Sabtu, 22 Mei 2010

Kisah Seorang Penjual Tempe

Cerita singkat nan sederhana yang akan saya bagi pada kesempatan ini saya dapatkan dari seorang senior di kantor dimana pada waktu itu ada acara internalisasi nilai-nilai organisasi kami. Karena menurut saya cerita ini inspiratif maka saya bagikan disini untuk dapat sama-sama kita ambil hikmah dari cerita ini. Bagi yang sudah pernah dengar semoga postingan ini menjadi sarana untuk mengingat kembali dan bagi yang belum semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Seperti biasa, sebelum mulai mebacanya mari kita lafadzkan "Bismillahirrohmanirrohim" agar Alloh memberikan barokah-Nya kepada kita semua. Selamat menikmati.....


Ada seorang pedagang tempe yang setiap harinya bangun di pagi hari jam 3 pagi menyiapkan tempe yang telah dibuatnya untuk dibawa ke pasar di hari itu. Sebagaimana biasanya setelah sholat tahajud mulai di packing mneyiapkan dagangannya untuk dibawa ke pasar dan setelah siap dia pergi di pagi buta menuju pasar dimana biasa dia berjualan yang mempunyai jarak cukup jauh, dan ketika subuh datang maka dia mampir ke masjid untuk melakukan sholat subuh, setelah itu kembali dia melanjutkan perjalanan agar tidak kesiangan sampai di pasar untuk menjual tempenya. Pukul 6 pagi dia sampai di pasar dan mulai menggelar dagangannya sampai sekira pukul 10 pagi dagangannya habis dan dia pun pulang kembali ke rumahnya dengan membawa uang hasil berjualan untuk membeli bahan makanan untuk hari itu. Pada suatu ketika tempe yang dia buat tidak jadi-jadi, jam 3 pagi dia lihat belum jadi tempenya, ditunggunya sembari dia menunaikan sholat tahajud dan berdoa semoga tempenya jadi sehingga dia dapat berjualan dan memberi makan pada keluarganya hari itu. Namun setelah sholat dan berdoa dia kembali tengok tempenya, belum juga jadi, sembari tetap berprasangka baik dan jika dia tidak berjualan maka entah akan makan apa keluarganya hari itu maka tetap dia berangkat menuju pasar dengan membawa tempe yang belum jadi sambil terus berharap semoga tempenya jadi nanti setelah sampai di pasar. Setelah mampir sholat subuh kembali dia melihat tempe dagangannya, masih juga belum jadi, dan dengan terus berharap bahwa tempenya akan jadi di pasar nanti, kembali dia melanjutkan perjalanannya, sesampainya di pasar digelarlah dagangan tempenya seperti biasa, walaupun tempenya belum jadi, hingga jam 10 tidak ada yang membeli tempe yang belum jadi itu, akhirnya dia putuskan untuk membawa kembali tempenya itu pulang ke rumah, namun ketika bersiap-siap akan pulang dan membereskan dagangannya datanglah seorang ibu sedang mencari tempe yang belum jadi karena anaknya sangat suka sekali tempe namun akan pergi ke luar negeri malam nanti, sehingga harapannya jika besok sampai di luar negeri, tempe itu jadi dan bisa dimasak untuk dinikmati. Maka diboronglah semua tempenya itu oleh ibu tersebut dan ketika dia ceritakan yang dia alami pada hari itu sang ibu memberikan uang tambahan kepadanya.

Hikmah dari cerita di atas adalah setiap kejadian yang menimpa kita entah itu yang membuat kita bahagia atau mengundang duka lara pasti ada hikmahnya, walaupun mungkin kita tidak dapat melihat dan merasakan hikmah itu secara langsung ketika kejadian itu terjadi, dan juga boleh jadi kita anggap bahwa kejadian itu tidak baik bagi kita, namun dengan terus berdoa dan berprasangka baik pada Alloh maka hikmah dari kejadian itu adalah sesuatu yang sangat baik bagi kita, sebagaimana kisah seorang penjual tempe diatas. Dan hal ini disebutkan dalam Al-qur’an “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqoroh : 216). Oleh karenanya setiap kejadian yang menimpa diri kita mari kita sikapi dari sudut pandang yang paling positif dan tetap berprasangka baik pada Alloh Subhanahu wa ta’ala, karena bahkan dalam suatu uji/coba disana akan selalu ada alasan untuk kita senantiasa bersyukur yang dengan begitu kan kita dapati hikmah positif dan tiada uji/coba tersebut melemahkan diri melainkan akan menguatkan dan menjadikan kita lebih bijak serta lebih dewasa dalam menjalani setiap peran kita dalam kehidupan fana di dunia ini. Wallohu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar