06
September 2010
Kuputuskan untuk mengirimkan sms kepada mas
putu untuk menanyakan pendapat beliau, apakah pas jika ku kirimkan sms ke Rizka
kapan dia siap untuk ku lamar secara resmi karena ku merasa terkadang dalam
beberapa hal gelora mudaku terkadang mengalahkan logika. Oleh karenanya ku tak
ingin gegabah dalam hal ini, mengingat Rizka juga sedang berusaha dalam proses
penyembuhan kakinya pasca kecelakaan yang dialaminya, maka ku minta pendapat
mas Putu, dan jawaban dari mas putu adalah tidak mengapa karena hal itu
menunjukkan keseriusanku untuk menjalin hubungan yang sesuai syariat dengannya.
07
September 2010
Siang hari dengan berucap bismillah ku
tuliskan sms ke Rizka : “Assalamu’alaykum, baaimana kondisinya
sekarang? Semoga sudah jauh lebih baik. Maaf Rizka, langsung saja, kira-kira
kapan Rizka siap untuk saya datang melamar secara resmi?”, setelah
selesai maka klik Send. Kembali kuluruskan niatan dalam hati, karena-Mu Ya
Alloh…hanya pada-Mu kuserahkan segalanya dan hanya kepada-Mu ku
berlindung…Aamiin.
09
September 2010
Di pagi yang sejuk saat diri ini sudah berada
di kampung halaman HPku bergetar menandakan ada sms yang masuk, kupandangi
layar HPku, dari Rizka. Dengan berucap bismillah ku buka sms tersebut “Assalamu’alaykum,
maaf luthfi saya mengirim message di facebook, mohon dibuka. Terima kasih.”
Singkat sms-nya, langsung kubuka account facebook-ku dan disana terpampang satu
pesan dari Rizka, kubuka dan kubaca perlahan pesan darinya
“Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Sebelumnya saya minta maaf karena pesan luthfi baru sy balas, alhamdulillah keadaan saya sudah lebih baik lagi. Mengenai kesiapan sy menerima kedatangan luthfi untuk melamar secara resmi, terus terang untuk saat ini saya belum siap. Saat ini sy sedang berusaha untuk kesembuhan kaki sy, saya minta waktu sampai dapat berjalan normal kembali, menjalani kehidupan secara normal dan mengembalikan kepercayaan diri saya. Untuk waktunya saya mohon kira-kira 3 bulan dari sekarang, jika sudah 3 bulan silakan Luthfi dapat menanyakan lagi tentang kesiapan saya.
Mohon maaf apakah Luthfi berkenan dengan permohonan saya ini?? Jika ada yang membuat tidak berkenan silahkan sampaikan kepada saya.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh”, rupanya dia jawab smsku melalui FB. Lalu langsung kujawab pesannya yang intinya adalah maksudku menanyakan kesiapan dia karena ku ingin mendapat kejelasan dan agar dapat bersiap-siap. Dan diri ini akan menunggu 3 bulan untuk mendapatkan jawaban kesiapan dia. Setelah kukirimkan pesan itu ku sms kembali dirinya bahwa ku sudah membalas pesannya sekaligus menanyakan apakah setelah lebaran Dia dan bapak ibunya ada di rumah, karena diriku dan ibu berencana akan berkunjung ke rumahnya. Selang sebentar dia menjawab pesanku di FB
“Alhamdulillah, terimakasih atas pengertian Luthfi. InsyaAllah setelah lebaran saya dan bapak ibu drmh. Monggo klo mau datang, terimakasih banyak”
“Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Sebelumnya saya minta maaf karena pesan luthfi baru sy balas, alhamdulillah keadaan saya sudah lebih baik lagi. Mengenai kesiapan sy menerima kedatangan luthfi untuk melamar secara resmi, terus terang untuk saat ini saya belum siap. Saat ini sy sedang berusaha untuk kesembuhan kaki sy, saya minta waktu sampai dapat berjalan normal kembali, menjalani kehidupan secara normal dan mengembalikan kepercayaan diri saya. Untuk waktunya saya mohon kira-kira 3 bulan dari sekarang, jika sudah 3 bulan silakan Luthfi dapat menanyakan lagi tentang kesiapan saya.
Mohon maaf apakah Luthfi berkenan dengan permohonan saya ini?? Jika ada yang membuat tidak berkenan silahkan sampaikan kepada saya.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh”, rupanya dia jawab smsku melalui FB. Lalu langsung kujawab pesannya yang intinya adalah maksudku menanyakan kesiapan dia karena ku ingin mendapat kejelasan dan agar dapat bersiap-siap. Dan diri ini akan menunggu 3 bulan untuk mendapatkan jawaban kesiapan dia. Setelah kukirimkan pesan itu ku sms kembali dirinya bahwa ku sudah membalas pesannya sekaligus menanyakan apakah setelah lebaran Dia dan bapak ibunya ada di rumah, karena diriku dan ibu berencana akan berkunjung ke rumahnya. Selang sebentar dia menjawab pesanku di FB
“Alhamdulillah, terimakasih atas pengertian Luthfi. InsyaAllah setelah lebaran saya dan bapak ibu drmh. Monggo klo mau datang, terimakasih banyak”
13
September 2010
Hari ini ku berencana untuk berkunjung ke
rumahnya bersama ibundaku, setelah sebelumnya ku sms dia, bertanya apakah ada
dirumah atau sedang bepergian, dan sms balasannya “waalaikumsalam, nggeh
monggo, kebetulan sy dan bapak ibu ada dirmh. Kira2 jam berapa?” lalu kubalas,
bahwa ini baru akan berangkat. Perjalanan kali ini tidak setegang dahulu ketika
pertama ku kerumahnya dan ketika pertama bersama ibu ke rumahnya. Hari terakhir
cuti bersama membuat perjalanan kali ini harus ditempuh dengan kondisi jalanan
padat, Alhamdulillah setelah hampir satu jam menempuh perjalanan, sekitar pukul
11.30 sampailah diri ini di rumahnya, dengan disambut ayah ibunya lalu menyusul
dirinya dengan menggunakan kruk dan Jilbab Pink-nya ikut bergabung di ruang
tamu. Seperti yang lalu, kali ini diriku dan dirinya pun menjadi pendengar yang
baik, karena bapak ibunya dan ibundaku-lah yang lebih banyak bertukar cerita.
Dari obrolan tersebut kuketahui bahwa ternyata ada retak di telapak kakinya,
hal inilah yang membuat dia masih agak susah untuk menapak dan masih merasakan
sakit. Tak terasa adzan Dhuhur berkumandang, ku mohon ijin untuk melakukan
sholat dhuhur, namun karena masjid di dekat rumahnya sedang di renovasi yang
membuat tidak mungkin digunakan untuk sementara waktu, maka disarankanlah
diriku untuk sholat di mushola oleh bapaknya, namun sebelum itu, bapak ibunya
memintaku dan ibu untuk makan siang dahulu. Dengan hidangan Ikan Gurameh dan
ikan bawal yang diambil dari kolam di belakang rumahnya dilengkapi dengan Pecel
dan tak ketinggalan sate ayam, kami berempat mulai mengisi perut ini. Selesai
santap siang diriku dengan diantar adiknya menuju ke mushola untuk sholat
dhuhur, ternyata lumayan juga jaraknya, untung diantar menggunakan sepeda
motor. Setelah selesai sholat, sempat ku mengobrol dengan bapaknya di teras
depan rumahnya, sebelum akhirnya ibunya meminta kami kembali masuk ke ruang
tamu. Ternyata di meja ruang tamu itu sudah disediakan es kelapa muda dan tape
ketan, dimulai dari obrolan ringan saat itu hanya ada bapak ibunya, ibuku dan
diriku, kemudian ketika akan berpamitan ibundaku mengatakan tujuan kunjungan
kami kali ini, bahwa selain bersilaturahim, ibuku ingin menyampaikan lamaran
kepadanya apakah bersedia untuk dijadikan pendamping hidup anaknya –diriku
maksudnya-, karena sebelumnya ibu dan diriku sudah sepakat untuk tidak
menyatakan hal ini karena dia sedang konsentrasi untuk kesembuhan kakinya, maka
pada saat ibundaku mengungkapkan hal ini, aku menjadi gugup, dan sembari
mendengarkan ibundaku, hal yang dapat kulakukan hanya menikmati es kelapa muda itu…(setelah pulang
ternyata lucu juga kejadian saat itu, pikirku). Dan bapaknya mengatakan bahwa
pada dasarnya mereka sebagai orang tua hanya dapat merestui dan mendoakan,
karena masing-masing kami sudah dewasa, dan bukan lagi jaman siti nurbaya maka
keputusan nanti diserahkan kepada dirinya. Selain itu ibundaku juga menyatakan
bahwa posisi kami adalah menunggu kabar dari keluarganya kapan siap untuk kami
datang melamar secara resmi, oleh bapak ibunya diriku diminta untuk meberikan
nomor HP ibundaku kepada dirinya agar jikalau sudah siap dapat memberikan
kabar.
Setelah itu kami pamit karena langit sudah mulai digelayuti awan
mendung, namun sebelum pulang ternyata ibunya memberikan kami bawaan berupa
emping dan tape ketan, dengan berucap terima kasih dan salam diriku dan ibu
kembali meluncur ke Purwokerto. Alhamdulillah ujarku sepulang dari rumahnya,
paling tidak kedua orang tuanya mengetahui keseriusanku dengan pernyataan dari
ibuku tadi. Tiga bulan lagi akan kutanyakan padanya, dan ku kan berusaha untuk
kembali menata hati ini, memperbaiki diri ini, berusaha untuk tak terlalu
tinggi melambungkan harap dalam hati, karena apapun nanti yang terjadi itulah
takdir Alloh yang harus kujalani dengan ikhlas dan rela hati. Prinsipku jangan
sampai diri ini melukai seorang wanita dengan memutuskan proses yang sudah
kumulai sendiri, jikalau pun nantinya dalam 3 bulan mendatang dia merubah
keputusannya, biarlah, biarlah sedikit ku terluka, asalkan ku tak melukai, itu
artinya dia tidak berjodoh denganku. Yang paling penting tetap berprasangka
baik kepada Alloh karena Alloh mengikuti prasangka hamba-Nya.
12 Oktober 2010
Dari obrolanku dengan
ibundaku beberapa hari yang lalu, kuketahui bahwa “dia” telah kembali bekerja,
ibundaku mengetahui hal ini ketika beliau di SMS oleh ibunya “dia”, lalu
ibundaku diakhir pembicaraan kami memintaku untuk menanyakan kepadanya
bagaimana kabar dan perkembangannya entah melalui telepon atau SMS. Karena ibunda yang meminta, maka ku kirimkan
SMS padanya menanyakan bagaimana kondisi kakinya dan apakah sudah mulai masuk
kerja dan jawaban dia adalah kondisi kakinya sudah membaik dan sudah mulai
masuk kerja semenjak sepekan yang lalu walaupun masih dibantu dengan tongkat
untuk menyangga kakinya.
27 Oktober 2010
Menjelang waktu Isya Hpku berdering yang menandakan
adanya SMS yang masuk, kulihat layar Hpku, ternyata “dia” yang SMS, segera saja kubuka SMSnya dan isi SMSnya
memberitahuku bahwa nomor Hpnya telah berganti dengan provider yang sama dengan
yang kupakai, sedang nomor yang dahulu akan jarang aktif lagi, jadi kalau
diriku ingin menghubunginya dapat kuhubungi nomor barunya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar