammad SAW.

begitulah secara singkat cerita film tersebut, dan dari film tersebut beberapa hal yang menarik dan inspiratif bagi saya adalah :
  1. Ketegaran, kesabaran dan keteguhan dalam memperjuangkan hal-hal yang kita yakini benar. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana Kyai Ahmad Dahlan memperjuangkan ajaran-ajaran islam yang sesuai dengan qur'an dan sunnah, walaupun sempat dijuluki Kyai Kafir, beliau tetap tegar dalam memperjuangkan nilai-nilai yang beliau anggap benar.
  2. Dakwah dengan cinta. Kyai Ahmad Dahlan mendakwahkan islam yang kala itu masih campur aduk dengan budaya hindu dengan Bahasa Cinta, sehingga walaupun beliau berbeda pendapat dengan beberapa ulama di daerahnya pada saat itu beliau tetap menghormati mereka, dan dengan bahasa cinta inilah beliau begitu toleran terhadap perbedaan yang ada dikala itu, sebuah scene menayangkan adegan dimana ada rakyat yang bertanya bahwa dalam memperingati 40 hari meninggalnya orang tuanya dia ingin mengadakan tahlilan namun tidak punya uang untuk membeli kue apem dan lainnya, oleh Kyai Ahmad Dahlan dijawab, tak perlu ada kue Apem atau membaca Yasin, yang penting kita doakan dengan khusyuk, InsyaAlloh akan Alloh terima doa kita untuk kedua orang tua kita. Tidak ada pelarangan oleh beliau dalam hal ini. Dan beliau hanya ingin menyampaikan bahwa islam itu mudah.
  3. Peran Istri dalam perjuangan suami. Disini film ini ada scene dimana Kyai Ahmad Dahlan sempat down semangatnya, namun oleh sang istri beliau diingatkan dengan ayat "Intansurullohu yansurkum wayutsabbit aqdamakum", dan istri beliau berujar "saya akan selalu mendukung apa yang mas dahlan lakukan" kurang lebih begitu. Ehm....Indah sekali, memang setiap pejuang akan mendapati romantisme dalam perjuangannya.
  4. Bergerak dalam kebaikan dan perbaikan. Kyai Ahmad Dahlan beserta 5 muridnya berinisiatif mendirikan Muhammadiyah, yang merupakan organisasi sosial pada saat itu untuk membantu rakyat pribumi yang pada saat itu berada pada kasta terendah. Dengan menyantuni mereka dan memberikan pendidikan kepada mereka. Hal inilah yang seharusnya ada pada setiap jiwa-jiwa anak bangsa saat ini, bahwa yang kita butuhkan saat ini adalah bergerak dan terus bergerak. Memang masalah pendidikan pada saat ini adalah ranah pemerintah, namun hal itu juga PR kita semua sebagai elemen bangsa ini, ketika pemerintah masih kewalahan maka kitalah sebagai anak bangsa melakukan sesuatu untuk memajukan dunia pendidikan bangsa ini. Kritik boleh asal disertai dengan Solusi, jangan hanya dapat mengkritik namun tanpa kontribusi nyata.
Mungkin hanya itu yang dapat saya share mengenai Film ini, dan saya sadari banyak sekali kekurang dalam penulisan mengenai Film ini, oleh karenanya mohon masukan agar kedepan saya dapat lebih baik lagi. Dan terkahir, saya sarankan untuk menonton Film ini karena sarat dengan nilai-nilai yang dapat kita ambil sebagai kayu bakar untuk mengobarkan Semangat Perbaikan bagi ummat dan bangsa ini. Terima kasih.

2 komentar:

  1. point ke 5 : munthul rebus baik bagi kesehatan, hehe

    BalasHapus
  2. hehehehehe, Betul Umz Rizky...ternyata memperhatikan scene itu juga to...kemaren pas nonton juga sempet dibahas bersama Sdr. Afril dan Sdr. Kukuh...^_^

    BalasHapus