Senin, 16 Februari 2009

Masih pantaskah ada kecemasan didalam diri?

Ahad sore kemarin, ada satu acara reality show televisi swasta yanga sangat berkesan di hati saya, dalam acara tersebut, ada seorang karyawati yang ingin merasakan hidup "sedikit susah" dengan tinggal bersama keluarga yang kekurangan. Di acara tersebut kepala keluarga yang dimaksud sudah tua, dan pekerjaannya adalah memperbaiki sepeda, dan membuatkan tangga dari bambu. Satu hal yang membuat saya tersentak dan tersadar akan kekhawatiran saya selama bulan ini adalah begitu tenang dan tak terisrat ketidakpuasan di raut muka sang kepala keluarga itu ketika menerima Rp 2.000 per sepeda yang ia betulkan. Dan begitu senangnya sang kepala keluarga ketika ia mendapatkan job untuk membuat tangga dari bambu. Bambu sebagai bahannya pun ia beli dari kebun tetangga seharga Rp 20.000, sedangkan keseluruhan ongkos yang akan terima dari pembuatan tangga tersebut Rp 30.000. Sungguh terlihat rasa tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, walaupun ia baru saja selesai mereparasi sepeda, dan hanya sejenak beristirahat untuk makan siang, ia pun langsung menuju ke kebun bambu milik tetangganya, dibwah rintik grimis, ia tetap harus menyelesaikan pesanan tangga itu, karena jika ia menunggu gerimis mereda maka anak istrinya tidaklah menunggu untuk dapat makan. Sang istri pun tak tinggal diam, ia membantu suaminya agar asap mengepul di dapur mereka, berjalan sekitar 4 km untuk mencari kerang kecil yang biasa hidup di sawah, untuk kemudian direbus dengan bumbu-bumbu dan di jual kembali. Trenyuh sang karyawati tadi, menyimak kehidupan keluarga tadi, begitupun diri ini, entah rasa apa yang merasuk kedalam jiwa ketika menyaksikan tayangan itu.

Ya Alloh, inikah cara-Mu untuk menyadarkan diriku yang dhoif ini?
ketika penghasilan tiap bulan sudah pasti, ketika lapar makanan apa yang kuinginkan pun terbeli, mengapa masih ada kecemasan didalam diri?
Sementara di luar sana tidak sedikit orang yang esok hari bahkan malam nanti pun tidak tahu apakah ada makanan untuk dirinya dan keluarganya....

Apakah masih pantas diri ini mengeluh dan khawatir?

Ya Alloh, kuatkan hambaMu ini untuk dapat hidup sederhana...
Ya Alloh karuniakanlah kepadaku istri yang sholehah yang mau hidup sederhana bersamaku...
Ya Alloh letakkanlah dunia di tanganku, jangan di hatiku...

Aamiin...

1 komentar:

  1. IYA SETUJU FI,
    MEMANG BENAR HADIST YANG ISINYA,,
    DALAM IBADAH KITA MELIHAT KE ATAS DAN DALAM KEHIDUPAN DI DUNIA SEYOGYANYA KITA MELIHAT KE BAWAH,

    BalasHapus