Senin, 01 Desember 2008

Ayah...

Ayah...
Kala senja menyapa selalu kutunggu kedatanganmu
Terkadang ketika langit telah berselimutkan kelamnya malam
Ibu, adik dan aku akan setia menunggumu pulang
Senang hati ini ketika kau ketuk pintu dan berucap salam
Langsung ku terhanyut dalam dekap hangatmu
Ku tak peduli kau masih berpeluh saat itu
Yang kutahu inilah saatku tuk bersamamu
Saatku tuk menggelayut dalam gendonganmu
Saatku tuk berceloteh kegiatanku hari ini padamu
Ayah...
Kini kau telah tiada
bahkan untuk menyapa adik kedua pun kau tak sempat
adik kedua hanya dapat memandangi fotomu
Ayah...
ketika kau telah tiada
ibu langsung ambil peranmu
ia banting tulang untuk mencari nafkah bagi kami anak-anaknya
satu sisi ia berperan sebagai ibu, disisi lain ia berperan sebagai ayah bagi kami
Ayah...
ku bersyukur kepada Alloh
karena ku dapat menghias rumah yang dulu kau bangunkan untuk kami
rumah yang kau bangunkan atas dasar cinta dan kasih sayang
rumah yang kau bangunkan tuk lindungi kami dari panas terik sang mentari
rumah yang kau bangunkan tuk lindungi kami dari tetesan air hujan
Ayah...
kurindu akan hadirmu
kurindu sapaanmu padaku
kurindu senyuman yang menyungging di wajahmmu
wajah yang melukiskan perjuanganmu tuk mencari nafkah untuk kami
tak jarang air mata ini mengalir di pipiku
jika ku teringat padamu
Ayah...
walau kau telah tiada kasih sayangmu dulu masih terasa
lisan ini tak kan lelah tuk doakanmu
semoga Alloh merahmatimu, mengampuni dosa-dosamu, dan meridhoimu
serta Alloh jadikanmu ahli surga-Nya
harapku Alloh kumpulkan ayah, ibu, aku dan adik-adik di surga-Nya
bersama dengan orang-orang yang beriman…
Aamiin...

Jakarta, 29 November 2008
Memoar seorang anak yang telah lama kehilangan sesosok ayah.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar