Selasa, 03 Januari 2012

Sebuah Perjalanan Cinta (4) -Gelegar Syukur-

15 Mei 2010

Hari ini tepat satu bulan sejak ku tuliskan surat untuknya bahwa aku ingin mengenalnya lebih dekat dalam rangka menuju hubungan yang lebih serius yaitu pernikahan, dan kebetulan hari ini jatuh pada hari sabtu, yang dari sejak awal bulan mei sudah kurencanakan untuk pulang ke kampung halaman. Karena itu ku minta kepada mas putu untuk menanyakan kepada dirinya bisakah aku bertemu dengannya untuk menceritakan apa-apa yang tak tertulis di biodata yang kuserahkan kepadanya. Alhamdulillah dia bersedia dan memintaku untuk dapat bertemu dirumahnya karena dia lebih nyaman bertemu di rumahnya karena ada kedua orang tuanya. Ku setujui pintanya dan sabtu sore dalam cuaca yang cerah sekitar pukul 16.30 WIB ku lajukan motorku menuju rumahnya setelah sebelumnya ku mampir ke tukang buah untuk membeli apel dan jeruk sebagai buah tangan. Berbekal petunjuk dari seorang teman yang rumahnya juga di Purbalingga Alhamdulillah sekitar 17.30 ku tiba di rumahnya dan langsung disambut oleh bapaknya kemudian menyusul ibunya.

Bapaknya memulai membuka pembicaraandan posisiku saat itu menjadi seorang pendengar yang baik, hingga adzan maghrib bergema ku ijin untuk menuju masjid didekat rumahnya untuk sholat maghrib berjamaah. Seusai sholat kembali ku kerumahnya, dan kembali ku mengobrol bersama ibu dan bapaknya, walaupun dia juga ada disana, namun jarang sekali kami mengobrol, karena lebih banyak ku mengobrol dengan bapak ibunya, begitu hingga adzan isya menggema maka dirikupun kembali mohon ijin untuk sholat di masjid. Seusai sholat isya, dalam perjalanan dari masjid menuju rumahnya ku telpon salah seorang teman, meminta pertimbangan bagaimana baiknya, apakah langsung kuutarakan niatanku untuk melamarnya atau kutunda dahulu, dan temanku diseberang telepon sana menyarankanku untuk langsung saja bilang pada kesempatan ini bahwa aku berniat melamarnya.

Dengan terus berdzikir agar hati ini menjadi tenang, kulangkahkan kaki ini menuju rumahnya, begitu telah sampai di halaman rumahnya ternyata bapaknya akan kondangan ke acara pernikahan teman dekatnya, walhasil tinggallah diriku, dia, dan ibunya, sekitar setengah jam melanjutkan obrolan, sekitar jam 20.00 WIB ku berpamitan, namun sebelumnya kuutarakan maksud kedaanganku ke rumahnya kepada ibunya, walaupun ku harap bapaknya ikut mendengar, namun karena sepertinya masih lama pulangnya, maka kusampaikan di depan dirinya dan ibunya, bahwa maksud ku kerumahnya adalah selain untuk bersilaturahim juga ku ingin mengenal lebih dekat ibunya, bapaknya, dia dan keluarganya, serta ku berencana ingin meminang dia untuk menjadi istriku (pada moment inilah agak lama ku berucap kata meminang), jikalau berkenan maka lain waktu ku akan datang kembali bersama ibunda, tetapi kalau memang kurang berkenan tak mengapa hitung-hitung menambah keluarga dan jalinan silaturahim. Setelah itu kuutarakan sekilas tentang kondisiku, dan ibunya menjawab bahwa terima kasih atas silaturahim ku saat itu, dan untuk masalah pinangan, mungkin tak bisa cepat-cepat seperti yang mungkin ku bayangkan, dan aku pun memakluminya karena saat itu memang adiknya baru lulus kuliah dan sedang mencari tempat kuliah. Ku jawab “tidak mengapa bu, paling tidak saya sudah menyampaikan apa maksud kedatangan saya”. Dirinya pun tak banyak berbicara ketika kuutarakan maksudku itu, dan setelah itu ku pamit untuk pulang ke rumah. Alhamdulillah akhirnya kusampaikan juga maksud yang selama ini ingin kusampaikan, walaupun tidak ada jawaban tegas yang menyatakan bahwa pinanganku diterima.

Sesampainya di rumah, ibundaku bertanya bagaimana tadi ketemuannya, lalu kuceritakan bahwa pertemuan tadi diriku juga mengatakan kalau ingin meminang dirinya, pada saat itu ibundaku kaget dan terkejut kemudian berkata "Kamu itu terlalu berani Fi..." ku hanya tersenyum ketika ibunda mengatakan itu. Setelah mengobrol dengan ibunda ku menuju kamarku untuk beristirahat, namun sebelum kupejamkan mata ini ku kirimkan SMS kepadanya, memohon maaf jika tadi diriku lancang untuk meminangnya karena sebelumnya kukatakan kepadanya bahwa kedatanganku hanya untuk membicarakan hal-hal yang tidak dapat kusebut dalam biodata dan selain itu ku memohon padanya agar menyampaikan maksudku meminang dirinya kepada bapaknya, karena bagaimanapun bapaknyalah walinya.

31 Mei 2010

Setengah bulan ku menunggu jawaban darinya, yang dalam rentang waktu itu entah mengapa ada sedikit resah dalam hati, mungkinkah pernyataanku terlalu cepat sehingga membuat dirinya dan keluarganya kaget sehingga membuat mereka berpikir ulang untuk menerimaku, namun pada sepertiga malam terkahir ku bersimpuh pada Dzat yang Maha Menguasai Hati memohon pada-Nya agar diberikan yang terbaik, jikalau dia adalah baik untuk kehidupan dunia dan akheratku kumohon pada Alloh agar dimudahkan proses ini, dan Alhamdulillah setelah curhat dengan-Nya hati ini diliputi ketenangan. Waktu terus berganti, dan dalam perjalanan sang waktu ku coba evaluasi diri, hingga kudapati suatu kesimpulan, yang sedari awal sebenarnya sudah kusadari namun dalam beberapa waktu terakhir ini sempat menghilang dalam pikiran, yaitu konsekuensi atas keputusanku ini, bahwa apapun hasilnya nanti itulah yang terbaik untukku dan untuknya karena apa yang kulakukan InsyaAlloh kuniatkan mengikuti sunnah rosul bukannya untuk pacaran yang didalamnya terdapat banyak mudhorotnya ketimbang manfaatnya, juga proses selalu kujaga agar tetap dalam batasan syariat-Nya walaupun hati ini terkadang meronta-ronta ingin mendengar bagaimana kabar dia disana.

Dalam rentang menunggu ini ku tak ingin memaksa dia memberi jawaban secepatnya karena ku juga memahami bahwa tidak dapat secepat itu, dia harus berkonsultasi kepada Alloh, dan juga keluarganya, apalagi adiknya tahun ini akan mulai masuk kuliah yang artinya pikiran kedua orang tuanya pastilah terpecah, mungkin sebulan kemudian atau sebelum romadhon kembali akan kutanyakan apakah dia dan keluarganya menerima pinanganku atau tidak. Dan pada hari ini, senin tanggal 31 Mei 2010 saat ku tengah berusaha menghidupkan sunnah Rosulku yaitu shoum senin-kamis, kudapati kabar bahagia itu, dalam sebuah pesan di FB, mas Putu meneruskan pesan yang dia kirimkan pada mas Putu yang isinya :

Rizka Cica Pratiwi 31 Mei jam 5:41
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaikum
Mas putu sebelumnya sy minta maaf, pesannya dikirim lewat facebook, HP sy sedang error jadi dalam beberapa hari ini no-nya tdk aktif.

Setelah dibicarakan dengan keluarga dan sholat Istikharoh, iya saya bersedia melanjutkan proses dengan Luthfi. Semoga Allah SWT meridhoi, amin.

Alhamdulillah, terucap berkali-kali dari lisan ini, dan pagi ini, kutambahkan sujud syukur dalam sholat dhuha-ku. Dan malam harinya ku telpon ibundaku tercinta di kampong halaman, kukabarkan berita ini dan beliau menyambut dengan bahagia, lalu ku tanyakan kepada ibunda, bagaimana, apakah akan langsung melamar secara resmi? Lalu beliau mengatakan bahwa, "tidak dapat secepat itu, kita datang silaturahim dulu, kan ibu juga belum kenal dengan rizka, bapak dan ibunya". Kupikir benar juga, ya sudah akhirnya ku ikuti apa yang ibunda inginkan yaitu silaturahim dahulu, baru setelah itu mungkin baru diriku dan keluarga akan melamar secara resmi. Selang satu dua hari, ku beritahukan mas Putu hasil diskusiku dengan ibunda, dan kembali ku minta tolong kepada mas Putu untuk menanyakan kepada Rizka, kira-kira kapan diriku dan ibunda bisa bersilaturahim dengan keluarganya.

Sebuah Perjalanan Cinta (3) -Resah yang bergelayut di hati-

19 April 2010
Setelah dia bersedia menerima ajakan ta’arufku maka hari ini kukirimkan biodataku melalui email ke alamat emailnya yang sebelumnya telah diberitahukan kepadaku melalui SMS (nomor HPnya baru kuketahui ketika kuminta pada saat berkirim pesan lewat facebook sabtu yang lalu). Sebelum kukirimkan biodataku ini, kuberitahukan mas putu bahwa Rizka bersedia untuk ta’aruf denganku. Dengan berucap Basmallah kukirim biodata diri ke emailnya. Dan di hari ini pula pertama kalinya kukirimkan sms ku padanya bahwa biodata sudah kukirimkan. Jawaban singkat darinya menyatakan bahwa jika nanti online dia akan membuka biodataku.

22 April 2010
Tiga hari setelah kukirimkan biodata, masih saja ku harap-harap cemas, karena sampai hari ini masih belum kuterima kabar darinya, mungkin saja dia sedang memikirkan, berdiskusi dengan orang tuanya dan sholat istikhoroh begitu pikirku, karena memang dalam email yang berisi biodataku kembali kutuliskan bahwa silahkan dibaca dan diskusikan dengan keluarga serta sholat istikhoroh.
Seperti biasa hari ini setelah bekerja kulanjutkan dengan kuliah malam harinya, dan setelah selesai kuliah bersama beberapa teman kami sholat isya berjamaah dahulu sebelum kembali ke kos masing-masing, selesai sholat HPku bergetar menandakan ada SMS masuk, dan ternyata dari mas putu, pada waktu itu waktu di SMS tersebut menunjukkan pukul 20.51 WIB, berisi bahwa Rizka Alhamdulillah diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta di Purwokerto sana. Alhamdulillah ujarkau, paling tidak sudah ada kabar walaupun bukan kabar yang kuharapkan.

08 Mei 2010
Waktu terus saja berlalu dan kabar yang kuharapkan darinya belum juga kutahu, 16 hari telah berjalan dan selalu ku cek emailku ketika pagi ku datang ke kantor berharap ada email masuk darinya tetapi belum saja ada email darinya, ehm...memang harus bersabar dan tertap menggantungkan harapan ini kepada Alloh Azza wa Jalla begitu gumamku. Mas Putu sebagai perantara kami menceritakan kepadanya kalau diriku terkena mutasi, ya sekitar tanggal 29 April 2010 ada SK mutasi pelaksana dan namaku terpampang disana, dan jawaban dia disana “Alhamdulillah, selamat buat Luthfi ya mas, semoga ditempat yang baru dapat menjalankan amanahnya dengan baik dan lebih menyenangkan. Aamiin” itulah SMS darinya yang mas putu forward kepadaku. Alhamdulillah, paling tidak ada kabar darinya setelah 16 hari tiada kabar. Sedikit cerita, sekitar akhir April 2010 diri ini dikejutkan dengan kedatangan SK mutasi, karena ketika tahu dia sudah diterima bekerja di Purwokerto, sudah ada rencanaku untuk mencoba mengajukan pindah ke Purwokerto, agar aku dapat hidup bersamanya dan juga bersama ibu dan kedua adikku, sembari berharap dia juga dapat mengajukan pindah ke Jakarta agar diriku dan dirinya kelak jikalau memang berjodoh dapat hidup bersama dalam mahligai rumah tangga, namun ternyata SK Mutasi ini keluar lebih dahulu dan mau tidak mau maka tugas baru harus tetap kuemban dan kujalankan.

10 Mei 2010
Hari ini ku mulai berkantor di kantor yang baru, setelah satu pekan ku mengajukan penundaan karena masih ada pekerjaan di kantor lama yang harus kuselesaikan. Terbiasa dahulu di kantor yang lama dipegangi motor dinas, sehingga berangkat bisa santai, sekarang harus berangkat lebih pagi karena selain jaraknya agak jauh dari kos-kosan, untuk menuju kantor yang baru juga harus menggunakan angkot 2 kali untuk sampai di kantor baru ini. Saat sang mentari mulai meninggi meninggalkan pagi kudapatkan sms dari mas putu yang memberitahukan kalau Rizka sudah mengirimkan biodatanya ke emailku, langsung saja kubuka melalui HP, karena memang pada saat itu di kantor baruku belum mendapatkan komputer, dan memang di inboxku terpampang email dari seorang yang selama ini kutunggu, kubuka biodatanya, dan kubaca perlahan, InsyaAlloh semakin mantab untuk melangkah, dan kuputuskan untuk dapat bertemu dengannya dengan maksud membicarakan hal-hal yang tidak dapat kutulis dalam biodataku dahulu, agar menjadi pertimbangan dirinya apakah bersedia untuk masuk ke tahap berikutnya ataupun sudah cukup sampai disini.

Dan kebetulan juga memang pekan ini tepatnya tanggal 14 Mei 2010 diriku ada rencana pulang ke kampung halaman untuk mengambil rice cooker yang tak terpakai dirumah untuk dibawa ke kosan, lumayan pikirku, dapat menghemat pengeluaran pada pos makan. Di hari ini kukirimkan sms keduaku padanya untuk menanyakan kapan dan dimana dapat diriku dan dirinya bertemu, dan dia menjawab bagaimana kalau hari ahad, karena sabtu dia masih bekerja, namun karena diriku sudah terlanjur membeli tiket pulang ke Jakarta hari ahad pagi maka kusampaikan bahwa ahad tidak bisa, akhirnya dia mengusulkan bagaimana kalau sabtu sore atau malam di rumahnya. Lalu kujawab Oke, dan sampai hari ini baru 4 sms kukirimkan padanya, sengaja ku minta bantuan mas putu yang memang sudah kenal dengan Rizka walaupun tidak kenal dekat dengannya untuk menjadi mediator kami, karena menurutku jikalau sering berhubungan langsung dengannya baik itu melalui telepon atau sms ku takut terjebak pada harapan yang terlanjur melambung tinggi padahal prosesnya belum jelas apakah akan lancar atau berhenti ditengah jalan. Dengan begitu jikalau ternyata berhenti ditengah jalan walaupun ada kecewa namun kuharap tidaklah terlalu dalam kekecewaan itu.

Sebuah Perjalanan Cinta (2) -Dan Harapan pun mulai tumbuh-

16 April 2010

Hari terus berlalu dan sang waktu tak pernah mau kompromi dengan diri ini. Walaupun sudah ada kelegaan karena telah kunyatakan niatanku padanya, namun tetap saja ada rasa pensaran pakah jawaban yang nanti dia berikan?
Kamis telah berlalu bersama dengan sang mentari yang kembali ke ufuk barat dan malam yang telah datang menjelang, rasa pensaranku membuat diri ini rutin mengecek account Facebook-ku berharap disana telah ada satu pesan darinya, namun hingga saat mata ini kan terpejam belum juga ada pesan masuk di account Facebook-ku darinya. Ku tetap bersabar menanti jawaban darinya. Oleh karenanya ketika Jum’at datang dengan cerahnya sang mentari dan harapan-harapan serta semangat baru, diri ini sudah sedikit tenang dan tak terlalu risau, sangkaku mungkin dia sedang beristikhoroh memohon kemantapan hati kepada Dzat Yang Maha Menguasai Hati dan berkonsultasi dengan bapak ibunya, jadi sampai saat ku berangkat kembali ke kampung halaman, karena akan menghadiri pernikahan seorang teman, ku merasa ringan hati ini, walaupun tetap saja rutin ku buka account Facebook-ku berharap disana telah masuk jawaban darinya. Bersama kereta senja ku tinggalkan ibu kota menuju kampung halaman tercinta dimana disana ibunda dan adik-adikku berada.

17 April 2010

Sekitar 8 jam ku tempuh perjalanan ini, hingga Alhamdulillah pagi dini hari ku telah tiba di stasiun Purwokerto, langsung saja setelah keluar stasiun ku iyakan salah satu tawaran tukang ojek di stasiun. Dan bersama tukang ojek itu kususuri jalanan lengang Purwokerto menuju rumah nan sederhana namun penuh cinta dan kasih sayang didalamnya. Setiba di rumah, seperti biasa, ibundaku lah yang membukakan pintu dan menyambut kedatanganku.
Sabtu 17 April 2010 seusai sholat subuh, kurebahkan sejenak tubuh yang msih menyisakan lelah perjalanan semalam, dan sekitar pukul 07.00 pagi keterbangun karena ternyata rasa lapar telah hinggap di perutku. Seusai sarapan pagi, kembali rasa penasaran membuat ku kembali membuka account Facebook-ku -waktu itu jam di kamarku menunjukkan sekitar pukul 08.30-, dengan terpaan hangat sinar sang mentari yang menyelusup ke dalam kamar melalui jendela kaca, ku buka account facebook-ku dan disana terpampang satu pesan masuk dari seorang yang telah kutunggu, grogi hati ini untuk membukanya, lalu kuputuskan untuk sholat dhuha dahulu sebelum membuka pesannya, berharap bahwa hati ini akan ridho dan ikhlas apapun jawaban dia nanti.
Selesai sholat dhuha, kembali ku buka pesan itu,

Rizka Cica Pratiwi April 17, 2010 at 10:19pm
Balasan: Assalamu'alaykum
Assalamualaikum warohmatullohi Wabarokatuh

Saya sudah membaca pesan dari luthfi dan saya mengerti maksud dari pesan luthfi.
Terimakasih atas niat baik yang disampikan dan saya bersedia untuk mengenal lebih jauh satu sama lain (taaruf)
Semoga Allah memudahkan segala urusan kita,amin.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

langsung, saja diri ini tersungkur bersujud syukur ke hadirat Ilahi Robbi, karena dia bersedia untuk berta’aruf denganku. Alhammdulillah, Allohu Akbar!!! Berkali-kali ku pekikkan dalam hatiku.

Sebuah Perjalanan Cinta (1) -Sebuah Awal-

Bismillahirrohmanirrohim

15 April 2010

Hari ini tepat satu hari setelah umurku bertambah menjadi 23 menurut kalender masehi yang juga berarti berkurang jatah hidupku didunia ini, dan tanggal ini jatuh pada hari Kamis, dimana ku sedang berusaha untuk mengikuti sunnah Rosulku tercinta yaitu berpuasa Senin-Kamis. Setelah beberapa waktu belakangan ini ku menanggung beban pikiran memikirkan seseorang yang tiba-tiba saja hadir dalam benakku, padahal bisa dikatakan jarang sekali kami berinteraksi walaupun kenal itu pun sudah lama, sekitar 7 tahun yang lalu ketika kami sama-sama memulai dunia SMA di kelas yang sama. Ketika itu tidak ada rasa apa-apa pada diri ini, dan waktu satu tahun sama-sama belajar di kelas yang sama, tak pernah kami berkomunikasi secara intens, hanya sebatas teman satu kelas. Setelah tiba waktunya kami naik kelas, diriku dan dia pun terpisah, yang praktis lebih jarang lagi kami berkomunikasi, begitu sampai memasuki bangku perkuliahan, sama sekali tiada rasa apapun di hati ini padanya. Hingga entah kapan tepatnya ku tak tahu, saat azzam dalam diri telah bergolak untuk menyegerakan untuk menggenapkan separuh agama ini, tiba-tiba saja pikiranku mengarah pada dirinya, ya setelah kurang lebih 7 tahun , kami kembali bertemu di situs jejaring social Facebook, dan saat awal-awal bertemu kembali di dunia maya ini pun masih biasa saja rasa dalam hati. Aku pun bingung, padahal di dunia maya pun kita jarang sekali chatting ataupun saling berbalas komentar, namun ya…kembali kusebut, tiba-tiba dia hadir memenuhi rongga pikiranku. Tak mau terus menerus menjadi beban pikiran ku konsultasikan kepada Dzat Yang Maha Menguasai Hati pada syahdunya sepertiga malam terkahir, ku dirikan sholat istikhoroh, memohon petunjuk-Nya, apakah dia yang selama ini kucari. Setelah beberapa hari sholat istikhoroh, Alhamdulillah kemantapan hati itu pun muncul, sehingga di hari ini berbekal bahwa niatku adalah mengajaknya untuk menikah maka kuberanikan diri untuk mengirimkan pesan kepadanya via Facebook.

Pesan yang berisi ajakan untuk berta’aruf. Sebelumnya pesan ini telah ku tulis tepat sehari sebelumnya yaitu hari ulang tahunku, dan sedikit keraguan muncul ketika ku akan mengirimkan pesan ini kepadanya, oleh karena itu, langsung kutinggalkan meja kerjaku, ku langkahkan kaki ini menuju mushola di lantai atas, sembari tak lupa ku tenteng qur’an sakuku, setiba disana kuambil air wudhu dan kudirikan sholat dhuha dan istikhoroh masing-masing 2 rokaat, untuk menghilangkan keraguan dan semakin memantapkan hati ini, setelah selesai memohon kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala kemantapan hati, kubuka mushafku, dan perlahan kulantunkan indahnya ayat-ayat dari surat Ar-Rohman. Selesai itu kurasakan gelisah dan resah yang sempat bergejolak berganti dengan ketenangan hati dan ku kembali ke mejaku, kemudian pesan yang kemarin telah kubuat dalam Microsoft word, ku copy paste-kan di kotak dialog pengiriman pesan dimana disana telah terpampang siapa yang akan menerima pesanku ini.

“Bismillahirrohmanirrohim

Untuk :
Ukhti Rizka Pratiwi
di tempat

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpah atas junjungan kita Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasalam, keluarga, sahabat dan kita semua. Semoga Alloh Subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi perlindungan dan hidayah kepada Rizka dan keluarga serta kita semua, sehingga tetap menjadi bagian pengikut Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasalam yang setia.

Sebelum lebih banyak menuliskan kata untuk menyampaikan maksud pesan ini, terlebih dahulu saya memohon kelapangan hati Rizka untuk sudi memaafkan saya jikakalau Rizka tidak berkenan dengan pesan ini, dan mohon maaf jua atas kelancangan saya mengirimkan pesan ini.

Bingung juga saya harus memulai darimana, namun dengan berucap Bismillah saya hanya ingin ungkapkan bahwa tak tahu mengapa akhir-akhir ini nama Rizka muncul dalam benak dan pikir saya, walaupun interaksi diantara kita sangat jarang terjadi. Sudah saya coba untuk tak terlalu memikirkannya karena saya tahu bahwa saya belum berhak untuk menyimpan nama Rizka dalam hati saya. Oleh karena itu saya kirimkan pesan ini dengan maksud menanyakan apakah Rizka berkenan untuk kita bisa saling mengenal lebih jauh satu sama lain (Ta’aruf) dalam rangka menuju kepada suatu hubungan yang lebih serius yaitu sebuah pernikahan.

Jikalau memang Rizka berkenan InsyaAlloh akan saya kirimkan biodata saya agar Rizka mempunyai gambaran umum siapa dan bagaimana saya ini, dan juga Rizka bisa menanyakan tentang saya kepada mas Nugroho Putu Warsito (beliau teman sekaligus guru mengaji saya -mungkin sudah kenal lewat FB-).

Namun jikalau Rizka tidak berkenan dan menganggap saya hanya sebagai teman biasa saja tidak mengapa, tak usah merasa tidak enak untuk mengatakannya, karena saya sudah sadar konsekuensi akan keputusan saya mengirimkan pesan ini, bahwa seorang wanita berhak untuk menolak pinangan seorang pria.

Dengan mengirimkan pesan ini paling tidak, saya sudah merasa lega untuk menyampaikan apa yang akhir-akhir ini menggelayut dalam benak dan pikir saya. Mungkin saya akan dianggap aneh dengan mengirimkan pesan ini kepada Rizka, namun hal ini saya lakukan karena tak tahu lagi harus melalui media apa saya mengungkapkan hal ini, ingin langsung berbicara lewat telepon atau sms, saya tak tahu nomer Rizka, ingin mengirim pesan ini dalam bentuk surat dengan bantuan Pak Pos saya tak tahu alamat rumah Rizka.

Mungkin Rizka kaget dengan pesan saya ini dan mungkin juga merasa aneh dengan pengakuan ini yang tiba-tiba ingin mengenal lebih jauh dalam rangka menuju hubungan yang lebih serius, padahal interaksi saja kita jarang, namun sungguh yang saya ingin hanyalah bagaimana saya bisa merasakan keindahan suatu cinta yang telah Alloh anugerahkan kepada manusia dalam bingkai syariat yang telah ditetapkan-Nya. Entah apa yang harus saya perbuat dan bagaimana cara yang tepat dalam bersikap, namun dengan berbekal keyakinan bahwa saya tak bermaksud buruk maka saya beranikan diri menulis dan mengirimkan pesan ini.

Tak perlu segera untuk menjawab pesan ini, saya mohon sholat istikhoroh dulu sebelum memberi jawaban, dan diskusikan dengan keluarga dan teman RIzka. Apapun jawaban dan keputusan Rizka, saya yakin itulah yang terbaik untuk Rizka dan juga saya.
Semoga Alloh ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Al-faqir

Luthfi Apriandi

Sekali lagi maafkan atas kelancangan saya ini.”

Dengan berucap basmalah dan mengharap Alloh meridhoi keputusanku ini ku tekan tombol kirim. Alhamdulillah...(batinku) setelah terpampang peringatan bahwa pesanku telah terkirim, lega sudah hatiku, walaupun aku tak tahu apa jawaban yang akan dia berikan, namun paling tidak diri ini sudah merasa lega mengungkapkan apa yang selama ini bergelayut dalam hati dan pikirku. Dan setelah itu ku buka account facebooknya dan ku tuliskan di wall-nya terima kasih telah memberi ucapan dan doa di hari miladku kemarin dan telah kukirikan pesan padanya, semoga berkenan untuk membaca pesanku itu.
Setelah itu, langsung ku bilang kepada Mas Putu melalui chatting, salah seorang rekan kerja yang juga merupakan guru mengajiku di kantor, bahwa diriku baru saja mengirimkan surat pinangan kepada seorang wanita. Kaget, itu yang kutangkap dari chatting dengannya, dan beliau pun bertanya siapa wanita itu, lalu langsung saja kukirimkan copy suratnya kepada mas putu, dan lagi-lagi beliau kaget karena ternyata beliau kenal dengan wanita itu, dan mas putu bertanya mengenai keyakinanku mengirimkan surat tersebut, dan ku jawab bahwa jika memang belum ada yang mengkhitbah dia maka apa salahnya jika kita mengusahakan. Setelah itu ku meminta bantuan mas putu untuk menjadi perantara antara diriku dan dia, karena bagaimanapun niat baik harus juga dilakukan dengan proses yang baik, yang tidak melanggar syariat Alloh Subhanahu wa ta’ala.