Rabu, 21 Oktober 2009

Walau tak sempurna, kasih tulusmu kan tetap jadi hiasan hidupku

Seorang ikhwan dan akhwat menikah dengan presentasi acara pernikahan yang sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai akhwat begitu anggun dalam gaun putih jilbabnya (afwan karena gak boleh lihat, jadi kira-kira aja) dan pengantin ikhwan dalam beskap hitam dipadu dengan songkok muslim yang gagah. Pendeknya siapapun setuju mengatakan mereka pasangan yang idela dan serasi.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, ”Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan” katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. ”Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia”.

Suaminya setuju dan mereka mulai mamikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Pagi itu ketika sarapan (kebetulan hari libur), mereka siap mendiskusikannya. ”Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak ia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir. Sang istri terpana,”Maaf, apakah aku harus berhenti?”. ”Oh tidak, lanjutkan....” jawab suami masih dengan air matanya.

Lalu sang istri melanjutkan membaca semua yang terdaftar, kemudian melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia. ”Sekarang gantian ya, kau yang membacakan daftarmu”.

Dengan suara lembut suaminya berkata ”Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang”. Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serat isi hati suaminya. Bahwa suami telah menerima dirinya apa adanya, sangat tulus. Ia menunduk dan menangis...

Dalam hidup ini, kadang kita merasa dikecewakan, depresi, dan sakit hati dengan pasangan hidup kita. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesuklacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk dan menyakitkan, jika kita bisa menemukan banyak hal indah di sekeliling kita?

Terimalah ia apa adanya. Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan kita temukan cinta yang bersemi indah. Sesudahnya berupaya memperbaiki dan bukan menuntut untuk sempurna. Bukankah kita sendiri mempunyai kekurangan, mengapa kita sibuk menuntut istri untuk sempurna? Ada amanat yang harus kita emban ketika kita menikah. Ada ruang untuk saling berbagi. Ada ruang untuk saling memperbaiki. Dan bukan saling mengeluhkan, alih-alih menyebut-nyebut kekurangan.

Pahamilah kekhilafannya agar ia merasa ringan dalam memperbaiki, meski bukan berarti kita lantas membiarkan kesalahan. Berikanlah dukungan dan kehangatan kepadanya sehingga ia berbesar hati menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan. Tunjukkanlah bahwa kita memang sangat menghargainya, menerimanya dengan tulus, mau mengerti dan bersemangat mendampinginya

Hari ini, ketika kita bermimpi tentang sebuah pernikahan yang romantis sementara ikatan batin di antara kita dan pasangan begitu rapuh, sudahkah kita berterima kasih kepadanya? Sudahkah kita meminta maaf atas kesalahan kesalahan kita? Jika belum, mulailah dengan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kita dan ungkapkan sebuah panggilan sayang untuknya. Mulailah dari yang paling mudah, hatta yang paling remeh atau kecil sekalipun. Mulailah dari yang paling kecil, demikian Ustaz Aa' berpesan. Little things mean a lot, demikian Ustaz Fauzil menambahkan. Agar cinta bersemi dalam keluarga kita, agar cinta senantiasa berbunga dalam kehidupan kita.

Masya Allah.
Subhanallah.
Alhamdulillahirabbil alamiin.
Wallahu alam bisshawab.

(bagi yang belum menikah tidak usah khawatir, jika engkau jaga risalah Allah adalah sebuah keniscayaan jika Allah kan berikan yang terbaik buat antum, sekali lagi terbaik dalam perspektif Allah, dan bukan perpektif kita)


disarikan dari sebuah artikel lama yang tersimpan di kompie dan "Agar Cinta Bersemi Indah" oleh M. Fauzil Adhim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar