Senin, 01 Maret 2010

Untukmu wanitaku


Untukmu wanitaku yang kelak temaniku arungi samudera kehidupan dalam bahtera rumah tangga, maafkan aku yang tak kunjung untuk menjemputmu di dermaga cinta, bukan karena aku tak mau, bukannya aku menunda-nunda untuk bisa berjumpa dan membersamaimu, bukan. Siapapun engkau yang kelak kan jadi wanitaku, aku tak tahu, mungkin kita sudah saling kenal dahulu atau baru mengenal saat nanti kita pertama bertemu. Dan aku berharap kau sabar menanti hadirku, sebagaimana ku bersabar menanti hadirmu.

Duhai wanitaku yang kelak kan menjadi bidadari dalam istana hatiku, ku ingin kau tahu bahwa ku tak kunjung datang menjemputmu, karena masih ada satu inginku pada Tuhanku untuk bisa menghapal minimal satu juz dalam Al-qur’an dan menyelesaikan membaca buku sirah Nabiku. Karena aku ingin kelak menjadi seorang imam yang baik bagimu. Aku ingin menjadi seorang ayah yang baik bagi anak-anak kita kelak, dengan memberitahukan kepada mereka tentang sirah Nabi mereka, manusia yang paling mulia akhlaknya, manusia yang seharusnya menjadi panutan dan idola bagi mereka. Terdengar begitu tinggi? Ya, mungkin terdengar begitu, aku pun merasakannya, namun menurutku itu salah satu bekal yang harus kumiliki sebelum ku menjadi nahkoda dalam bahtera rumah tangga kita, karena begitu berat tanggung jawab kami -para lelaki- yang kelak kan menjadi suami dan ayah, seorang suami dan ayah bertanggung jawab untuk menjaga dirinya sendiri dan keluarganya dari siksaan api neraka, begitu firman Tuhanku dalam Al-qur’an yang kuimani. Hapal minimal satu juz dalam Al-qur’an dan selesai membaca sirah Nabiku itu inginku, atau mungkin bisa disebut janjiku, sebelum ku datang jemputmu tuk melayar bahtera kita. Dan aku akan penuhi janjiku itu, sebagai seorang muslim dan sebagai seorang lelaki yang pantang untuk mengingkari janji yang telah kubuat sendiri.

Duhai wanitaku yang kelak kan menyemai bunga-bungai cinta di taman hatiku, tahukah engkau bahwa disini ku terus menanti hadirmu disisi? Dan kuharap kau pun begitu pada diriku.

Duhai wanitaku yang kelak membawa sepoi angin kasih yang semilir, seorang Kahlil Gibran pernah menyatakan bahwa ” Cinta adalah kecocokan jiwa, dan jikalau itu tiada, Cinta takkan pernah tercipta, dalam hitungan tahun, bahkan millennia”, dan bagiku pernyataan diatas bisa kusederhanakan sebagai sebuah kecenderungan hati ketika dalam proses istikhoroh, dan itu yang belum kudapat selama ini, setelah beberapa proses mengenal wanita telah kulalui, dan kecenderungan hati itu akan hadir padamu.

Duhai wanitaku yang kelak berbagi kasih denganku, tahukah engkau, dalam setiap untaian doaku selalu kusebut namamu…
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang mencintai dan dicintai Alloh Subhanahu wa ta’ala,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang bisa menerima diriku dan keluargaku apa adanya,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang bersamaku membentuk rumah tangga yang kan hadirkan barokah, ridho dan ampunan Alloh Subhanahu wa ta’ala,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang bersamaku mendidik anak-anak kita kelak menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah,
istri yang cantik hati dan parasnya yang mengingatkanku ketika ku salah dan khilaf,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang jika dipandang membuatku semakin sayang, jika ku pergi membuatku merasa aman karena bisa menjaga kehormatan dirimu dan hartaku sebagaimana disebutkan oleh Nabi dalam sabdanya.

Itulah nama-namamu yang selalu kusebut dalam untaian doaku, yang dengan sebutan-sebutan itu juga doaku untuk dirimu, sehingga aku ridho padamu dan Alloh pun ridho padamu, sehingga kelak syurga-lah yang kan jadi tempat kembalimu.

Duhai wanitaku yang kelak menjadi ibu dari anak-anakku, aku sadar, sungguh sangat sadar aku hanyalah manusia biasa, lelaki biasa, tak seperti Nabi Muhammad SAW yang mulia dan paling baik terhadap keluarganya, tak seperti para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para ulama salafussholeh yang begitu baik ibadahnya, yang zuhud kehidupannya, yang begitu besar kecintaan mereka pada Nabi dan Rabb mereka. Aku hanyalah lelaki biasa, umat Nabi Muhammad SAW yang tengah berusaha untuk mengikuti sunnah-sunnahnya, yang sedang berusaha untuk mencontoh akhlaknya. Aku hanyalah lelaki biasa yang rindu kau hadir disisiku. Dan saat kutulis catatan kecil ini, saat itulah kurasakan rindu untuk hidup bersamamu, dalam ikatan perjanjian yang suci yang tak hanya disaksikan oleh para manusia, namun juga oleh Ilahi Robbi.

Duhai wanitaku, ku sadar dan kau pun sadari bahwa bahagia tiada selalu menyertai, terkadang jalan terjal harus bersama kita daki, aral lintang harus kita lewati,tak jarang kita harus mengusap air mata yang menetes di pipi, namun itu tiada menyurutkan kita tuk langkahkan kaki, dengan ilmu dan kemantapan hati, serta petunjuk Ilahi, bersama kita melayar bahtera ini.

Kemana kan kusembunyikan rindu
ketika hati tak mampu tuk berdusta
bahwa ku ingin kau hadir disisiku
tuk temaniku melayar bahtera cinta
Menuju keridhoan, barokah dan ampunan Alloh Subhanahu wa ta’ala…..

Jakarta, 27/02/2010
dalam rindu yg menyesak dijiwa dan ingatan akan janji yang belum tertunaikan dg sempurna…



9 komentar:

  1. wow.....bahagia sekali menjadi wanitamu!

    BalasHapus
  2. minta izinnyz untuk copy

    BalasHapus
  3. @ Anonim : silahkeun, semoga ada manfaatnya...

    BalasHapus
  4. subhanallah, luarbiasa. ternyata hari ini ada laki-laki yang benar-benar mau belajar menjadi seorang pemimpin, belajar dari pribadi mulia seperti rasulullah. semoga allah mendengar dan meridhoi. dan berbahagialan wanita yang mendapatkannya...

    BalasHapus
  5. @ chio : setiap laki-laki muslim pasti akan selalu berusaha mencontoh pribadi mulia Rasululloh Shollallohu 'alaihi wasalam, karena beliaulah lelaki yang paling mulia akhlaknya...semoga kita semua digolongkan menjadi hamba Alloh yang senantiasa mentauladani sikap mulia Rosululloh dan dijadikan golongan umatnya yang setia hingga akhir zaman, yang mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir kelak...Aamiin...

    BalasHapus
  6. Mas....Ijin Meng Copy..BUat Ingatan..Thanks..

    BalasHapus