14
Agustus 2010
Setelah kunjungan terakhir ke rumahnya
memang diriku sengaja untuk membatasi diri mengontak dirinya, karena aku ingin
tetap niat baik yang ada ini direalisasikan dengan cara yang baik juga tanpa
melanggar batasan-batasan syariat-Nya. Selain itu, diri ini juga ingin fokus
dalam meningkatkan amaliyah selama bulan Romadhon. Alhamdulillah menjelang
bulan Romadhon yang mulia, diri ini sudah bisa untuk tidak terlalu
memikirkannya, hingga hari ini, pada saat puasa sudah berjalan 4 hari, saat
setelah sholat dhuha dan tilawah qur’an, iseng kubuka FB miliknya, dan
terkaget diri ini ketika kulihat di wall FBnya, ada seorang temannya yang
menuliskan “Semoga cepat sembuh” dan setelah kutelisik, dari situ kuketahui
bahwa dirinya baru mendapat kecelakaan. Langsung pada saat itu ku sms dirinya,
namun lama tak dibalas akhirnya kucoba telpon ke HPnya juga tak ada yang
mengangkat, akhirnya ku hubungi salah seorang teman dekatnya untuk menanyakan
nomor rumahnya, dan Alhamdulillah diriku mendapatkannya siang itu. Dengan
pertimbangan bahwa siang mungkin waktu yang digunakan untuk beristirahat maka ku
putuskan untuk menghubunginya pada sore setelah ashar nanti.
Begitu selesai
menunaikan sholat ashar berjamaah di masjid langsung ku coba menghubungi
rumahnya -terus terang, pertama kali mendapat kabar dia kecelakaan, risau diri
ini ingin mengetahui bagaimana keadaannya-. Ku telpon dan yang mengangkat
bapaknya, lalu langsung di berikannya gagang telpon itu kepada dirinya, dari
obrolan yang tak terlalu lama tersebut, kuketahui bahwa kondisinya saat ini
sudah lebih baik, dia sedang terapi untuk melatih kakinya menekuk dan pekan
depan akan mulai berlatih berjalan, ternyata kaki kanannya retak dan patah, Ya
Alloh, ku tak dapat membayangkan bagaimana raut wajahnya saat itu, hanya
untaian doa yang kupanjatkan kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, semoga sakit
yang kini dideritanya adalah penggugur dosa-dosanya.
Agak sedikit lega kudengar
bahwa kabar dirinya sudah lebih baik, dan akhirnya kuputuskan pekan depan ku
ingin pulang untuk menjenguknya sekaligus untuk mengantar buku hadiah ulang
tahun untuk adikku. Tak lupa ku kabari ibunda akan hal ini, dan beliau juga
terkejut mendengar kabar ini. Dari menelpon ibunda itu diriku tahu bahwa
sekitar 2 pekan yang lalu (hampir sama waktu kejadiannya dengan dia
kecelakaan) bahwa ibundaku juga mengalami kecelakaan ditabrak mobil dari
belakang ketika akan menjemput adikku yang mengikuti les privat. Langsung ku
protes pada ibunda mengapa tidak mengabari hal ini padaku, dan kata beliau
bahwa beliau tak ingin aku khawatir karena lukanya pun tak serius, hanya lecet
di bagian bawah mata beliau.
Setelah sebelumnya kudapati kabar
menggembirakan bahwa tulisaku yang kukirimkan untuk mengikuti kompetisi menulis
disalah satu forum diskusi intranet berhasil menjadi salah satu dari 5 tulisan
terbaik dan berhak mendapatkan hadiah, hari ini ku dikejutkan dengan kabar
bahwa seorang yang sedang akan kupinang
sebagai istriku mendapat kecelakaan yang membuat kakinya patah….namun
bagaimanapun memang inilah lukisan kehidupan manusia, merupakan perpaduan warna
suka dan duka, warna sedih dan bahagia, yang kan saling bergantian tertoreh
dalam lukisan kehidupan tersebut. tinggal bagaimana kita menyikapi warna-warna
tersebut saat tertoreh dalam lukisan kehidupan kita, apakah kita memilih sabar
saat warna sedih dan duka melanda ataukah memilih syukur saat warna suka dan
bahagia menyapa….untukmu disana ijinkanku hadirkan namamu dalam kidung
doa-doaku…Semoga Alloh menyembuhkanmu secepatnya dengan kesembuhan yang tiada
sakit setelahnya, Semoga Alloh menjadikan sakit yang engkau derita sebagai
penggugur dosa-dosamu….Aamiin…
22
Agustus 2010
Setelah mengetahui bahwa dirinya sedang sakit
maka ku putuskan pekan ketiga di bulan Agustus ini untuk pulang kampung, selain
untuk menjenguknya juga ingin ku antarkan hadiah buku ulang tahun adik
pertamaku. Dan Alhamdulillah hari ahad tanggal 12 Romadhon 1431 Hijriyah yang
bertepatan dengan tanggal 22 Agustus 2010, diriku dan ibunda datang berkunjung
ke rumahnya untuk menjenguk. Sempat sedikit terlambat ku sampai ke rumahnya
karena ban motor yang kukendarai bersama
ibunda bocor ketika sudah hampir sampai ke rumahnya, namun inilah cara Alloh
Subhanahu wa ta’ala untuk mempertemukan ibunya dengan ibundaku, karena saat itu
ibunya sedang berada di Yogyakarta mengurus adiknya yang baru saja masuk kuliah
di UGM. Dengan membawa parcel buah dan bingkisan sederhana berisi buku (Menjadi Wanita Yang Paling Bahagia, Mengubah Musibah Menjadi Berkah, dan Sandiwara Langit) diriku dan ibu bertamu kerumahnya.
Sesampain di rumahnya kami disambut
oleh bapaknya, dan pada kesempatan itu, ibundaku yang banyak mengobrol dengan
bapaknya, sekitar setengah jam ibunya pulang dari Yogyakarta, dan kami semua
masuk ke ruang keluarga untuk melihat kondisi “dia”, dan memang disana “dia”
telah terduduk dengann kruk disebelahnya, langsung kuserahkan bingkisan yang
telah kupersiapkan dari Jakarta kepadanya dan ibundaku langsung menyalami dan
menanyakan kondisinya, sedang diriku hanya melihat suasana tersebut dengan suasana
hati yang mengharu biru, karena kulihat ibundaku dan “dia” ada keakraban dalam
mengobrol dan tak tega kulihat kondisnya seperti itu walaupun kulihat ada
kesabaran dan ketabahan di raut wajahnya. Selang sebentar bapaknya menawarkanku
untuk melihat hasil rongten-nya dan kusetujui hal itu. Ketika bapaknya
keluar dari kamar “dia” dengan membawa hasil rongten-nya, pertama kali ku ditunjuki
bagian tulang kaki yang retak dan patah tanpa pen, walaupun sedih melihatnya namun ku masih
tahan untuk melihatnya, dan yang kedua ku lihat hasil rongten yang menunjukkan
bahwa pen telah terpasang pada tulang kakinya, untuk bagian ini ku tak tega
melihatnya, bagaimana tidak, ada 9 sekrup terpasang di kakinya…Ya Alloh, berikan
kesabaran dan ketabahan kepada dirinya.
Tak terasa adzan dhuhur berkumandang,
bapaknya lantas mengajakku untuk sholat dhuhur berjamaah di masjid yang tak
jauh dari rumahnya sedang ibundaku sholat di rumahnya, seusai sholat kembali
diriku, ibunda dan kedua orang tuanya terlibat obrolan sedikit. Sebelum
berkunjung, memang sudah ku minta kepada ibunda bahwa jangan mebicarakan
lamaranku dahulu karena mungkin situasinya masih kurang tepat, eh malah pas mau
pamitan ibunda berbicara masalah ini, walaupun hanya sekilas, hanya menegaskan
bahwa ku ingin serius dengannya dengan melamar dirinya, dan bapaknya dengan
sedikit tertawa berkata “nggih monggoh mawon…”, ehm…ibundaku, ternyata sifatku
menirumu…dan kunjungan singkat itupun berakhir dengan rasa tenang dan lega
melihat kondisinya… dan satu lagi, ketika itu “dia” mengenakan jilbab pink…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar