Senin, 19 Januari 2009

Menikahlah dan ketenangan itupun akan hinggap di hatimu !!!

Kapan nikah?

Pertanyaan yang tak jarang keluar dari orang-orang terdekat. Saya akui langsung ataupun tak langsung kondisi lingkungan dan pergaulan sangat berpengaruh kepada timbulnya keinginan untuk menikah, seperti misalnya, diri yang sudah berpenghasilan dan cukup untuk menghidupi keluarga nantinya, teman sejawat yang satu per satu melepas masa lajangnya, teman kantor yang sebagian besar sudah berkeluarga sehingga klo ngobrolin masalah keluarga mau ta mau kita ikutan nimbrung, dan "kompor" yang apinya ta henti-henti terus berkobar, dan masih banyak lagi kondisi yang memicu timbulnya keinginan kuat untuk segera menggenapkan setengah Agama ini"

Ketika kita sudah siap untuk menikah, dan ada orang yang bilang "kamu masih terlalu muda untuk menikah", maka umur bukanlah standar baku dalam memandang seseorang apakah sudah layak dan siap menikah atau belum, karena ada orang yang umurnya masih muda namun dia berpikiran dewasa, begitu juga sebaliknya ada orang yang sudah bisa dikatakan berumur namun pola pikirnya masih kekanak-kanakan. Tak hanya itu, tak jarang juga ada ungkapan di masyrakat kita bahwa, kalau menikah itu dapat menghambat studi, juga perhatian terhadap orang tua bisa berkurang dan nikah itu jangan hanya dilihat enaknya saja, akan ada timbul masalah ketika sudah menikah. Mari kita coba telisik satu per satu apa yang dikhawatirkan sebagian orang sebagaimana tersebut di atas tadi.

Pertama, menikah dapat menghambat studi, Ustadz Fauzil Adhim dalam taushiyahnya mengatakan, bahwa berapa banyak orang yang menunda menikah padahal ia sudah mampu untuk menikah dan mendahulukan studi, prestasinya tidak begitu luar biasa,cenderung biasa-bisa saja dan banyak juga orang yang mendahulukan menikah dan melanjutkan studi prestasi mereka malah luar biasa. Jadi studi bukanlah alasan untuk menunda pernikahan jika memang kita sudah mampu untuk menikah. Semua tergantung kepada orang yang menjalaninya, namun bagi saya dan beberapa orang, ini adalah merupakan tantangan untuk menunjukkan bahwa dengan mendahulukan menikah prestasi studi kita pun dapat menjadi luar biasa.

Kedua, perhatian kepada orang tua akan berkurang, untuk hal ini, tak dipungkiri ketika menikah maka akan ada istri dan anak-anak kita nantinya yang menuntut perhatian dari kita, namun birul walidain tetap akan berlaku sampai kapanpun, tidak ada seorang anakpun yang tak ingin membahagiakan orang tuanya, bahkan ketika menikah saya yakin kita akan terus berusaha untuk membahagiakan orang tua kita, karena ridho merekalah salah satu tiket kita menuju surga-Nya Alloh Subhanahu wa ta’ala. Untuk masalah ini, yang terpenting adalah komunikasi kita dengan anak, istri dan orang tua kita, yang dibarengi dengan sikap saling menghormati dan pengertian satu sama lain, InsyaAlloh hal ini tidak akan menjadi masalah yang besar.

Ketiga, akan timbul masalah ketika menikah, hal ini pun merupakan hal yang akan terjadi dalam suatu kehidupan rumah tangga, namun sekali lagi, masalah didepan bukanlah hambatan kita untuk melangkah menuju mahligai suci pernikahan. Ada teman berucap “Soal masalah, adakah pilihan tanpa masalah di dunia ini? Pilihannya adalah pilihan mana yg masalahnya paling ringan”, ya hidup adalah pilihan, antara yang baik atau yang buruk, taat ataupun maksiat. Begitu juga dengan masalah, ada masalah yang ringan atau berat. Ketika kita memutuskan untuk menunda pernikahan padahal kita sudah mampu dan siap, sedangkan kita hidup di tengah gelombang hidup yang sekarang semakin dahsyat dengan fitnah-fitnah, dan diumbarnya aurat seperti sekarang ini, maka masalahnya akan semakin besar jika kita tetap menunda pernikahan. Namun jika kita menyegerakan untuk menikah maka sebagimana yang disabdakan Rasululloh SAW bahwa “menikah itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan”, sekarang tergantung kita kan memilih pilihan yang mana dengan memperhatikan resiko permasalahan paling ringan ataukah paling berat.

Pembicaraan kita tentang hal ini tidak berhenti hanya disitu, yang berikutnya adalah soal kesiapan untuk menikah, seperti apa sebenarnya seseorang siap untuk menikah? Berhubungan dengan hal ini seorang teman pernah berujarSiap itu, jika ada kesiapan dari hati menerima segala resiko pernikahan , manis maupun pahit getirnya yang akan dihadapi, ada kesiapan diri untuk memikul segala resiko pernikahan dengan amanah-amanah dan tanggung jawab jika sudah berkeluarga, toh nikah nanti atau nikah sekarang kita juga tetep mau nikah kan, dan tanggung jawab itupun mau tak mau akan menggelayut di pundak kita”
. Ya, keisapan hati, dan kemantapan langkah yang didapat dari istikhoroh kita memohon dan bermunajat di sepertiga malam yang terakhir agar ditunjukan yang terbaik oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala. Namun begitu kesiapan fisik dan finasial juga tak dapat dikesampingkan, kesiapan ini pun perlu kita pikirkan. Untuk kesiapan fisik saya yakin banyak diantara kita sudah siap untuk menikah, sedangkan untuk kesiapan finansial, ustadz Fauzil Adhim pernah menyinggung masalah ini, menurut beliau yang terpenting bukanlah kita mendapatkan pekerjaan tetap, namun bagaimana kita tetap bekerja. Okelah itu jika kita sudah menikah, lalu jika ada masalah finansial ketika akan menikah bagaimana? Untuk hal ini tergantung kita, apakah ingin menyelenggarakan pernikahan secara sedehana atau mewah. Ingatlah ketika Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Q.S An-Nur 32 mengenai hal ini :
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui."
InsyaAlloh jika azzam kita sudah kuat, dan niat sudah kita luruskan, serta ikhtiar kita maksimalkan maka pertolongan Alloh Subhanahu wa ta'ala akan datang.

Sekali lagi hidup adalah pilihan saudaraku, sekarang tergantung kepada kita apakah akan tetap menunda pernikahan padahal kita telah mampu untuk menikah di tengah godaan dunia yang semakin mengerikan dimana, fitnah-fitnah bertebaran disana-sini, aurat juga dengan mudahnya diumbar, serta pornografi dan pornoaksi yang marak dapat kita jumpai di internet, media elektronik, media cetak dan bahkan di lingkungan sekitar kita, atau kita memilih untuk menyegerakan menikah agar pandangan dan kemaluan kita dapat terjagaMenikahlah dan ketenangan itupun akan hinggap di hatimu !!!

Wallohu a’lam.