Rabu, 24 Maret 2010

Bait Doa untuk kalian Adikku tersayang...

Kala merenung, dan ingatanku melayang menembus ruang dan waktu menuju rumah di kampung sana, rumah dimana kunikmati hangat dan indahnya kasih sayang ibu dan kedua adikku, perlahan bibirku bergerak berucap, tertunduk hati khusyu' berdoa memohon kepada Dzat Yang Maha Memiliki Segalanya...bait doa untuk ibu sudah pasti dan juga untuk ayah yang telah lama tiada juga tak pernah ketinggalan, dan satu lagi doa untuk kedua adikku...

maafkan adik-adik, kakakmu ini belum bisa menjadi kakak yang baik untuk kalian, kakakmu ini belum bisa sepenuhnya menggantikan peran ayah yang telah lama meninggalkan kita, hanya bait doa kepada Alloh Subhanahu wa ta'ala di sela-sela waktu mustajabnya doa terlantun dari lisan ini...

Ya Alloh...Ya Rohman...Ya Rohim...Ya Ghofur...
Ampunilah segala dosa dan khilaf kedua adikku
terangilah hati mereka dengan Nur Hidayah-Mu
Kuatkan pancang keimanannya
Lindungilah mereka Ya Alloh
Naungi kedua adikku dengan rahmat, barokah, ridho dan ampunan-Mu

Ya Alloh...Ya Karim...
jadikanlah kedua adikku menjadi wanita yang sholehah
jadikanlah kedua adikku menjadi wanita yang qonaah

Ya Alloh, karuniakanlah kepada adik-adikku suami yang sholeh yang Engkau cintai dan mencintai-Mu
karuniakanlah kepada adik-adikku suami yang sholeh yang bisa menuntun dan membimbing mereka di jalan yang Kau ridhoi

Ya Alloh, jadikanlah kedua adikku sebagai ahli syurga-Mu
kumpulkanlah kami sekeluarga kelak di syurga-Mu

Aamiin....



Ayah aku rindu padamu

Lekat kupandangi foto diatas meja, terpampang jelas disana seorang lelaki dewasa berkacamata dengan seorang anak lelaki kecil memakai toga bak mahasiswa yang telah diwisuda, seorang anak perempuan kecil yang mengenakan busana muslimah dan seorang perempuan dewasa juga dengan berpakaian muslimah Nampak foto bersama di samping sebuah gedung. Sang lelaki dewasa itulah ayahku, perempuan dewasa itulah ibuku, anak lelaki kecil yang mengenakan toga itulah diriku yang baru saja selesai TPA mengkhatamkan iqro’, dan anak perempuan kecil berpakaian muslimah itulah adik perempuan pertamaku. Masih sangat jelas dalam ingatanku kala itu, begitu antusiasnya ayah dan ibuku menghadiri acara wisuda iqro’-ku tersebut, namun kali ini aku sedang tak ingin membahas acara wisuda itu, namun aku hanya ingin menulis sedikit tentang ayahku, ayah terbaik sepanjang hidupku. Kuswanto itulah nama ayahku lahir tahun 1959 -tahun kelahirannya aku ingat betul, karena tahun beliau meninggal hanya tinggal dibalik saja 1995-, ayah yang hanya kudapati hangat pelukannya dan kasih sayangnya selama 7 tahun, karena ditahun ketujuh Alloh telah memanggilnya kembali. Sungguh aku ingat betul penggalan-penggalan kenangan bersamanya, sering ayahku mengajak luthfi kecil ke kantornya melihat bagaimana ia bekerja mencari nafkah untuk kami keluarganya. Ayahku adalah ayah terbaik sepanjang hidupku walaupun ia hanya lulusan SMK namun tetap ia membanggakanku, bekerja sebagai seorang teknisi di salah satu perusahaan elektronik terbesar di Indonesia kala itu.

Dia selalu ingin memberikan yang terbaik bagi keluarganya terkhusus bagi kami anak-anaknya. Beliau memasukkan diriku ke Taman Pendidikan Al-qur’an di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto -masjid pertama dimana ku belajar huruf hijaiyah bersama ilmu tajwidnya-, kala itu aku berumur 5 tahun (kalau tak salah). Walaupun saat itu aku termasuk anak yang agak susah untuk berangkat mengaji namun Ibuku tersayang tak lelah membujukku untuk berangkat mengaji. Dan satu hal yang tak kan kulupa adalah saat dimana ku pulang mengaji, ibu bersama adikku datang menjemput lalu kami bertiga ke kantor ayah yang tak jauh dari masjid, untuk selanjutnya pulang bersama ayah, entah itu mampir dulu ke pasar kaki lima untuk membeli makanan atau langsung pulang, ehm…jika kuingat masa itu indah sungguh indah kurasa. Dan karena itulah inginku kelak ketika berkeluarga bias berjalan-jalan bersama istri dan anakku menikmati indahnya suasana senja, karena aku sudah pernah merasakannya bersama ayah bunda dan adikku, maka aku pun ingin anakku kelak dapat merasakannya juga. Dengan ayah yang bekerja sebagai pegawai swasta dan ibuku yang seorang guru SMA Negeri, boleh dikata kehidupan kami berkecukupan, ketika teman-temanku baru memiliki TV hitam putih, ayahku sudah mampu membelikan kami TV berwarna -yang masih ada hingga kini-, ketika keluarga teman-temanku di kampong beum memiliki sepeda motor, ayahku sudah mampu membelikan kami sepeda motor -yang juga masih ada hingga kini-. Namun terlepas dari itu semua satu hal yang sangat kusyukuri dan harus juga kuucapkan terima kasih kepada ayahku adalah dengan memasukkan aku ke Taman Pendidikan Al-qur’an, karenanya ketika teman-temanku di kampung belum lancar melafazkan huruf hijaiyah, aku Alhamdulillah sudah lancar melafazkan bahkan beberapa surat dalam Al-qur’an telah kuhapal.

Kebersamaan yang indah yang juga masih lekat dalam ingatanku adalah ketika ayah pulang agak malam karena ada lembur di tempat kerjanya, aku, ibu, dan adik menungguinya pulang, dan ketika ia berucap salam kami langsung menghambur membukakan pintu untuknya, lalu langsung aku minta digendongnya dan adikku dibopong di depan,sementara ibu meraih tas ayahku dan barang bawaannya serta membawakan sepatunya, ehm…indah rasanya kala itu, beruntungnya aku dilahirkan di tengah keluarga yang begitu harmonis. Namun kehangatan dan kebersamaan itu hanya berlangsung 7 tahun saja, tak begitu lama, saat aku berusia 7 tahun, adikku 5 tahun, dan adik keduaku berusia 8 bulan hamper menuju 9 bulan dalam kandungan ibuku, Alloh memanggil ayahku untuk kembali pada-Nya. Sungguh aku sangat ingat ketika pagi itu, sebagaimana biasa ayah mengajakku mengantarku ke sekolah, namun diriku yang sedang asyik berangkat berjalan kaki bersama teman-temanku memilih untuk berjalan kaki, dan begitu kagetnya diriku ketika pulang sekolah ibu pamanku mengajakku ke rumah sakit, bingung aku kenapa diajak kesana, padahal sakit pun tidak diriku, dan bertanya diri ini, kemanakah adik, ibu dan ayah? Dan pertanyaanku itu baru terjawab ketika sampainya diriku di rumah sakit, disuatu ruangan disana ibuku terduduk di pinggi ranjang, adikku digendong bibiku, dan di ranjang itu terbaring ayahku, tak begitu parah kelihatannya, karena hanya lecet-lecet saja di beberapa bagian kaki dan tangannya. Ku mendekat padanya dan kucium takdzim tangannya, beberapa hari dirawat di rumah sakit itu, kemudian ayahku dibawa ke Jogjakarta, begitu kata pihak rumah sakit, karena ternyata ada organ dalam yang terkena efek kecelakaan yang menimpa ayahku, ya ayahku masuk rumah sakit karena kecelakaan ketika ia mengendarai motor yang baru saja dibelinya. Aku dan adikku ditinggal dirumah, hanya ibu dan pamanku yang berangkat ke jogja bersama ayah. Dan ketika takbir berkumandang dan saling bersahutan di hari raya Iedhul Adha, setelah selesai sholat, diriku dan beberapa orang telah berkumpul di halaman rumah salah satu imam masjid di kampung kami untuk menyaksikan prosesi penyembelihan hewan qurban, namun entah mengapa tiba-tiba diriku menangis, sungguh aku tak tahu mengapa ku menangis sampai orang di sekitarku bingung, namun selang sebentar saja, suara sirine ambulans mengaung, memecah suka cita Iedhul Adha, dan tiba-tiba kaka sepupuku memintaku untuk ikut pulang kerumah bersamanya. Aku bingung ketika tak jauh ku kan tiba di rumah, di jalan depan rumahku kulihat ambulans tadi, dan di halaman rumahku sudah ramai orang berkumpul, sungguh saat itu aku tak tahu apa yang terjadi, dan saat ku sampai dirumah lalu masuk ke rumah, baru kutahu disana jenazah ayahku telah terbujur kaku, tak ayal aku pun menangis, dan kulihat adikku pun ikut menangis, serta kulihat ibuku terlihat sangat shock, dengan kondisi hamil besar anak ketiganya, sang pencari nafkah keluarga, tulang punggung keluarga pergi meninggalkannya, tanpa sempat melihat adik keduaku lahir dan mendengar tangisan pertamanya.

Kejadian itu sudah 15 tahun yang lalu, namun tetap ketika kuingat kembali air mata ini tak tertahankan, dan aku sungguh sangat bersyukur karena masih sempat bersama adik pertamaku merasakan kasih saying ayahku, tak seperti adikku yang hanya dapat memandangi fotonya di album keluarga kami. Trenyuh saat bersama ibuku ke makam ayah sambil ibu menggendong adik keduaku yang masih bayi saat itu. Namun itulah yang terbaik bagi ayahku dan keluarga kami, karena setelah dewasa baru kusadari hikmahnya, dengan kepergian ayah, Alloh jadikanku anak yang lebih mandiri lagi, lebih menghargai usaha keras ibuku yang juga berperan sebagai kepala keluarga dalam mencari nafkah untuk menghidupi kami anak-anaknya.

Ya Alloh ampunilah dosa kedua orang tuaku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku kecil, muliakanlah mereka didunia dan akherat, lindnungilah mereka dari adzab kubur dan adzab jahannam, jadikan mereka ahli syurga-Mu, kumpulkanlah kelak kami di syurga-Mu...Aamiin...

Senin, 15 Maret 2010

Nikah itu ternyata Murah...^_^

bro and sist...nikah itu ternyata murah lho, hanya terkadang adat ama -gengsi- aje nyang mbikin mahal, jadi kalo mbesok nie ye, kite pade jadi orang tua, terus anak kite udech pingin nikah, udeh dech kagak usah kite bikin suseh die, orang mau nyempurnain agama ame njaga kemaluan kok, lagian nikah kan ibadah, kagak usah gengsi-gengsian, toh nikah make resepsi sederhana InsyaAlloh kagak ngurangin barokah, ape artinye nikah resepsinye mewah tapi kagak ade barokah...oke...oke...hehehehehe...artikel dibawah ni cocok dah ma judul catatan aye ni, iseng searching di google, eh nemu nieh tulisannye Mr Anas Ayahara, so...kalo ente-ente udah siap jiwa ama mental, siap mal (bukan yang penting pekerjaan tetap tapi yang penting tetap bekerja), and atu lagi yang paling penting...Udeh ade calonnye, udech disegerain aje nikahnye, pan ente-ente pade tau ndiri jaman sekarang ni godaan syahwat, bheeee, udeh kagak nahan coy, dari pilem, ampe di dunia nyata....oke...selamat mbaca aje dech ye, eits sebelum nerusin baca, mari kita awali dengan mengucapkan "Bismillahirrohmanirrohim" biar tambah barokahnye, demikian pembukaan dari ane, ^_^

Puisi Orang Miskin Dilarang Kawin?
Karya Mr Anas Ayahara, 13 November 2009

Tatkala datang Kartu Undangan Wewah
Tebal, Tercetak Dua Nama BerWarna Emas begitu Indah
Bertebaran Gelar Akademis, sampai Gelar Haji dan Hajjah
Ayat, Puisi, Syair Lagu Cinta ikut menghiasi bagaikan tak mau Kalah

KIta Baca Undangan Itu yang Cuma Mampir Seminggu Sajalah,
Setelah itu, Nasibnya Bagaikan Koran Bekas yang Terbuang Ke Tempat Sampah
Kartu Undangan dibuang, bagaikan membuang setumpuk Rupiah ke Tong Sampah?

Sementara di sudut Kota, Orang Miskin Mengais Bak Sampah
Si Miskin Yang tak Butuh undangan mewah,

Kartu Undangan itu Lebih Mahal dibanding Keringatnya Sehari yang Membuatnya Lelah
Untuk Makan Sehari yang harus bersusah payah

Orang kaya Menikah, Tanpa Terasa Membuat Sedih Orang Miskin?
Seolah Orang Kaya itu Bilang "Orang miskin dilarang Kawin?"

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Jawaban orang: Ah Nggak Tuh,...Itu kan cuma Orang Kaya yang nikah yg nyambi Hartanya dan Statusnya bisa dipamerin

*Google: Harga Kartu Undangan Mewah per lembar bisa sampai 75.000 rupiah dikali jumlah yg hadir, hasilnya hitung sendiri

*Orang Miskin TIDAK dilarang Kawin, asalkan ada wanita yg ridha dengan mahar yg disepakati.

Kalau mau mengkuti sunnah (tidak wajib)

Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa Nabi saw. melihat warna bekas wangian pengantin di tubuh Abdurrahman bin Auf, lalu beliau bertanya: Apakah ini? Abdurrahman menjawab: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku baru saja menikahi seorang wanita dengan mahar seharga lima dirham emas. Rasulullah saw. lalu bersabda: Semoga Allah memberkahimu dan rayakanlah walaupun dengan seekor kambing

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 2556

5 dirham = 5 x (skrg rp 30.000an)= 150 ribuan

Kambing = sekitar 900ribuan, jadi modal Rp. 1 Jutaan Orang Miskin Bisa Menikah, bahkan kurang dari segitu asalkan sang calon istri ridha

Baca hadits ini, menikah untuk orang Miskin dengan mahar cincin besi atau mahar hapalan AlQuran

Hadis riwayat Sahal bin Sa`ad ra., ia berkata:
Seorang wanita datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: Wahai Rasulullah, aku datang untuk menyerahkan diriku kepadamu. Lalu Rasulullah saw. memandang perempuan itu dan menaikkan pandangan serta menurunkannya kemudian beliau mengangguk-anggukkan kepala. Melihat Rasulullah saw. tidak memutuskan apa-apa terhadapnya, perempuan itu lalu duduk. Sesaat kemudian seorang sahabat beliau berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, jika engkau tidak berkenan padanya, maka kawinkanlah aku dengannya. Rasulullah saw. bertanya: Apakah kamu memiliki sesuatu? Sahabat itu menjawab: Demi Allah, tidak wahai Rasulullah! Beliau berkata: Pulanglah ke keluargamu dan lihatlah apakah kamu mendapatkan sesuatu? Maka pulanglah sahabat itu, lalu kembali lagi dan berkata: Demi Allah aku tidak mendapatkan sesuatu! Rasulullah saw. bersabda: Cari lagi walaupun hanya sebuah cincin besi! Lalu sahabat itu pulang dan kembali lagi seraya berkata: Demi Allah tidak ada wahai Rasulullah, walaupun sebuah cincin dari besi kecuali kain sarung milikku ini! Sahal berkata: Dia tidak mempunyai rida` (kain yang menutupi badan bagian atas). Berarti wanita tadi hanya akan mendapatkan setengah dari kain sarungnya. Rasulullah saw. bertanya: Apa yang dapat kamu perbuat dengan kain sarung milikmu ini? Jika kamu memakainya, maka wanita itu tidak memakai apa-apa. Demikian pula jika wanita itu memakainya, maka kamu tidak akan memakai apa-apa. Lelaki itu lalu duduk agak lama dan berdiri lagi sehingga terlihatlah oleh Rasulullah ia akan berpaling pergi. Rasulullah memerintahkan untuk dipanggil, lalu ketika ia datang beliau bertanya: Apakah kamu bisa membaca Alquran? Sahabat itu menjawab: Saya bisa membaca surat ini dan surat ini sambil menyebutkannya satu-persatu. Rasulullah bertanya lagi: Apakah kamu menghafalnya? Sahabat itu menjawab: Ya. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Pergilah, wanita itu telah menjadi istrimu dengan mahar mengajarkan surat Alquran yang kamu hafal

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 2554

sumber : http://ayahara.cybermq.com/

nb :
usia muda bukan halangan untuk menggenapkan separuh agama
karena dewasa tak hanya diliat dari usia
jika sudah mampu dan siap maka laksanakan segera...^_^

HIDUP itu....

Suatu kata yang disusun dari 5 huruf, yang mana dari huruf-huruf yang menyusunnya sebenarnya dapat menjadi arti dari hidup itu sendiri. HIDUP :
H adalah HARAPAN
I adalah IKHTIAR
D adalah DOA
U adalah UJIAN
P adalah PERJUANGAN
Itulah mengapa di awal saya katakana bahwa dari huruf yang menyusunnya dapat ditarik suatu arti dari hidup itu sendiri, dan ini merupakan pendapat saya pribadi jadi jikalau ada yang kurang sependapat atau mungkin punya arti lain silahkan saja dan mungkin saja hal tersebut bias menjadi koreksi atau melengkapi tulisan ini.

Huruf pertama dari kata hidup adalah “H”, disini saya mengartikan sebagai HARAPAN, mengapa harapan? Karena dalam hidup ini setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan atau cita-cita. Ambillah perumpamaan seseorang yang sedang kuliah menuntut ilmu, mungkin saja harapannya adalah ingin cepat menyelesaikan kuliahnya, dan mengamalkan serta membagi ilmu yang ia dapat, lalu berwirausaha atau mencari kerja. Setelah sudah berwirausaha dan usahanya perlahan maju dan berkembang atau sudah diterima dalam suatu pekerjaan ada lagi harapannya, mungkin saja ingin segera menikah dengan wanita yang solihah (bagi laki-laki) atau laki-laki yang soleh (bagi perempuan), dan setelah menikah ada lagi harapannya dan suami/istrinya yaitu ingin punya anak, dan setelah mempunyai anak ada lagi harapan bahwa anaknya kelak menjadi anak yang soleh/solehah, dan begitu seterusnya, sepanjang hidup manusia pasti ada harapan-harapan didalamnya. Dan bagi kaum muslimin harapannya yang paling ia harapkan adalah Alloh meridhoinya dan menjadikannya ahli surga-Nya.

Selanjutnya huruf “I” yang saya artikan sebagai IKHTIAR. Setelah kita mempunyai harapan-harapan tadi maka langkah selanjutnya adalah ikhtiar atau usaha, agar apa yang menjadi harapan-harapan kita dapat mewujud nyata dalam kehidupan. Tanpa adanya ikhtiar, harapan yang ada dalam diri kita kemungkinan kecil akan terealisasi. Sebagai contoh, ketika ada seorang yang masih sekolah atau kuliah dan harapan mereka adalah ingin segera lulus dan setelah itu berwirausaha atau mendapatkan pekerjaan maka akan menjadi hal yang mustahil, yang imposible tanpa ada ikhtiar atau usaha yang maksimal dari dirinya -dalam hal ini adalah belajar-, kecuali Alloh Subhanahu wa ta’ala berkehendak lain.

Harapan sudah kita punya, lalu ikhtiar sudah kita maksimalkan, langkah selanjutnya adalah ada di huruf ketiga “D” yaitu DOA. Sebuah nasehat dari seorang dosen saya dulu ketika kuliah D1 di Jogja adalah beliau mengutip kata-kata bijak ini “Usaha tanpa Doa adalah Sombong, Doa tanpa Usaha adalah kosong”. Ikhtiar atau usaha dan Doa akan selalu seiring sejalan, ketika manusia berusaha namun ia melupakan berdoa, maka ketika apa yang ia usahakan terwujud, bukan tak mungkin ia akan mengklaim bahwa keberhasilannya itu semata hanya dari usahanya, dan ini adalah suatu bentuk kesombongan dan sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kesombongan adalah awal dari suatu kehancuran. Begitu juga jikalau doa tanpa disertai dengan ikhtiar atau usaha ya kosong, memang doa itu adalah senjata umat muslim namun perlu diingat juga firman Alloh Subhanahu wa ta’ala dalam surat Ar-Ra’d ayat 11 :
“.... Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (Q.S Ar-Ra’d : 11)
Dari ayat diatas jelas sudah bahwa Alloh tak akan merubah keadaan kita jikalau kita tak merubahnya sendiri dan perubahan ini kan juga butuh suatu ikhtiar atau usaha. Itulah sebuah resep agar apa yang kita harapkan dapat menjadi kenyataan, tentunya ketika sudah beriktiar dan berdoa kembalikan semua pada Alloh, bertawakkallah pada-Nya serta selalu berprasangka baik pada-Nya karena Alloh Subhanahu wa ta ’ala mengikuti prasangka hamba-Nya.

Berikutnya huruf keempat dalam kata hidup adalah “U” yang saya artikan sebagai UJIAN. Dalam hidup ini tak selalu kita ada diatas, ada kalanya kita akan ada dibawah, baik ketika kita berada di atas ataupun di bawah sebenarnya adalah ujian kehidupan, karena dengan itu Alloh hendak menguji hamba-Nya apakah ketika ia berada diatas dirinya bersyukur yang mana dengan begitu Alloh akan tambahkan nikmat-Nya ataukah kufur yang Alloh telah siapkan adzab yang pedih dan ketika berada di bawah apakah ia bersabar ataukah juga terjerembab dalam kekufuran. Dan ujian dalam suatu kehidupan manusia merupakan sunnatulloh sebagaimana firman Alloh dalam Al-qur’an surat Al-ankabuut ayat 2 :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (Q.S Al-ankabuut : 2)
Dan dalam surat Muhammad ayat 31 :
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (Q.S Muhammad : 31)
Jadi jelaslah bahwa dalam hidup didunia ini, mausia tak kan lepas dari suatu ujian, dan ketika ujian itu datang maka bersabarlah, dan juga selalu berprasangka baik kepada Alloh, karena dengan ujian itu jika kita sabar dalam melaluinya maka Alloh akan mengangkat derajat kita, InsyaAlloh.

Huruf terkahir dalam kata hidup adalah “P” yang mana saya artikan sebagai PERJUANGAN, mengapa? Karena sebagaimana diuraikan sedikit diatas bahwa manusia dalam hidup di dunia tak lepas dari ujian, oleh sebab itu dalam menghadapi ujian tadi kita butuh suatu perjuangan dan kesabaran. Hidup itu perjuangan, perjuangan untuk mewujudkan Harapan, perjuangan mengumpulkan bekal untuk kehidupan setelah kehidupan fana di dunia ini, perjuangan menghadapi ujian, perjuangan untuk menahan amarah dan tetap dalam kesabaran, serta perjuangan-perjuangan yang lain. Sebagaimana ujian yang akan selalu ada dalam hidup manusia di dunia ini, begitu juga perjuangan-perjuangan kita, ia akan menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita di dunia ini, dan perjuanga-perjuangan itu akan berakhir ketika kita sudah meninggal.
Itulah sedikit pendapat saya mengenai arti HIDUP dari tinjauan susunan lima hurufnya yang mana antara satu dengan yang lain saling terkait atau dikait-kaitkan? ^_^ , namun terlepas dari itu ada suatu ungkapan bahwa Hidup adalah suatu pilihan, mau pilih jalan yang lurus atau jalan yang melenceng, mau pilih kebaikan atau kejahatan, mau pilih perbuatan yang mendatangkan pahala dan ridho Alloh atau perbuatan yang menghasilkan dosa dan murka Alloh, itu adalah pilihan dalam hidup yang kita jalani.
Wallohu a’lam.

Senin, 01 Maret 2010

Untukmu wanitaku


Untukmu wanitaku yang kelak temaniku arungi samudera kehidupan dalam bahtera rumah tangga, maafkan aku yang tak kunjung untuk menjemputmu di dermaga cinta, bukan karena aku tak mau, bukannya aku menunda-nunda untuk bisa berjumpa dan membersamaimu, bukan. Siapapun engkau yang kelak kan jadi wanitaku, aku tak tahu, mungkin kita sudah saling kenal dahulu atau baru mengenal saat nanti kita pertama bertemu. Dan aku berharap kau sabar menanti hadirku, sebagaimana ku bersabar menanti hadirmu.

Duhai wanitaku yang kelak kan menjadi bidadari dalam istana hatiku, ku ingin kau tahu bahwa ku tak kunjung datang menjemputmu, karena masih ada satu inginku pada Tuhanku untuk bisa menghapal minimal satu juz dalam Al-qur’an dan menyelesaikan membaca buku sirah Nabiku. Karena aku ingin kelak menjadi seorang imam yang baik bagimu. Aku ingin menjadi seorang ayah yang baik bagi anak-anak kita kelak, dengan memberitahukan kepada mereka tentang sirah Nabi mereka, manusia yang paling mulia akhlaknya, manusia yang seharusnya menjadi panutan dan idola bagi mereka. Terdengar begitu tinggi? Ya, mungkin terdengar begitu, aku pun merasakannya, namun menurutku itu salah satu bekal yang harus kumiliki sebelum ku menjadi nahkoda dalam bahtera rumah tangga kita, karena begitu berat tanggung jawab kami -para lelaki- yang kelak kan menjadi suami dan ayah, seorang suami dan ayah bertanggung jawab untuk menjaga dirinya sendiri dan keluarganya dari siksaan api neraka, begitu firman Tuhanku dalam Al-qur’an yang kuimani. Hapal minimal satu juz dalam Al-qur’an dan selesai membaca sirah Nabiku itu inginku, atau mungkin bisa disebut janjiku, sebelum ku datang jemputmu tuk melayar bahtera kita. Dan aku akan penuhi janjiku itu, sebagai seorang muslim dan sebagai seorang lelaki yang pantang untuk mengingkari janji yang telah kubuat sendiri.

Duhai wanitaku yang kelak kan menyemai bunga-bungai cinta di taman hatiku, tahukah engkau bahwa disini ku terus menanti hadirmu disisi? Dan kuharap kau pun begitu pada diriku.

Duhai wanitaku yang kelak membawa sepoi angin kasih yang semilir, seorang Kahlil Gibran pernah menyatakan bahwa ” Cinta adalah kecocokan jiwa, dan jikalau itu tiada, Cinta takkan pernah tercipta, dalam hitungan tahun, bahkan millennia”, dan bagiku pernyataan diatas bisa kusederhanakan sebagai sebuah kecenderungan hati ketika dalam proses istikhoroh, dan itu yang belum kudapat selama ini, setelah beberapa proses mengenal wanita telah kulalui, dan kecenderungan hati itu akan hadir padamu.

Duhai wanitaku yang kelak berbagi kasih denganku, tahukah engkau, dalam setiap untaian doaku selalu kusebut namamu…
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang mencintai dan dicintai Alloh Subhanahu wa ta’ala,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang bisa menerima diriku dan keluargaku apa adanya,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang bersamaku membentuk rumah tangga yang kan hadirkan barokah, ridho dan ampunan Alloh Subhanahu wa ta’ala,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang bersamaku mendidik anak-anak kita kelak menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah,
istri yang cantik hati dan parasnya yang mengingatkanku ketika ku salah dan khilaf,
istri yang sholehah yang cantik hati dan parasnya yang jika dipandang membuatku semakin sayang, jika ku pergi membuatku merasa aman karena bisa menjaga kehormatan dirimu dan hartaku sebagaimana disebutkan oleh Nabi dalam sabdanya.

Itulah nama-namamu yang selalu kusebut dalam untaian doaku, yang dengan sebutan-sebutan itu juga doaku untuk dirimu, sehingga aku ridho padamu dan Alloh pun ridho padamu, sehingga kelak syurga-lah yang kan jadi tempat kembalimu.

Duhai wanitaku yang kelak menjadi ibu dari anak-anakku, aku sadar, sungguh sangat sadar aku hanyalah manusia biasa, lelaki biasa, tak seperti Nabi Muhammad SAW yang mulia dan paling baik terhadap keluarganya, tak seperti para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para ulama salafussholeh yang begitu baik ibadahnya, yang zuhud kehidupannya, yang begitu besar kecintaan mereka pada Nabi dan Rabb mereka. Aku hanyalah lelaki biasa, umat Nabi Muhammad SAW yang tengah berusaha untuk mengikuti sunnah-sunnahnya, yang sedang berusaha untuk mencontoh akhlaknya. Aku hanyalah lelaki biasa yang rindu kau hadir disisiku. Dan saat kutulis catatan kecil ini, saat itulah kurasakan rindu untuk hidup bersamamu, dalam ikatan perjanjian yang suci yang tak hanya disaksikan oleh para manusia, namun juga oleh Ilahi Robbi.

Duhai wanitaku, ku sadar dan kau pun sadari bahwa bahagia tiada selalu menyertai, terkadang jalan terjal harus bersama kita daki, aral lintang harus kita lewati,tak jarang kita harus mengusap air mata yang menetes di pipi, namun itu tiada menyurutkan kita tuk langkahkan kaki, dengan ilmu dan kemantapan hati, serta petunjuk Ilahi, bersama kita melayar bahtera ini.

Kemana kan kusembunyikan rindu
ketika hati tak mampu tuk berdusta
bahwa ku ingin kau hadir disisiku
tuk temaniku melayar bahtera cinta
Menuju keridhoan, barokah dan ampunan Alloh Subhanahu wa ta’ala…..

Jakarta, 27/02/2010
dalam rindu yg menyesak dijiwa dan ingatan akan janji yang belum tertunaikan dg sempurna…