Rabu, 11 Maret 2009

Rehat sejenak....


Kawan, pernahkah engkau merasa begitu semangat pada suatu waktu?
pasti, karena memang kita harus lalui hidup ini dengan penuh semangat,
Dan pernahkah engkau merasa semangat itu lama kelamaan mengendur, dan menyisakan suatu keletihan dan kelelahan?
pernah, sebagaimana iman, yang bisa naik dan turun, begitu pula dengan semangat,

Adakah lalu kita mengutuki keletihan dan kelelahan itu?
tidak kawan, karena memang inilah kita -manusia- makhluk yang lemah...

Adakah lalu kita menyalahkan keletihan dan kelelahan yang menghinggapi diri kita?
Kawan, seorang teman berujar...
Keletihan pun merupakan nikmat dari-Nya,
karena dengan letih itulah istirahat menjadi indah....

Kawan...
Rehatlah sejenak dari rutinitas mu
sesekali rasakanlah harmoni alam ini
rasakan semilir angin, merdunya kicauan burung, dan gemericik air
nikmati canda tawamu bersama keluarga
pejamkan matamu
rasakan kesegaran itu
biarkan ia merasuk dalam dirimu
ucapkanlah takbir, tahmid, dan tahlil akan kebesaran Alloh dari kedalaman hatimu

Rehatlah sejenak kawan,
Karena hatimu pun perlu suatu kesegaran
Dzikir adalah kesegaran bagi hati
sholat 5 waktu pun rehat bagi diri dari kesibukan sehar-hari

Ketika dirimu diliputi kekecewaan
rehatlah sejenak
carilah bahagia tuk gantikan kecewa

Ketika dirimu dihinggapi penyesalan
rehatlah sejenak
temukan keikhlasan tuk mengganti sesal yang ada

Ketika hatimu disusupi oleh kesedihan
rehatlah sejenak
ajaklah ketabahan tuk hilangkan sedih itu

Ketika amarah mulai merasuk dalam dirimu
rehatlah sejenak
temui kesabaran tuk menghilangkannya

Ketika ketidakpuasan menyambangimu
rehatlah sejenak
biarlah kesyukuran berkunjung dan menetap di hatimu

Rehatlah sejenak kawan...

Rehat sejenak pada koma,
bukan titik, karena kita harus melanjutkan cerita kehidupan dan perjuangan ini...

Semarang 070309

ehm....
setelah kemaren-kemaren jalan-jalan ke Ciwidey, yang murni buat rekreasi, tanggal 07 Maret 2009 kemaren saya, masruf, mas dodi, dan saiful yogi wibowo berangkat ke Semarang, tapi kali ini tidak murni jalan-jalan melainkan kami akan menyaksikan 2 insan mengikat diri mereka dengan Perjanjian yang berat -Pernikahan- ya, nama yang saya sebut terakhir dalam rombongan kami tadi adalah sang calon pengantin. Karena kerata berangkat pukul 07.30 maka ba'da subuh saya dah siap-siap, apa aja yang perlu dibawa karena kita bakalan nginep semalem di Semarang.
Mohon maaf, tidak seperti ketika ke Ciwidey, untuk kali ini saya tidak menenkankan pada perjalananya tetapi pada suatu prosesi yang dengannya menjadi bersatu dua insan manusia dalam ikatan cinta yang suci dan menjadikan yang tadinya haram menjadi halal, Akad Pernikahan, ya....inilah yang ingin saya ceritakan disini sekilas.

Sudah 3 kali ini saya menghadiri akad nikah temen saya, dan sungguh setiap kali kesempatan itu maka benar-benar hati ini merasa senang, gembira, suka ria, pokoknya bahagia lah....
ketika melihat sang calon pengantin dengan lantang mengucapkan "Saya terima nikahnya fulanah binti fulan dengan mas kawin........dibayar tunai", ikut lega rasanya, dan yang terlihat oleh saya adalah binar kebahagiaan di raut muka kedua mempelai tersebut....

Ehm...
satu per satu teman kuliah yang seangkatan dengan saya melepas masa lajang mereka, menjemput sang bidadari hati, menambah peran mereka menjadi seorang suami....
senang rasanya, walaupun usia mereka yang masih relaitf muda, mereka berani melangkah menuju gerbang pernikahan, dan memang usia tidak dapat dijadikan patokan untuk menilai seseorang apakah ia sudah dewasa dan siap mengayuh bahtera Rumah tangga.

Miris rasanya hati ini ketika ada orang yang berkata,"jangan karena kamu sudah punya penghasilan, kamu putuskan untuk menikah, nikmati dulu hasil kerjamu",benar-benar miris hati ini, lha wong penghasilan sudah punya, mau menjaga diri dari kemaksiatan dengan menyegerakan menikah kok malah di bilangin kayak gitu, bukannya didukung....

memang sekarang jamannya sudah edan, ketika orang menyegerakan menikah dibilangin inilah, itulah, ya memang perlu kita nasehat orang, namun terkadang apa yang orang bilang jika kita menikah muda tidak rasional, sementara orang pacaran, malam minggu jalan berdua menuju tempat sepi, berasyik masyuk, terlihat sebagai suatu hal yang biasa saja.....
Ya Alloh.....

lho kok malah ngomong kayak gini ya....
wah dasar darah muda nieh, masih cepet meledak-ledak, hehehehehehe...

By the way untuk akh Yogi, Akh Pani, dan Akh Heru serta teman-temanku yang telah mengikat ikrar suci , untuk kalian terangkai kata beriring doa :

Sahabat...
telah kau masuki mahligai tempat berlabuh hati
Berpancar binar bahagia pada diri
Sahabat...
Ku tahu sadarmu tiada selalu bahagia menyertai
Terkadang jalan terjal harus kau daki
Aral lintang harus kau lalui
Itulah yang buatmu maju mundur tuk masuki mahligai suci
Sahabat...
Namun tetap kau langkahkan kaki
Dengan ilmu dan kemantapan hati, serta petunjuk Ilahi
kau jemput permaisuri hati
yang telah lama kau nanti
Doaku semoga keberkahan selalu menyertai...

Barokallohu laka wa baroka 'alayka wa jama'a bainakuma fii khoiri....

Jumat, 06 Maret 2009

SUNGGUH MENAKJUBKAN PERKARA SEORANG MUKMIN

Kehidupan di dunia ini ibarat roda yang berputar, terkadang seseorang berada di atas, di tengah dan sudah pasti ada di bawah juga. Ketika berada di atas, seseorang jarang berkeluh kesah. Sebaliknya, saat berada di bawah, seakan-akan semua nikmat yang deterimanya sirna semua. Yang ada hanyalah kehidupan yang menyesakkan dada. Padahal, itu semata-mata ujian dari-Nya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 155) Jadi, kekurangan harta (dalam hal ini uang) merupakan salah satu bentuk ujian bagi manusia, apalagi bagi seorang mukmin. Untuk itu, hendaklah kita tidak patah semangat, terlebih lagi sampai menghujat. Sebab, jika seorang mukmin ditmpa musibah, lalu mampu bersabar serta ridha terhadap musibah tersebut, maka dia telah mendapatkan dua keuntungan.

Yang pertama, dosanya menjadi berkurang karena Allah ta'ala telah menghukumnya di dunia. Adapun yang kedua, dia mendapatkan bonus pahala atas kesabarannya terhadap musibah itu. Jadi, hanya keuntungan yang dia peroleh. Sebagaimana hadits berikut ini,
"Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Seluruh perkaranya baik baginya. Tidak ada hal seperti ini kecuali hanya pada orang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan lantas dia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Dan jika dia ditimpa kesulitan lantas dia bersabar, maka hal itu baik baginya." (Riwayat Muslim, no. 2999)

Mengingat pentingnya perkara itu, Nikah edisi ini mengangkat tema tentang optimis di saat kantong tipis. Selain optimisme dan tawakkal, sebagai seorang muslim kita seharusnya tidak lupa untuk selalu berdoa, sebab bukankah doa merupakan senjata orang mukmin? Doa juga punya kekuatan yang dahsyat yang mampu membuka pintu keluar dari arah yang tak terduga-duga.

Tak ketinggalan pula, pembaca sekalian dapat menemukan solusi saat harus berhutang. Semoga sajian kali ini mampu memberi jawaban bagi para pembaca yang mengalami masalah serupa. Dan juga, bisa memberi manfaat bagi semua pembaca pada umumnya. Selamat membaca!

www.majalah-nikah.com

TERIMALAH AKU APA ADANYA


Di bawah naungan ajaran Islam, pernikahan sepasang insan suami istri menjalani hidup mereka dalam satu perasaan, menyatunya hati dan cita-cita. Namun adakalanya pernikahan harus berjalan di atas kerikil. Apalagi saat pandangan mulai berbeda, tujuan tak lagi sama. Mempertahankan keutuhan dan keharmonisan rumah tangga terasa tak lagi mudah. Di mata kita pasangan selalu serba salah dan penuh kekurangan.

Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan. Karenanya Islam menganjurkan, sebab nikah merupakan gharizah insaniyah. Sebagaimana Allah berfirman,“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Ruum : 30).Islam memberi penghargaan tinggi pada pernikahan dan Allah menyebutnya sebagai ikatan yang kuat. Dalam al-Quran surat An Nisaa : 21“… dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”.
Demikian agungnya ikatan pernikahan hingga sebanding dengan separuh agama. Begitulah, keputusan dua insan berbeda untuk menikah tentunya dengan pertimbangan matang, faham dan tahu tujuan dari pernikahan. Mengerti betul perbedaan akan disatukan dalam perkawinan. Hingga pemahaman-pemahaman dari ini diharapkan akan membawa pada keharmonisan dan kelangsungan pernikahan pada keabadian. Pernikahan adalah bangunan yang bertiang Adam dan Hawa yang membangun kecintaan dan kerjasama, penuh mawadah, ketenteraman, pengorbanan, dan juga hubungan rohani yang mulia dan keterikatan jasad yang disyariatkan.“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar-Ruum :21). Ayat ini merupakan pondasi kehidupan yang diliputi suasana perasaan yang demikian sejuk. Istri ibarat tempat bernaung bagi suami setelah seharian bekerja keras. Penghiburnya di saat lelah. Suasana rumah yang penuh belas kasih hingga menumbuhkan ketenteraman. Sebaliknya suami yang baik akan memberikan timbal balik yang sama. Suami sebagai pemimpin rumahnya dengan bantuan dan dukungan istri akan bertindak sebijaksana mungkin mengatur rumah tangganya tanpa harus bersikap otoriter. Dan jika tugas suami istri berjalan seimbang maka akan memberi ketenteraman dan kemantapan dalam hubungan suami istri. Dan anak-anak yang tumbuh dalam “lembaga” yang bersih ini akan tumbuh dengan baik. Sebab individu yang bernaung di dalamnya tahu hak dan kewajibannya sebagaimana sabda Rasulullah n,“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.” Maka tak heran kalau keluarga harmonis yang saking penuh mawadah warahmah akan mudah diwujudkan. Insyaallah.

Hak dan kewajiban suami istri.

Kesan terbaik yang tertangkap dari rumah tangga Nabawi adalah terjaganya hak dan kewajiban dalam hubungan suami istri. Bahkan hak itu tetap diperoleh Khadijah dari Rasulullah meski Khadijah telah wafat hingga membuat Aisyah cemburu. Padahal Aisyah tak pernah berjumpa dengannya. Hal itu semua karena Rasulullah sering mengingat kebaikan dan jasanya. Keharmonisan dalam rumah tangga akan dengan sendirinya terwujud jika pihak suami atau istri tahu hak dan kewajiban masing-masing. Rasa kasih dan sayang sebagai fitrah Allah di antara pasangan suami dan istri akan bertambah seiring dengan bertambahnya kebaikan pada keduanya. Sebaliknya, akan berkurang seiring menurunnya kebaikan pada keduanya. Sebab secara alami, jiwa mencintai orang yang memperlakukannya dengan berbuat baik dan memuaskan untuknya, termasuk melaksanakan hak dan kewajiban suami istri. Suami memiliki hak yang besar atas istrinya. Di antara hak itu misalnya: Menjaga kehormatan dan harga dirinya, mengurusi anak-anak, rumah dan hartanya saat suami tak ada di sisinya. Allah berfirman :“….. wanita yang shalihah adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri saat suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara mereka…… “ (An Nisa: 34).Dalam haditsnya Rasulullah bersabda,“Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.” (Riwayat Bukhari Muslim).Berpenampilan menyenangkan di depan suami dan bersikap manis. Sebagaimana Rasulullah bersabda,“Sebaik-baik wanita adalah yang bisa membuatmu senang saat engkau pandang, menaatimu saat engkau perintah dan menjaga dirinya dan hartamu saat engkau tinggal.” (Riwayat Tabrani), Hak lain suami adalah tidak mengizinkan istri memasukan orang yang dibenci suami, menjaga rahasia suami istri termasuk dalam urusan ranjang, berusaha menjaga kelanggengan bahtera rumah tangga, tidak meminta cerai tanpa sebab syar’i. Dari Tsauban, Rasulullah berkata, “wanita manapun yang minta cerai kepada suami tanpa sebab, maka haram baginya mencium bau surga”. (Riwayat Tirmidzi, Abu Daud). Selain itu istri harus banyak bersyukur dan tidak banyak menuntut. Perintah ini sangat ditekankan Islam, bahkan ancaman Allah tak akan melihatnya pada hari kiamat kelak jika istri berbuat demikian. “Sesungguhnya Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup)”

Masih banyak hak-hak suami atas istrinya. Di samping itu suami pun harus memberikan hak istrinya serta menjalankan kewajibannya. Di antaranya adalah memberi makan pada istri apabila ia makan, memberikannya pakaian, tidak memukul wajah istri, tidak menjelek-jelekkan kekurangannya, tidak meninggalkan istri melainkan di dalam rumah, memperlakukan dengan lembut dan menggaulinya dengan baik. Selain suami memiliki kewajiban memberi nafkah lahir batin, suami berkewajiban mengajarkan ilmu agama apalagi ia memegang kepemimpinan dalam rumah tangga. Hingga ia pun wajib membekali diri dengan ilmu yang syar’i, dengan demikian ia akan mampu membawa keluarganya, istri dan anaknya dalam kebaikan. Jika ia tidak sanggup, mengajar mereka, suami harus mengajak mereka menuntut ilmu syar’i bersama ataupun menghadiri majelis-majelis ilmu. Suami pun harus memberi teladan baik dalam mengemban tanggung jawabnya dan atas apa yang dipimpinnya.

Menerima Kekurangan dan Kelebihan

Kita melihat bagaimana al-Qur’an membangkitkan pada diri masing-masing pasangan suami istri suatu perasaan bahwa masing-masing mereka saling membutuhkan satu sama lain dan saling menyempurnakan kekurangan. Ibaratnya wanita laksana ranting dari laki-laki dan laki-laki adalah akar bagi wanita. Karena itu akar selalu membutuhkan ranting dan ranting selalu membutuhkan akar. Sebagaimana firman Allah dalam al-A’raf 189, “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.”Karena itu, pernikahan tak hanya menyatukan dua manusia berbeda tapi juga menyatukan dua perbedaan, kelebihan dan kekurangan sepasang anak manusia. Dimana masing-masing akan saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu dengan yang lain. Sementara menjadikan kelebihan masing-masing untuk merealisasikan cita-cita pernikahan sesungguhnya.“Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (al Baqarah : 187). Dengan memahami hal ini, kehidupan rumah tangga akan tenteram. Dan tenang berlayar, sangat mustahil ditemukan sepasang suami istri yang sempurna segala sesuatunya. Yang bisa dilakukan adalah dengan jalan saling memahami dan menghargai satu sama lain.

Menerima apa adanya kekurangan atau kelebihan pasangan. Tidak membandingkan pasangan kita dengan yang lain. Karena hal-hal seperti ini tidak akan membuat nyaman hubungan namun hanya akan menjadikan kita makin sensitif dengan segala perbedaan. Dan sekali lagi memaafkan semua kekurangan pasangan adalah lebih baik. Hargailah segala kelebihannya. Dan berterima kasihlah atas semua yang telah dikerjakan dan diberikan pasangan pada kita. Insyaallah ini akan membuat makin manisnya hubungan dengan pasangan. Mungkin ada hal-hal yang tak kita sukai pada pasangan kita, namun bukanlah masih ada hal-hal baik yang kita sukai dan lihat ada padanya? Kita harus bijaksana menyikapi hal ini. Kita tak perlu berpura-pura dan menutupi kekurangan kita hanya karena takut tak sempurna di hadapan si dia. Karena bisa saja justru hal ini akan menyeret kita pada hal-hal berbahaya. Moralnya saja dengan berbohong menjanjikan ini dan itu serta janji setinggi langit. Padahal kita tahu tak akan bisa memenuhinya. Jika pasangan tahu tentu ia akan marah dan jengkel hingga membuahkan pertengkaran dan hal-hal buruk lain. Bukanlah lebih baik kita selalu tampil apa adanya, karena itu tak akan membebani kita ?

Sungguh, jika si dia benar-benar mencintai kita tentu dia akan menerima kita apa adanya. Mau menerima kekurangan dan kelebihan kita. Tanpa basa-basi. Yang perlu diingat kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya, semampu kita. Insyaallah di rumah kita.

ummu fatimah ahmad
www.majalah-nikah.com