Jumat, 13 November 2009

Muhasabah Pagi -Tentang sebuah Kesyukuran-

Pagi ini sungguh Alloh telah memberiku pelajaran yang amat sangat berharga akan arti sebuah kesyukuran.
Sebagaimana biasanya perjalanan menuju kantor harus melalui komplek perumahan polri di daerah pangadegan Jakarta selatan, dengan motor berplat warna merah yang artinya adalah pinjaman dari kantor kususuri jalanan pagi itu, awal ketika memasuki gerbang komplek perumahan polri tidak ada hal istimewa yang menarik perhatianku, hanya terlihat beberapa ibu-ibu mengerubuti tukang sayuran di pinggir jalan. Dengan santai kukendarai motor pinjaman ini, karena hari ini keberangkatanku ke kantor agak lebih pagi, hingga ketika keluar dari belokan kedua di komplek perumahan itu sebuah pemandangan yang mungkin bagi sebagian orang merupakan hal yang biasa namun tidak bagi diriku, didepanku terlihat seorang bapak yang sudah tua mendorong gerobak berjualan -yang mungkin Bubur Kacang Hijau- , dengan perlahan ia dorong gerobak dagangannya sembari sesekali memukulkan sendok ke mangkok kosong untuk menarik perhatian para calon pembelinya. Setelah melaluinya -karena beliau menuju kearah kebalikan denganku- hati ini langsung tersentak, dan lirih lisan ini berbisik “mengapa terkadang diri masih saja mengeluh, sedangkan diluran sana banyak orang bekerja sampai berpeluh?”

Ternyata pelajaran berharga ini tidak hanya disitu saja, ketika kupacu kuda besi pinjaman ini melewati belokan kekiri setelah stasiun cawang, kulihat seorang ibu bersama anaknya yang masih kecil dalam gendongannya berharap uluran para pengendara mobil atau motor yang lewat, kembali miris hati ini, dan bisikan hati kembali bergaung “Ya Alloh ampuni aku, jadikanku hamba-Mu yang bisa memberikan manfaat dan guna bagi orang lain”. Dan yang terakhir ketika akan melewati taman tebet kulihat seorang pak tua yang berjualan balon dipinggir jalan, dengan senyum menghiasi wajahnya ia terduduk di halte dekat situ -yang kutahu bahwa ia semalaman berjualan balon di pinggir jalan taman tebet- dan mungkin pagi ini ia akan pulang menemui keluarganya yang sedang menanti dirumah. Satu lagi hal yang membuatku merenung, setelah ku lewati ibu bersama anaknya yang berharap uluran tangan para pengendara dan sebelum kulihat pak tua yang sedang terduduk di halte taman tebet, perjalananku terhiasi oleh rumah yang boleh dikatakan mewah dengan pagar yang mungkin harganya sudah jutaan rupiah lengkap dengan mobil yang tidak hanya satu, itupun mobil yang termasuk golongan mobil mewah. Sungguh, miris hati ini, begitu njomplang kehidupan di ibukota ini, ketika berdiri rumah mewah ternyata dipinggiran kali ciliwung masih banyak rumah yang hanya berdinding kardus atau triplek tipis dengan atap seng bekas….Ah….sungguh naïf diri ini ketika masih saja merasa kurang, masih saja terdongak kepala ini melihat keatas. Ya Alloh ampuni hamba-Mu ini…

Pagi ini Alloh Subhanahu wa ta’ala memberikan pelajaran dengan cara yang sangat indah kepadaku, bukan lewat pendidikan di sebuah ruangan bernama kelas, bukan jua dalam halaqoh pengajian, namun dari sebuah perjalanan, Alloh menyuguhiku pemandangan yang kembali mengingatkanku dan menjadi sebuah pelajaran berharga akan arti sebuah kesyukuran. Bukankah dengan bersyukur Alloh akan menambahkan nikmat kepada kita? Dan nikmat itu tidak selalu berwujud materi, bisa nikmat sehat, keluarga yang harmonis, teman kantor yang baik, dan lain sebagainya, itu yang saya ketahui. Dan satu yang harus selalu dalam ingat dan pikiran kita, bahwa dalam hidup ini, segalanya adalah kepunyaan Alloh, kita hanya dititipi, diamanahi, untuk menjaga dan menggunakan apa yang telah Alloh titipkan kepada kita sesuai dengan yang telah disyariatkan-Nya.

Ya Alloh, Ya Rohman, Ya Rohim, ampuni hamba yang dhoif ini yang seringkali lupa untuk mensyukuri nikmat-Mu, jadikanlah hamba yang berlumuran dosa ini menjadi hamba-Mu yang pandai dalam mensyukuri nikmat-Mu….
Ya Alloh, Ya Ghoffar, Ya Kariim, pagi ini kuakui semua nikmat-Mu, begitu juga kuakui semua dosa-dosaku, ampunilah aku karena tiada yang dapat mengampuni kecuali Engkau…
Ya Alloh, Ya Dzaljalali wal ikrom angkatlah kekacauan yang melanda negeri ini, tunjukan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, karuniakanlah kepada negeri ini pemimpin yang amanah, yang adil, yang Engkau Cintai dan yang mencintai-Mu, yang senantiasa berpegang kepada Al-quran dan sunnah Rosul-Mu…Ya Alloh berkahilah dan ridhoilah setiap langkahku…mudahkanlah segala urusanku, karena tiada yang mudah kecuali Engkaulah yang memudahkan dan tiada yang susah kecuali Engkau pulalah yang memudahkan…Aamiin…


Jum'at, 13 November 2009
Pelajaran indah pada suatu pagi yang cerah


3 komentar:

  1. seperti posting ku "kita bagaikan kamera!" ya ngga mas?
    tapis etidaknya kita masih bersyukur..bersyukur akan 'kekameraan' kita, bersyukur akan kondisi kita yang menurut kita lebih baik...

    BalasHapus