Kamis, 31 Desember 2009

Bagai buih dilautan (Sebuah renungan akhir tahun)

Diriwayatkan dari Tqausan r.a Rasulullah SAW bersabda: “akan terjadi, bersatunya bangsa-bangsa didunia menyerbu kalian seperti sekelompok orang menyerbu makanan”. Salah seorang sahabat bertanya: “apakah karena jumlah kami dimasa itu sedikit”. Rasulullah menjawab : “jumlah kalian banyak tapi seperti buih dilautan. Allah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian dan Allah menanamkan penyakit ‘wahn’ dalam hati kalian.” Lalu ada yang bertanya lagi :“apakah penyakit ‘wahn’ itu ya rasulullah?” Beliau bersabda : “ Cinta kepada dunia dan takut mati!”.
(Silsilah hadist shahih no.958).


--------------------------------------------------------------------------------------

Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada satu permainan... Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka katalah "Pemadam!"

Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti.

Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan berbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang aneh, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham bu guru..."

"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan.

"Ibu Guru ada Qur'an, Ibu Guru akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?"
Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.
Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet .
"Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. ..
Musuh-musuh Islam tidak akan menginjak-injak anda dengan terang-terang. ..Karena tentu anda akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibuat pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan
dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan. ..."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita... "

"Kenapa mereka tidak berani terang-terang menginjak-injak Ibu Guru?" tanya murid- murid. "Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar".

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang...." Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya...

di copy paste dari : Tradisionalindo

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Malam tahun baru kemana ya?"
"Malam tahun baru enaknya ngapain ya?"
"sapa yang mau ikut malam tahun baruan ma aku..."
"bingung malam tahun baruan dimana and sama siapa?"

mungkin itu pertanyaan yang muncul di sebagian besar orang dalam menyambut malam tahun baru, atau barangkali pertanyaan-pertanyaan itu sudah tidak lagi muncul karena sudah ada rencana yang sudah disiapkan jauh-jauh hari untuk merayakan pergantian tahun masehi ini.

Saudara-saudariku yang dimuliakan Alloh Subhanahu wa ta'ala tahun masehi akan segera berganti, sepertinya malam ini akan menjadi malam yang harus dirayakan oleh sebagian besar orang didunia tak terkecuali di Indonesia dan mungkin banyak umat muslim yang ikut merayakannya dengan penuh gegap gempita, panggung yang menyajikan para penyanyi yang meramaikan, orang-orang keluar memenuhi jalanan. Begitu juga dalam 2 bulan mendatang akan ada lagi hari yang dinanti kaum muda-mudi, valentine namanya, dan ternyata tak sedikit dari remaja umat muslim yang ikut merayakannya, mengucapkan valentine dan berjalan berduaan dengan lawan jenis yang belum halal baginya. dan banyak lagi hal yang mana umat islam telah terlena dengan budaya-budaya yang bukan budaya islam bahkan mungkin budaya Indonesia sebagai bangsa timur. Namun tidak lantas kita menyalahkan mereka yang ikut merayakan kedua hal diatas, menjadi tugas kita bersama untuk perlahan memberikan pengetahuan yang benar kepada mereka dengan lemah lembut dan dalam bahsa cinta agar apa yang kita sampaikan bisa masuk kedalam relung hati mereka. Dan tugas itu kita mulai dari diri kita, istri/suami kita, anak-anak kita dan anggota keluarga kita yang lain. Semoga artikel diatas membuka kesadaran kita semua untuk bersatu dan bangkit.

Wallohu a'lam

Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala selalu menaungi kita dengan rahmat, barokah, ampunan dan Keridhoan-Nya, dan menghindarkan kita dari penyakit wahn, serta mengikatkan tali ukhuwah umat muslim dengan cahaya hidayah dan cinta-Nya....Aamiin....


Maaf yang tidak berkenan, dan mohon koreksi dan silahkan dikritisi jika ada salah dari tulisan ini.

Terima kasih.

Jakarta, 31 Desember 2009


Indonesia Memanggil...Indonesia Memanggil kita kawan...!!!

by Shoutul Harokah

Singsingkan lengan baju pancangkan asa
Ukirlah hari esok pertiwi jaya
Bergandengan tangan tuk meraih ridho Alloh

Buatlah negri ini selalu tersenyum
Bahagia dan Sejahtera dalam cinta-Nya
Tiada lagi resah tiada lagi duka lara

Negeri indah Indonesia
Memanggil namamu
Menyapa nuranimu

Negeri Indah Indonesia
Menanti hadirmu
Rindukan karyamu

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sahabat...mari kita melangkah bersama tuk buat negeri ini menjadi negeri yang sejahtera dan barokah, apapun dan dimanapun peran kita saat ini tak perlulah untuk saling diperdebatkan.

Sahabat...mari kita kobarkan semangat, karena kitalah pewaris negeri ini, kitalah generasi penerus untuk memakmur dan sejahterakan negeri ini...

Sahabat...Jadilah generasi pelopor...pelopor selalu dalam hal kebaikan...
Sahabat...kita sadari jalan menuju kesana tiadalah mulus dan rata, terkadang kan kita jumpai jalan penuh gelombang dan onak duri...tetap bertahanlah sahabat...dan siap siagalah....


Allohu Akbar....Allohu Akbar....Allohu Akbar....!!!


Rindukah kita dengan Pemimpin seperti ini?

Adil, jujur, sederhana dan bijaksana. Itulah ciri khas kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Tak salah bila sejarah Islam menempatkannya sebagai ‘khalifah kelima’ yang bergelar Amirul Mukminin, setelah Khulafa Ar-Rasyidin. Pada era kepemimpinannya, Dinasti Umayyah mampu menorehkan tinta emas kejayaan yang mengharumkan nama Islam.

Khalifah pilihan itu begitu mencintai dan memperhatikan nasib rakyat yang dipimpinnya. Ia beserta seluruh keluarganya rela hidup sederhana dan menyerahkan harta kekayaannya ke baitulmal (kas negara), begitu diangkat menjadi khalifah. Khalifah Umar II pun dengan gagah berani serta tanpa pandang bulu memberantas segala bentuk praktik korupsi.


Tanpa ragu, Umar membersihkan harta kekayaan para pejabat dan keluarga Bani Umayyah yang diperoleh secara tak wajar. Ia lalu menyerahkannya ke kas negara. Semua pejabat korup dipecat. Langkah itu dilakukan khalifah demi menyejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Baginya, jabatan bukanlah alat untuk meraup kekayaan, melainkan amanah dan beban yang harus ditunaikan secara benar.

Tak seperti penguasa kebanyakan yang begitu ambisi mengincar kursi kekuasaan, Umar justru menangis ketika tahta dianugerahkan kepadanya. Meski Umar bukan berasal dari trah Bani Umayyah, keadilan dan kearifannya selama menjabat gubernur telah membuat Khalifah Sulaiman terkesan. Maka di akhir hayatnya, Sulaiman dalam surat wasiatnya memilih Umar bin Abdul Aziz sebagai penggantinya.

Setelah Khalifah Sulaiman tutup usia, Umar dilantik sebagai khalifah pada 717 M/99 H. Seluruh umat Islam di kota Damaskus pun berkumpul di masjid menantikan pengganti khalifah. Penasihat kerajaan Raja’ bin Haiwah pun segera berdiri dan membacakan surat wasiat Khalifah Sulaiman. ‘’Bangunlah wahai Umar bin Abdul- Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini,’’ ungkap Raja’.

Umar pun terkejut mendengar keputusan itu. Ia pun segera bangkit dan dengan rendah hati berkata, ‘’Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah terlebih dulu dan tak pernah aku memintanya. Sesungguhnya aku mencabut bai’at yang ada dilehermu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki.’’ Umat Islam yang berada di masjid menolak untuk mencabut ba’iatnya.

Semua bersepakat dan meminta Umar untuk menjadi khalifah. Umar pun akhirnya menerima ba’iat itu dengan berat hati. Ia menangis karena takut kepada Sang Khalik dengan ujian yang diterimanya. Beragam fasilitas dan keistimewaan yang biasa dinikmati khalifah ditolaknya. Umar memilih untuk tinggal di rumahnya.

Meski berat hati menerima jabatan khalifah, Umar menunaikan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab. Keluarganya mendukung dan selalu mengingatkan Umar untuk bekerja keras memakmurkan dan menyejahterakan rakyat. Sang anak, Abdul-Malik, tak segan-segan untuk menegur dan mengingatkan ayahnya agar bekerja keras memperhatikan negara dan rakyat yang dipimpinnya.

Selepas diangkat menjadi khalifah, Umar yang kelelahan mengurus pemakaman Khalifah Sulaiman berniat untuk tidur. ‘’Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?’’ ujar Abdul Malik. ‘’Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini,’’ jawab Umar. ‘’Lalu apa yang akan engkau lakukan ayahanda?’’ tanya sang anak. ‘’Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk shalat bersama rakyat,’ ucap Umar.

Lalu Abdul-Malik berkata, ‘’Wahai ayah, siapa yang menjamin engkau akan masih hidup sampai waktu zuhur? Padahal sekarang engkau adalah Amirul Mukminin yang bertanggung jawab untuk mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi.’’ Umar pun segera bangkit dari peraduan sembari berkata, ‘’Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di atas agamaku.’’

Umar pun bekerja keras membaktikan dirinya bagi rakyat dan umat. Pada era kepemimpinannya, Dinasti Umayyah meraih puncak kejayaan. Sayang, dia hanya memimpin dalam waktu sekejap saja, yakni dua tahun. Meski bukan berasal dari keturunan Umayyah, darah kepemimpinan memang mengalir dalam tubuh Umar bin Abdul Aziz. Ia ternyata masih keturunan dari Khalifah Umar bin Khattab. Umar bin Abdul Aziz terlahir pada tahun 63 H/ 682 di Halwan sebuah perkampungan di Mesir. Namun ada pula yang menyebutkan, Umar lahir di Madinah.

Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, Gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-Malik. Sedangkan ibunya bernama Ummu Asim binti Asim. Dari Ummu Asim-lah, darah Umar bin Khattab mengalir ditubuh Umar bin Abdul Aziz. Umar bin Khtattab meminta anak laki-lakinya Asim untuk menikahi gadis miskin dan jujur. Dari hasil pernikahan itu lahirlah seorang anak perempuan bernama Laila atau Ummu Asim.

Ummu Asim lalu menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan dan lahirlah Umar bin Abdul-Aziz. Sosok pemimpin Umar bin Abdul Aziz yang adil dan bijaksana sudah sempat dilontarkan Umar bin Khattab. Sang khalifah kedua itu sempat bermimpi melihat seorang pemuda dari keturunannya, bernama Umar, dengan kening yang cacat karena luka. Pemuda itu kelak akan menjadi pemimpin umat Islam.

Mimpi itu akhirnya terbukti. Umar bin Abdul Aziz sewaktu kecil wajahnya memang sempat tertendang kuda, sehingga bagian keningnya mengalami luka. Umar kecil dibesarkan di Madinah. Ia dibimbing sang paman bernama Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Umar tinggal di Madinah hingga sang ayah wafat.

Umar lalu dipanggil Khalifah Abdul Malik ke Damaskus dan menikah dengan anaknya bernama Fatimah. Pada 706 H, Umar diangkat menjadi Gubernur Madinah oleh Khalifah Al- Walid. Saat memimpin Madinah, Umar sempat memugar dan memperluas bangunan Masjid Nabawi. Sejak masa kepemimpinannya, Masjid Nabawi memiliki menara dan kubah. Umar tutup usia pada tahun 101 H/720 M. Syahdan, dia meninggal karena diracun. Kejujuran, keadilan, kebijaksanaan serta kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz dalam memimpin rakyat dan umat sudah sepantasnya ditiru oleh para pemimpin Muslim.

Cermin Kesahajaan Sang Khalifah

Saat Umar II terbaring sakit menjelang kematiannya, para menteri kerajaan sempat meminta agar isteri Amirul Mukminin untuk mengganti pakaian sang khalifah. Dengan rendah hati puteri Khalifah Abdul Malik berkata, ‘’Cuma itu saja pakaian yang dimiliki khalifah.’’ Hal itu begitu kontras dengan keadaan rakyatnya yang sejahtera dan kaya raya.
Khalifah pilihan itu memilih hidup bersahaja. Menjelang akhir hayatnya khalifah ditanya, ‘’Wahai Amirul Mukminin, apa yang akan engkau wasiatkan buat anakanakmu?’’ Khalifah balik bertanya, Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-apa.’’ Umar melanjutkan, ‘’Jika anak-anakku orang shaleh, Allah-lah yang mengurusnya.’’ Lalu khalifah segera memanggil buah hatinya, ‘’Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama, menjadikan kalian semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka.

Kedua,kalian miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga. Sesungguhnya wahai anak-anakku, aku telah memilih surga.’’Umar berhasil menyejahterakan rakyat di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah. Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu berkat, ‘’Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikan kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai seorangpun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyat pada waktu itu berkecukupan.’’

Abu Ubaid mengisahkan, Khalifah Umar II mengirim surat kepada Hamid bin Abdurrahman, Gubernur Irak agar membayar semua gaji dan hak rutin di provinsi itu. ‘’Saya sudah membayarkan semua gaji dan hak mereka. Namun di Baitul Mal masih banyak uang. Khalifah Umar memerintahkan. ‘’Carilah orang yang dililit utang tetapi tidak boros. Berilah ia uang untuk melunasi utangnya.’’

Abdul Hamid kembali menyurati Kalifah Umar. ‘’Saya sudah membayar utang mereka, tetapi di Baitul Mal masih banyak uang.’’ Khalifah memerintah lagi. ‘’Kalau ada orang lajang yang tidak memiliki harta lalu dia ingin menikah, nikahkan dia dan bayarlah maharnya.’’ Abdul Hamid sekali lagi menyurati Khalifah, ‘’Saya sudah menikahkan semua yang ingin nikah. Namun, di Baitul Mal ternyata masih banyak uang.’’ Adakah pemimpin seperti itu saat ini?

copy from http://www.alkisah.web.id
--------------------------------------------------------------------------------

sungguh begitu kita merindukan sosok seperti Kalifah Umar bin Abdul Aziz...kebersahajaan dan kesederhanaannya merupakan buah dari akhlak mulia yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW....

Saudara-saudariku yang dimuliakan Alloh Subhanahu wa ta'ala mari kita ceritakan kisah para nabi dan para sahabat kepada anak-anak kita, sehingga para nabi dan para sahabat menjadi tokoh idola mereka dan tertanam dalam jiwa mereka untuk dapat meniru keteladanan yang telah dicontohkan oleh para nabi dan para sahabat....

Dan mari kita berusaha untuk bisa meniru keteladanan para nabi dan para sahabat, sehingga ketika mendapat amanah untuk memimpin kita bisa memimpin dengan arif dan bijak sebagaimana para nabi memimpin kaumnya dan para sahabat melanjutkan estafet kepemimpinan itu....

Saudara-saudariku yang dimuliakan Alloh Subhanahu wa ta'ala, cukup ajarkan dan biasakan diri, istri, anak & keluarga utk larut dalam indahnya hidup sederhana, hingga kelak ketika harta dunia datang menyapa, bisa kita sikapi dgn sikap yg arif dan bijaksana, dgn meletakkan harta dunia di tangan tidak di hati, sehingga dibalik silaunya uji harta dunia kita dpt tetap hidup dlm kesederhanaan dan kebersahajaan dgn meneladani Rosululloh dan para sahabat...

Saudara-saudariku yang dimuliakan Alloh Subhanahu wa ta'ala semoga Alloh tetap menyatukan hati-hati kita dengan cinta-Nya dan dalam ketaatan kepada-Nya...


Selasa, 01 Desember 2009

Sajak Cinta


Mendefinisikan cinta memang bukan perkara mudah...
Karena makna cinta hanya dapat dipahami oleh mereka yang merasakannya...
terkadang cinta bisa menjelma menjadi berbagai rupa...
dari sebongkah karang di laut hingga semerbak wangi sekuntum bunga...
banyak lagu tercipta, bercerita tentang cinta...
namun tetap kan sulit tuk mendefinisikannya...
karena cinta terdefinisi oleh cinta itu sendiri...

Cinta…
cintalah yang warnai dunia...
cinta tak sekedar rasa...
namun ia merupakan fitrah manusia...

Cinta hadirkan banyak cerita...
ada kalanya ia hadirkan cerita bahagia...
namun tak jarang pula ia hadirkan cerita duka lara...

Cinta bukan kata benda...
bukan juga kata sifat yang tiba-tiba ada...
namun cinta adalah kata kerja...
yang harus terus diupayakan dengan kesungguhan jiwa...

Ketika cinta datang menyapa...
janganlah engkau siakan ia...
karena bisa saja kau kan menyesal nantinya...

Cinta....ya...Cinta....
Kekuatannya tak ada yang menduga...
karenanya manusia biasa bisa menjelma bak seorang pujangga...

iringilah Cinta dengan keimanan dan rasa Cinta pada-Nya...
maka kan kau dapati dari cinta itu sebuah bahagia...
bahagia yang tak hanya sementara dan kesemuan semata...

Selasa, 24 November 2009

Senandung Rindu dalam Rinai Hujan


Dingin menyergap kala langit kan turunkan hujan
Hembusan angin kala itu seakan membawa kembali sejumput kerinduan
Kerinduan yang coba kutepiskan
Namun apalah daya, karena kuhanyalah seorang insan

Perlahan rintik hujan basahi sang bumi
Damai diri menikmati harmoni alam ini
Seiring api harapan yang senantiasa terangi ruang hati
Bersamanya terus bergelora azzam dalam diri

Hujan kini terhenti
tinggalkan tetes-tetes air diranting pepohonan
sekilas kulihat mawar merah dihalaman sana
ingin rasanya kupetik mawar merah yang indah nan menawan
dan kuberikan padamu duhai perempuanku

Namun sejenak ku berpikir…
Bukan..bukan hanya mawar merah
lebih dari itu, ingin kusertakan untukmu Al-qur’an dari mekah
yang kan iringi cinta ini kelak hingga merekah dan bersemi indah
dalam iringan ridho dan balutan barokah

apalah artinya mawar itu tanpa senyum manismu?
apalah artinya mawar itu tanpa lembut tutur katamu?
apalah artinya mawar itu tanpa indah tatap matamu?
apalah artinya mawar itu tanpa hangatnya kasih sayangmu?

Dinda.. mawar itu kan berarti dan nampak lebih indah dan mewangi
saat kau ada disisi tuk temani diri arungi hari
menggapai keridhoan dan barokah Ilahi Robbi…


Jakarta 22-11-2009
seiring dingin yang menyergap, kerinduan itu semakin meresap



Rabu, 18 November 2009

Belajar ketulusan dari Ibu Warung Ijo...

Rabu 18 November 2009
Siang ini ketika kubuka account Facebookku, di halaman Beranda kulihat teman Facebookku yang juga adik kelas waktu kuliah D1 STAN di jogja dulu mengupload beberapa foto, dimana di foto tersebut terpampang wajah seorang ibu yang sangat familiar bagiku, seorang ibu pemilik warung makan di dekat kampus BDK III Yogyakarta yang sangat baik kepada kami -para mahasiswa STAN-, Ibu warung Ijo begitu ku menyebut beliau, karena warung sederhananya bercat warna hijau. Banyak diantara kami yang sering sarapan dan makan siang di warung beliau, betapa tidak, sudah nasi dan lauknya boleh mengambil sendiri -yang artinya sebanyak apapun, itu terserah kita- dengan harga miring pula, ketika pertama makan disana, masih ingat saya, ketika itu, saya dan beberapa teman jogging, disekitar desa Purwomartani, Kalasan, dan sepulang jogging, kami mampir ke warung beliau yang saat itu beliau berjualan tidak di warung tetapi di depan rumahnya, yang beliau jual saat itu adalah nasi kuning, pada saat itu -saat ketika keprihatinan begitu lekat dengan saya- makan nasi kuning adalah makanan yang jarang saya konsumsi, jadi menjadi sebuah makanan yang spesial. Alangkah kagetnya ketika akan membayar, dan saya tanya ”berapa bu?” beliau menjawab “seribu mas”, lalu saya lanjutkan pertanyaan saya “klo tambah gorengan 2 berapa?” sang ibu menjawab “klo gorengannya seribu 3 mas”…Ya Alloh…murah sekali ibu ini menjual makanan, walhasil saya dan beberapa teman patungan untuk membeli gorengan, jadi pagi itu untuk sarapan saya hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 1.500 untuk satu porsi Nasi Kuning sudah sekalian orek tempe dan telur dadarnya -yang menurut saya merupakan porsi besar, karena nasinya banyak- serta 2 tempe goreng. Sejak saat itulah saya dan beberapa teman menjadi pelanggan warungnya. Bahkan kalau untuk sarapan saya dan beberapa teman harus cepat-cepat menuju warungnya karena ada rombongan teman kami -yang kosnya jauh dari warung ibu ini- juga yang bungkus, dan bungkusnya tidak hanya untuk dirinya tetapi untuk teman satu kos, jadi sekali beli bisa 9-10 bungkus. Ah…kenangan itu, sungguh indah terasa. Sekedar informasi bahwa makan di warung Ibu warung Ijo dengan menu Nasi, sayur, 2 tempe, kita hanya merogoh kocek sekitar Rp 1.500 -itu nasi dan sayurnya ambil sendiri lho- ditambah jeruk anget atau es jeruk seharga Rp 500 -sudah kondisi tahun 2006-, bahkan yang mencengangkan lagi ketika ada Pendaftaran Ujian Saringan Masuk STAN di BDK III Jogja, ketika warung lain meniakkan harga, ibu warung ijo ini masih member harga miring kepada kami -mahasiswa STAN-.

Dan berdasarkan hasil wawancara singkat adik kelas saya dengan beliau, ketika ditanya kenapa jualannya kok murah banget, beliau menjawab (dalam bahasa jawa tentunya) “Oh,gini,kita semua kan bersaudara ,saudara seiman,emak cuma pingin bantu anak2 STAN,cuma itu yang bisa emak lakuin buat bantuin kalian,kalo ke anak2 non STAN ya harga normal mbak..he he”…Ya Alloh…begitu mulianya hati ibu ini, memang orang yang dimuliakan dengan harta yang melimpah belum tentau dikaruniai kemuliaan dan ketulusan hati seperti beliau ini yang hanya Ibu penjual nasi. Beliau sudah membantu kami meraih cita kami dengan menyediakan makanan untuk kami di pagi, siang dan malam hari dengan harga yang miring. Senyum selalu menghiasi wajahnya ketika menyambut kami yang akan makan diwarungnya, walaupun entah mungkin ada kegundahan dalam hatinya karena anak perempuannya (maaf) mempunyai penyakit keterbelakangan mental. Beliau mengajarkan kami arti sebuah ketulusan dan kesederhanaan…

Oh ya satu lagi, saya dan beberapa teman sering pinjam sepeda beliau untuk menuju ATM mengambil uang dan pernah sekali kami tanya mangga jenis apa yang ada disamping warungnya eh malah beliau memberi kami beberapa buah mangga itu (mangga bagi saya anak kos merupakan buah yang mewah dulu)…..^_^

terima kasih kepada adik kelas yang telah mengupload foto Ibu warung Ijo
dan untuk Ibu warung Ijo terima kasih jua atas ketulusannya....




Jumat, 13 November 2009

Muhasabah Pagi -Tentang sebuah Kesyukuran-

Pagi ini sungguh Alloh telah memberiku pelajaran yang amat sangat berharga akan arti sebuah kesyukuran.
Sebagaimana biasanya perjalanan menuju kantor harus melalui komplek perumahan polri di daerah pangadegan Jakarta selatan, dengan motor berplat warna merah yang artinya adalah pinjaman dari kantor kususuri jalanan pagi itu, awal ketika memasuki gerbang komplek perumahan polri tidak ada hal istimewa yang menarik perhatianku, hanya terlihat beberapa ibu-ibu mengerubuti tukang sayuran di pinggir jalan. Dengan santai kukendarai motor pinjaman ini, karena hari ini keberangkatanku ke kantor agak lebih pagi, hingga ketika keluar dari belokan kedua di komplek perumahan itu sebuah pemandangan yang mungkin bagi sebagian orang merupakan hal yang biasa namun tidak bagi diriku, didepanku terlihat seorang bapak yang sudah tua mendorong gerobak berjualan -yang mungkin Bubur Kacang Hijau- , dengan perlahan ia dorong gerobak dagangannya sembari sesekali memukulkan sendok ke mangkok kosong untuk menarik perhatian para calon pembelinya. Setelah melaluinya -karena beliau menuju kearah kebalikan denganku- hati ini langsung tersentak, dan lirih lisan ini berbisik “mengapa terkadang diri masih saja mengeluh, sedangkan diluran sana banyak orang bekerja sampai berpeluh?”

Ternyata pelajaran berharga ini tidak hanya disitu saja, ketika kupacu kuda besi pinjaman ini melewati belokan kekiri setelah stasiun cawang, kulihat seorang ibu bersama anaknya yang masih kecil dalam gendongannya berharap uluran para pengendara mobil atau motor yang lewat, kembali miris hati ini, dan bisikan hati kembali bergaung “Ya Alloh ampuni aku, jadikanku hamba-Mu yang bisa memberikan manfaat dan guna bagi orang lain”. Dan yang terakhir ketika akan melewati taman tebet kulihat seorang pak tua yang berjualan balon dipinggir jalan, dengan senyum menghiasi wajahnya ia terduduk di halte dekat situ -yang kutahu bahwa ia semalaman berjualan balon di pinggir jalan taman tebet- dan mungkin pagi ini ia akan pulang menemui keluarganya yang sedang menanti dirumah. Satu lagi hal yang membuatku merenung, setelah ku lewati ibu bersama anaknya yang berharap uluran tangan para pengendara dan sebelum kulihat pak tua yang sedang terduduk di halte taman tebet, perjalananku terhiasi oleh rumah yang boleh dikatakan mewah dengan pagar yang mungkin harganya sudah jutaan rupiah lengkap dengan mobil yang tidak hanya satu, itupun mobil yang termasuk golongan mobil mewah. Sungguh, miris hati ini, begitu njomplang kehidupan di ibukota ini, ketika berdiri rumah mewah ternyata dipinggiran kali ciliwung masih banyak rumah yang hanya berdinding kardus atau triplek tipis dengan atap seng bekas….Ah….sungguh naïf diri ini ketika masih saja merasa kurang, masih saja terdongak kepala ini melihat keatas. Ya Alloh ampuni hamba-Mu ini…

Pagi ini Alloh Subhanahu wa ta’ala memberikan pelajaran dengan cara yang sangat indah kepadaku, bukan lewat pendidikan di sebuah ruangan bernama kelas, bukan jua dalam halaqoh pengajian, namun dari sebuah perjalanan, Alloh menyuguhiku pemandangan yang kembali mengingatkanku dan menjadi sebuah pelajaran berharga akan arti sebuah kesyukuran. Bukankah dengan bersyukur Alloh akan menambahkan nikmat kepada kita? Dan nikmat itu tidak selalu berwujud materi, bisa nikmat sehat, keluarga yang harmonis, teman kantor yang baik, dan lain sebagainya, itu yang saya ketahui. Dan satu yang harus selalu dalam ingat dan pikiran kita, bahwa dalam hidup ini, segalanya adalah kepunyaan Alloh, kita hanya dititipi, diamanahi, untuk menjaga dan menggunakan apa yang telah Alloh titipkan kepada kita sesuai dengan yang telah disyariatkan-Nya.

Ya Alloh, Ya Rohman, Ya Rohim, ampuni hamba yang dhoif ini yang seringkali lupa untuk mensyukuri nikmat-Mu, jadikanlah hamba yang berlumuran dosa ini menjadi hamba-Mu yang pandai dalam mensyukuri nikmat-Mu….
Ya Alloh, Ya Ghoffar, Ya Kariim, pagi ini kuakui semua nikmat-Mu, begitu juga kuakui semua dosa-dosaku, ampunilah aku karena tiada yang dapat mengampuni kecuali Engkau…
Ya Alloh, Ya Dzaljalali wal ikrom angkatlah kekacauan yang melanda negeri ini, tunjukan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, karuniakanlah kepada negeri ini pemimpin yang amanah, yang adil, yang Engkau Cintai dan yang mencintai-Mu, yang senantiasa berpegang kepada Al-quran dan sunnah Rosul-Mu…Ya Alloh berkahilah dan ridhoilah setiap langkahku…mudahkanlah segala urusanku, karena tiada yang mudah kecuali Engkaulah yang memudahkan dan tiada yang susah kecuali Engkau pulalah yang memudahkan…Aamiin…


Jum'at, 13 November 2009
Pelajaran indah pada suatu pagi yang cerah


Jumat, 23 Oktober 2009

Karenamu dan Untukmu (sebuah sajak kerinduan)

Puitis???
ah...akupun tak tahu dan tak yakin mengapa orang berkata begitu padaku
Apa karena susunan kata-kataku?
yang meloncat kesana kemari mencoba membentuk suatu harmoni?
Harmoni yang gambarkan suasana diri
Harmoni atas gejolak yang ada dihati

Romantis???
ini lagi...sungguh inipun ku tak tahu
yang kutahu sekarang ini kata-kata mudah saja terangkai
entah menjadi sajak ataupun puisi
walau kau katakan tiada punya arti
namun tidak begitu bagiku
ia akan selalu menyimpan suatu arti yang tersirat ataupun tersurat
dan kusadari cinta dan rindulah yang buatku begini

Cinta?
Rindu?
ya...ya...itu rasa...
rasa yang akhir-akhir ini menyelusup dalam hati

Hati...ya...Hati...
engkau tak bisa kubohongi
walau kuberusaha tuk mengenyampingkan rasa ini

Apakah itu semua sebuah kesalahan?
tidak!!! tidak!!! tegas hati ini seakan berucap
tidak!!! karena ku hanyalah manusia biasa
manusia yang butuh cinta
manusia yang terkadang terselimuti kabut kerinduan
Cinta yang mengharap ridho-Nya
Rindu yang ada karena rinduku pada-Nya

Ehm...
dengan helaan nafas yang terasa berat
berat karena masih menggelayut beban di hati
sudahlah...biarlah kuadukan masalahku ini pada-Nya
di syahdunya sepertiga malam kupanjatkan doa-doaku
dan kini yang kuingin hanyalah menulis dan terus menulis
menyusun kata yang berloncatan dalam pikir ini
menangkapnya satu persatu
lalu kususun dan kutaruh dalam sebuah wadah cerita

Cerita???
ya...cerita...
Cerita yang kelak kan ku bagi dengannya
dengan seorang insan yang bersamanya kunikmati keagungan cinta
seorang insan yang menghilangkan kabut kerinduan dihati
laksana cahya hangat sang mentari di pagi hari

Puitis? Romantis?
ada karenamu duhai Permata hatiku

(saat gejolak itu hadir kembali)



Rabu, 21 Oktober 2009

Walau tak sempurna, kasih tulusmu kan tetap jadi hiasan hidupku

Seorang ikhwan dan akhwat menikah dengan presentasi acara pernikahan yang sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai akhwat begitu anggun dalam gaun putih jilbabnya (afwan karena gak boleh lihat, jadi kira-kira aja) dan pengantin ikhwan dalam beskap hitam dipadu dengan songkok muslim yang gagah. Pendeknya siapapun setuju mengatakan mereka pasangan yang idela dan serasi.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, ”Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan” katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. ”Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia”.

Suaminya setuju dan mereka mulai mamikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Pagi itu ketika sarapan (kebetulan hari libur), mereka siap mendiskusikannya. ”Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak ia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir. Sang istri terpana,”Maaf, apakah aku harus berhenti?”. ”Oh tidak, lanjutkan....” jawab suami masih dengan air matanya.

Lalu sang istri melanjutkan membaca semua yang terdaftar, kemudian melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia. ”Sekarang gantian ya, kau yang membacakan daftarmu”.

Dengan suara lembut suaminya berkata ”Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang”. Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serat isi hati suaminya. Bahwa suami telah menerima dirinya apa adanya, sangat tulus. Ia menunduk dan menangis...

Dalam hidup ini, kadang kita merasa dikecewakan, depresi, dan sakit hati dengan pasangan hidup kita. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesuklacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk dan menyakitkan, jika kita bisa menemukan banyak hal indah di sekeliling kita?

Terimalah ia apa adanya. Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan kita temukan cinta yang bersemi indah. Sesudahnya berupaya memperbaiki dan bukan menuntut untuk sempurna. Bukankah kita sendiri mempunyai kekurangan, mengapa kita sibuk menuntut istri untuk sempurna? Ada amanat yang harus kita emban ketika kita menikah. Ada ruang untuk saling berbagi. Ada ruang untuk saling memperbaiki. Dan bukan saling mengeluhkan, alih-alih menyebut-nyebut kekurangan.

Pahamilah kekhilafannya agar ia merasa ringan dalam memperbaiki, meski bukan berarti kita lantas membiarkan kesalahan. Berikanlah dukungan dan kehangatan kepadanya sehingga ia berbesar hati menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan. Tunjukkanlah bahwa kita memang sangat menghargainya, menerimanya dengan tulus, mau mengerti dan bersemangat mendampinginya

Hari ini, ketika kita bermimpi tentang sebuah pernikahan yang romantis sementara ikatan batin di antara kita dan pasangan begitu rapuh, sudahkah kita berterima kasih kepadanya? Sudahkah kita meminta maaf atas kesalahan kesalahan kita? Jika belum, mulailah dengan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kita dan ungkapkan sebuah panggilan sayang untuknya. Mulailah dari yang paling mudah, hatta yang paling remeh atau kecil sekalipun. Mulailah dari yang paling kecil, demikian Ustaz Aa' berpesan. Little things mean a lot, demikian Ustaz Fauzil menambahkan. Agar cinta bersemi dalam keluarga kita, agar cinta senantiasa berbunga dalam kehidupan kita.

Masya Allah.
Subhanallah.
Alhamdulillahirabbil alamiin.
Wallahu alam bisshawab.

(bagi yang belum menikah tidak usah khawatir, jika engkau jaga risalah Allah adalah sebuah keniscayaan jika Allah kan berikan yang terbaik buat antum, sekali lagi terbaik dalam perspektif Allah, dan bukan perpektif kita)


disarikan dari sebuah artikel lama yang tersimpan di kompie dan "Agar Cinta Bersemi Indah" oleh M. Fauzil Adhim

Senin, 19 Oktober 2009

Cinta sang Bidadari Hati


Lama ia pandangi wajah itu, wajah yang selama hampir 3 tahun ini selalu menyambutnya dengan seulas senyum ketika ia pulang bekerja, nyaman rasanya ketika keletihan sedang menyambangi raga, pulang ia dapati senyuman manis dari sang istri. Entah sudah berapa lama ia memandangi wajah itu, dalam keremangan cahaya lampu dengan jelas ia dapat melihat gurat keletihan dan kelelahan disana, “Ya Alloh ridhoilah ia sebagaimana aku ridho kepadanya…” bisiknya dalam hati, lalu perlahan ia mendekatinya, dikecupnya dahi sang istri dengan lembut, dan seketika itu pula istrinya menggeliyat namun masih tetap tertidur, lalu perlahan ia langkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, dan ketika melihat jam dinding disana menunjukkan pukul 02.30 dini hari, “Ehm..masih cukup waktunya” kembali ia membatin, digelarnya sajadah dan mulailah ia menghadap Robb-Nya, bermunajat kepada-Nya. Selesai sholat tahajud, ia palingkan mukanya menuju ranjang, dan kembali ia pandangi wajah yang ada disana, lama seperti waktu tadi, tersenyum ia namun disertai tetesan air mata, “Ya Alloh terima kasih Engkau telah karuniakan ia menjadi pendamping hidupku…lindungilah ia selalu, kuatkanlah langkah kami dalam melayar bahtera rumah tangga menuju keridhoan-Mu…Ya Alloh ampuni dosa-dosanya…Ya Alloh jagalah cinta ini…cinta yang mengharapkan kecintaan-Mu pada kami…” lirih ia berucap sembari air mata terus mengalir di pipinya, teringat ketika awal mereka bertemu, sungguh pertemuan yang tak terduga. Saat ia sudah berusaha kesana-kemari mencari calon istri, mulai dari kota kelahirannya, kota tempat ia bekerja sekarang, sampai kota dulu tempat kuliahnya, sudah ia coba untuk memasukkan biodatanya kepada temannya, yang ia kenal sebagai orang yang amanah, empat calon ia sodorkan kepada ibundanya, namun tidak ada yang bisa meluluhkan hati ibundanya, dan ketika ia memutuskan untuk rehat sejenak, tidak mau terlalu ngoyo, tiba-tiba masuk satu biodata kepadanya, dari temannya yang berada di kota kelahirannya, Yogyakarta, dengan seksama ia baca biodata tersebut, ehm…beberapa kriteria dari ibu masuk, dan ketika ia lihat fotonya, subhanalloh…sempat minder juga dia “Apa mau akhwat cantik kaya gini sama aku ya?” namun segera ia tepis keminderannya itu, “Bismillahirrohmanirrohim, Ya Alloh jika memang ia adalah jodohku, mudahkanlah aku untuk bersanding dengannya di pelaminan, dan bersama jalani bahtera rumah tangga dibawah naungan keberkahan dan keridhoan-Mu….” Ucapnya. Dan Alhamdulillah Alloh memudahkan urusannya, begitu ia tunjukkan biodata sang akhwat kepada ibundanya, setelah lama mengamati, akhirnya keluar kata setuju dari ibundanya, “Gimana bu?” tanyanya penasaran
“Ehm…kalau kamu gimana? Merasa cocok ngga?” Tanya ibundanya
“Kalau Hanif InsyaAlloh cocok, ibu bagaimana? Ini udah yang kelima lho bu? Lagian beberapa syarat dari ibu juga ada padanya, walaupun tidak semua, kan susah bu cari yang semua syarat ibu ada pada seorang wanita?” jawabnya
“Iya….ngga semua terpenuhi juga ga masalah kok, yo wis kalau kamu memang cocok, ibu merestui, tapi tetep kamu harus istikhoroh Nif, mohon petunjuk Alloh, karena ini bukan masalah sehari, sebulan atau setahun, tapi ini masalah seumur hidup”
“Nggih Bu…” jawab Hanif

Setelah itu ia langsung menuju kamarnya, dan langsung sujud syukur, malam harinya setelah sholat tahajud ia lanjutkan dengan sholat istikhoroh, begitu setiap malam ia jalani, dan setelah 5 hari, kemantapan itu semakin memenuhi rongga hatinya, hari keenam ia menghubungi Fauzi, teman yang memberikan biodata Nadia, nama akhwat itu,
“InsyaAlloh ane manteb Zi”
“Alhamdulillah, ya udah kalo gitu, besok bisa ga langsung ta’aruf?”
“besok? Emang ente dah kasih biodata ane?”
“udahlah, ane kasih pas sehari setelah ente nerima biodata akhwatnya, daripada nunggu kepastian dari ente, lagian ntar dah nunggu terus akhwatnya ga mau kan kasihan ente, jadi ya mending lebih cepat lebih baik, dan Alhamdulillah akhwatnya juga setuju untuk melanjutkan prosesnya” jelas Fauzi
“ya sudah, InsyaAlloh besok ane bisa, di rumah ente Zi?”
“Yup, di rumah ane, jam 9 pagi ya, soalnya akhwatnya mau sidang skripsi jam 1 siang”
“Oke Zi, InsyaAlloh, Jazakalloh Khoir…”
“Waiyyakum…”
Pembicaraan singkat di telpon itu terus terngiang di pikirannya, “besok? Besok aku akan pertama kali ta’aruf sama seorang akhwat, ah sudahlah mending tilawah saja, daripada hati tidak karuan kayak gini” Hanif bergumam. Esoknya ta’aruf berjalan dengan sederhana, beberapa pertanyaan Ia lontarkan kepada sang akhwat, dan begitu jua sebaliknya, hingga diakhir pertemuan itu Nadia mengajukan pertanyaan terakhir
“Akhi, insyaAlloh ana siap untuk lanjut ke proses berikutnya, jadi kapan akhi akan datang kerumah ana untuk mengkhitbah?”
deg….kaget juga Hanif dengan pertanyaan Nadia, namun segera ia bisa menguasai dirinya, dan ia memang tak ingin terlalu lama, karena tak ingin rasa di hatinya tumbuh sebelum waktunya,
“InsyaAlloh ana besok kembali ke Jakarta, bagaimana kalau pekan depan, hari Ahad?” Tanya hanif
“InsyaAlloh, baik kalau begitu…”

Setelah itu Hanif sungguh merasakan bahagia yang tak dapat ia lukiskan dengan kata-kata, senyum terus terkembang sepanjang ia pulang ke rumahnya, dengan mengendarai sepeda motor yang baru dibelinya 5 bulan yang lalu, ia menyusuri jalanan Yogyakarta sore itu, ya setelah sang akhwat pulang Hanif masih tetap dirumah Fauzi, dari Fauzi ia mendapatkan beberapa nasehat ketika kelak hidup berumah tangga, karena memang Fauzi, teman seangkatannya, namun ia sudah duluan menikah, sudah hampir satu tahun…Ehm…Ya Alloh…terima kasih atas kemudahan ini, hangatnya mentari sore itu menambah kehangatan dalam hatinya yang sedang bertabur bunga-bunga kebahagiaan. Dan sesampainya dirumah ia ceritakan apa yang ia alami pagi hingga siang tadi, dan juga rencananya akan melamar Nadia pekan depan,
“lho ga kecepetan to le?”
“ngga bu InsyaAlloh”
“yo wis, ntar ibu bilang ke pakdemu, biar dia siap pekan depan, tapi ibu kok pingin ketemu sama Nadia yo le, bisa ngga besok dia suruh maen kesini?”
“InsyaAlloh bu”
Dan segera ia kirimkan sms ke Fauzi, minta tolong disampaikan ke Nadia keinginan ibundanya, lama ia tunggu balasan dari fauzi, dan selepas sholat maghrib baru ada pesan singkat dari Fauzi, yang isinya nadia besok bersedia untuk berkunjung ke rumah Hanif bersama temannya. Pagi itu suasana ruang tamu di rumah hanif sedikit berisik oleh tawa renyah ibundanya dan nadia serta temannya, ternyata ibunda langsung bisa akrab dengan Nadia, hal itu ia ketahui ketika sang ibu bercerita kepadanya sebelum keberangkatannya ke ibu kota.
***
Sepekan telah berlalu, dan ahad siang tadi prosesi khitbah berjalan dengan lancar, setelah sebelumnya hari sabtu ia telah berkunjung seorang diri kerumah Nadia, bertemu dan mengobrol dengan orang tua Nadia. Pada pertemuan ahad itu juga telah disepakati hari dan tanggal pernikahan mereka, orang tua Nadia meminta agar pernikahan dilangsungkan setelah nadia wisuda, yang artinya adalah sebulan kemudian, karena Nadia akan wisuda akhir bulan ini. Dan ketika hari itu tiba, hari dimana ia berikrar janji suci, ikrar yang telah menggantikan yang tadinya haram menjadi halal, ikrar keagungan cinta yang tak lagi semu seperti cinta orang yang masih pacaran, ikrar keagungan cinta yang mengharapkan kecintaan Ilahi Robbi. Ehm…kenangan itu, 3 tahun yang lalu awal ia merajut cinta indah bersama Nadia yang telah menemaninya dikala suka maupun duka. Dan tak salah ia kujuluki sebagai Bidadari Hati Permata Hidupku, pernah ketika memasuki tahun kedua, ketika hari sabtu, yang kebetulan hari libur, ketika berkumandang adzan subuh, Nadia membangunkan Hanif yang malamnya bekerja lembur hingga jam 12 malam, untuk sholat subuh, dengan lembut ia berkata di telinga Hanif
“Mas, sudah subuh mas, itu Alloh sudah memanggil hamba-Nya yang ingin meraih kemenangan…”
“Iya dek…bentar lagi….” sembari membalikkan tubuhnya
“Mas…adek tahu mas cape, tapi apa mas mau bikin adek sedih?” kata nadia, yang membuat Hanif mencoba mengumpulkan kesadarannya
“Lho kok sedih? Kenapa dek?”
“Adek sedih kalau nanti pas mas Hanif di peradilan Alloh, dan ternyata disebutkan mas ngga sholat ke masjid hari ini, adek sedih karena ngga berhasil mbangunin mas…” kata Nadia dengan suara bergetar menahan tangis, yang langsung membuat Hanif terbangun, dan segera ia peluk istrinya yang saat itu sudah mengenakan mukena, ternyata Nadia sedari tadi telah bangun untuk sholat tahajud,
“Ya Alloh…terima kasih atas karunia-Mu ini, terima kasih dek sudah ngingetin mas, maafin mas ya, tadi susah dibangunin, tapi kok ngga dari tadi mbangunin mas, pas adek sholat tahajud?”
“lho, yang ini saja sudah susah mbanguninnya, lagian tadi keliatannya mas capek banget, ngga tega adek mbangunin mas…eh ya sudah cepetan mas, ambil wudhu, terus ke masjid, kayaknya bentar lagi iqomah tuh…” ucapnya sembari tersenyum. Di lain waktu terjadi kebalikannya, suatu ketika di ahad pagi, Hanif ingin mencuci pakaian kotor mereka, karena tahu Nadia malam tadi kecapean setelah mebantu memasak di rumah bu ahmad tetangga mereka untuk acara pernikahan putri mereka, namun ketika ia asyik mencuci, Nadia telah berdiri dibelakangnya dan berkata
“Mas…udah biar nadia aja yang nyuci…”pintanya
“udah, adek istirahat dulu aja, kan kemaren habis masak sampe malem, pasti masih capek…”
“Mas…berilah adek kesempatan untuk meraih pahala-Nya dengan melayani mas Hanif…ya mas ya…tolonglah mas….” Pintanya sembari memelas
“Ehm…ya sudah biar adil adek yang ngucek ntar mas yang bilas, habis itu njemurnya bareng-bareng ya…bolehkan? Mas bukannya mau rebut kesempatan adek berpahala, mas cuma ingin adek ga terlalu kecapean, kan sebagai suami istri harus saling melengkapi, ga harus selalu istri yang masak, nyuci, menyapu, mengepel, kadang suami juga perlu untuk membantu istri meringankan salah satunya, dan hal itu ga mengurangi kewibawaan mas sebagai qowwam adek….ya kan?” jelas hanif sambil tersenyum
“Ya sudah klo emang mas maunya gitu, adek nurut aja, nurut ma mas juga adek dah dapet pahala…”jawab Nadia dengan senyum manisnya
“Nah gitu donk, lagian nyuci bareng juga salah satu cara untuk terus memelihara dan memupuk cinta kita berdua dek…”
“Ih mas…sok romantis dech…” sahut Nadia dengan rona memerah dan senyum menghiasi wajahnya.

Ya, kelebatan kenangan indah itu kembali singgah dipikirannya, betapa besar karunia Alloh pada-Nya, istri yang sholehah, yang senantiasa mengingatkan suaminya ketika ia lalai, kini ada disampingnya, inilah hikmah dibalik penantiannya dulu, inilah buah dari sebuah kesabaran, Alhamdulillah, atas segala karunia-Mu Ya Alloh, batin Hanif.
***
Masih ia terpaku berdiri disamping ranjang memandangi wajah nadia, sembari mengingat kenangan indah bersamanya, sungguh terkadang ia terlalu egois, ketika pulang kerja, ia seperti tak memberi istrinya bercerita, selalu ia yang memulai bercerita, tentang pekerjaannya di kantor, tentang perjalanan pulangnya, dan dengan sabar nadia mendengarkannya. Walaupun tak meminta, Hanif sadar bahwa Nadia pun perlu bercerita tentang kegiatannya seharian, tentang polah tingkah anak-anak yang diajarnya mengaji sore tadi, tentang pengajian siang ba’da dhuhur bersama ibu-ibu di lingkungan rumahnya, dan Nadia pun perlu bahunya untuk menyandarkan segala beban dan kelelahannya hari itu, ya….walaupun tak meminta tetapi Hanif sadar bahwa Nadia pun seorang wanita normal pada umumnya, yang ingin diperhatikan, ingin dimengerti, ingin sebuah romantisme dari suaminya. Dan hari ini, hari milad pernikahan mereka yang ketiga ia berencana untuk memanjakan istrinya. Perlahan ia langkahkan kakinya menuju dapur, jam didinding menunjukkan pukul 03.30, “ehm…masih cukup waktu” ia bergumam. Dengan senyum yang mengembang ia mulai menyiapkan bahan yang diperlukan, yang memang sore tadi telah ia beli. Hari ini ia akan membuatkan sarapan untuk sang istri, salah satu makanan kesenangan Nadia, sop ayam dan tempe goreng, namun sebelum ia mulai memasak, ia teringat sesuatu, bergegas ia kembali ke kamarnya, ia buka tas kerjanya disana telah ada sekuntum mawar merah dan sebuah kertas, dengan perlahan ia letakkan bunga mawar itu diatas kertas tadi tepat di meja di samping istrinya tidur, lalu setelah itu ia kembali ke dapur. Karena pengalamannya aktif di kepramukaan sejak SMP ia tidak terlalu kesulitan untuk memasak, tepat adzan subuh sop ayamnya telah matang, “Ehm…tempe gorengnya nanti ketika Nadia mau sarapan aja, ini sopnya nanti bisa diangetin lagi…sekarang saatnya sholat subuh”, lalu ia tinggalkan dapur, mangambil air wudhu dan bergegas menuju masjid didekat rumah kontrakannya. Selepas Subuh, ketika ia membuka pintu rumah, terlihat Nadia sudah berdiri, sembari tersenyum dan air mata mengalir di pipinya, dan langsung menhambur memeluk Hanif, sembari terisak ia berkata
“Mas, makasih ya, maafin Nadia yang belum bisa menjadi istri yang baik…Nadia masih kadang kaya anak-anak, Nadia masih sering bikin mas sedih…Nadia…” sebelum sempat istrinya melanjutkan berkata, agak ia mundurkan istrinya dan ia tempelkan telunjuknya di bibir istrinya…
“Ssssttt….udah dek, mas yang harusnya berterima kasih…adek udah sabar hidup bareng sama mas, mas yang masih belum bisa menjadi yang terbaik buat adek, mas terlalu banyak mengeluh, bahu mas masih jarang bisa menjadi sandaran ketika adek sedih….maafin mas ya…Dek…Mas Cinta sama Adek….”
“Adek juga cinta sama mas…Mas…mas yang masak sop ayam ya?”
“Iya…special buat istriku yang tercantik di hati…”
“Ehm…adek juga ada kejutan buat mas…” sembari mengeluarkan sebuah amplop putih dengan logo sebuah rumah sakit bersalin diatasnya, “Ini mas…”
“Adek hamil? Alhamdulillah ya Alloh….” Seketika itu Hanif sujud syukur ketika dibukanya amplop itu, disana terpampang tulisan Positif…
“Mas, makasih juga ya buat mawar dan suratnya…”
Hanif hanya tersenyum mendengar perkataan istrinya, ia kecup mesra dahi istrinya dan kembali ia peluk….Ya Alloh terima kasih atas segalanya…berikan kesehatan dan keselamatan kepada istri dan calon anakku….jadikan ia kelak anak yang sholeh sholeha…” Doa hanif
“Aamiin…” Jawab Nadia yang berada dalam pelukannya…

Teruntuk Bidadari Hatiku

Tiada cukup kiranya puisi sederhana ini mewakili perasaanku padamu
Tiada cukup ku berkata tuk gambarkan keikhlasanmu
Tiada cukup ku berkata untuk semua pengabdianmu

istriku
saat jelas kunikmati parasmu
saat erat kugenggam jemarimu
saat kupandangi senyum manismu
saat kukecup mesra keningmu
saat merdu terdengar suaramu
saat itulah yang akan selalu kurindu

istriku...
kaulah tulang rusukku yang selama ini kucari
Yang kan lengkapi diri ini
kaulah yang Alloh anugerahkan untuk menjadi bidadari hati
yang kan temaniku jalani hari demi hari

Istriku
ketika rembulan tak Purnama
tetap malam terhiasi teduh cahayanya
begitu pun inginku padamu, walau tak sempurna
kasih tulusmu kan tetap jadi hiasan hidupku
dengan balutan keanggunan cinta dalam indahnya taman takwa
berjalan kita bersama

Istriku
ku persiapkan bahu ini untuk kau jadikan sandaran ketika lelah dan letih menyambangimu
ku persiapkan tangan ini tuk membelaimu dengan penuh kasih sayang
dan tuk usap air matamu ketika sedih menghampirimu
Ku tahu mungkin terlihat sederhana
namun memang itulah yang kuinginka
ku ingin mencintaimu dengan sederhana

istriku...
Kita sadari tiada selalu bahagia menyertai
Terkadang jalan terjal harus kita daki
Aral lintang harus kita lalui
Namun adamu disisi buatku tetap langkahkan kaki
tuk terus nahkodai bahtera ini
Dengan layar cinta dan hembusan angin kasih sayang dalam hati
Kita arungi luasnya samudera kehidupan menuju keridhoan ilahi robbi
Harapku Alloh meridhoimu sebagaimana ku ridho terhadapmu

Ketika kurasakan keagungan cinta dengan hadirmu disisi
Terima kasih atas cintamu duhai bidadari hatiku...


(cerita diatas bukan pengalaman penulis, karena saat menulis sang penulis belum menemukan Bidadari Hatinya...hanya sebuah harapan kelak dimasa depan, ketika romatisme berbuah menjadi pahala...^_^)

Jumat, 09 Oktober 2009

Arti Sebuah Cinta

Penulis : Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi

Kategori : Akidah

Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.

Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dengan gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan, “Kami sama-sama cinta, suka sama suka.” Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.

Demikianlah bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tidak lagi menjadi tolok ukur. Dalam keadaan seperti ini, setan tampil mengibarkan benderanya dan menabuh genderang penyesatan dengan mengangkat cinta sebagai landasan bagi pembolehan terhadap segala yang dilarang Allah dan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Ali ‘Imran: 14)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haditsnya dari shahabat Tsauban radhiallahu 'anhu mengatakan:

‘Hampir-hampir orang-orang kafir mengerumuni kalian sebagaimana berkerumunnya di atas sebuah tempayan.’ Seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah jumlah kita saat itu sangat sedikit?’ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: ‘Bahkan kalian saat itu banyak akan tetapi kalian bagaikan buih di atas air. Dan Allah benar-benar akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Allah akan campakkan ke dalam hati kalian (penyakit) al-wahn.’ Seseorang bertanya: ‘Apakah yang dimaksud dengan al-wahn wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: ‘Cinta dunia dan takut mati.’ (HR. Abu Dawud no. 4297, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 3610)

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya mengatakan:
“Allah memberitakan dalam dua ayat ini (Ali ‘Imran: 13-14) tentang keadaan manusia kaitannya dengan masalah lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat, dan Allah menjelaskan perbedaan yang besar antara dua negeri tersebut. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberitakan bahwa hal-hal tersebut (syahwat, wanita, anak-anak, dsb) dihiaskan kepada manusia sehingga membelalakkan pandangan mereka dan menancapkannya di dalam hati-hati mereka, semuanya berakhir kepada segala bentuk kelezatan jiwa. Sebagian besar condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikannya sebagai tujuan terbesar dari cita-cita, cinta dan ilmu mereka. Padahal semua itu adalah perhiasan yang sedikit dan akan hilang dalam waktu yang sangat cepat.”

Definisi Cinta
Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin, 3/9)

Hakikat Cinta
Cinta adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah, maka ia akan menjadi ibadah. Dan sebaliknya, jika tidak sesuai dengan ridha-Nya maka akan menjadi perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu kesyirikan.

Cinta kepada Allah
Cinta yang dibangun karena Allah akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (3/22) berkata: ”Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:

“Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.” (Ali ‘Imran: 31)
Mereka (sebagian salaf) berkata: “(firman Allah) ‘Niscaya Allah akan mencintai kalian’, ini adalah isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta faidahnya. Bukti dan tanda (cinta kepada Allah) adalah mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, faidah dan buahnya adalah kecintaan Allah kepada kalian. Jika kalian tidak mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maka kecintaan Allah kepada kalian tidak akan terwujud dan akan hilang.”

Bila demikian keadaannya, maka mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu:

“Tiga hal yang barangsiapa ketiganya ada pada dirinya, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman. Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab adanya cinta (kepada Allah) ada sepuluh perkara:

Pertama, membaca Al Qur’an, menggali, dan memahami makna-maknanya serta apa yang dimaukannya.
Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah setelah amalan wajib.
Ketiga, terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan.
Keempat, mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika bergejolaknya nafsu.
Kelima, hati yang selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah, menyaksikan dan mengetahuinya.
Keenam, menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala nikmat-Nya.
Ketujuh, tunduknya hati di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kedelapan, berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) bersama-Nya ketika Allah turun (ke langit dunia).
Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat cinta dan jujur.
Kesepuluh, menjauhkan segala sebab-sebab yang akan menghalangi hati dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
(Madarijus Salikin, 3/18, dengan ringkas)

Cinta adalah Ibadah
Sebagaimana telah lewat, cinta merupakan salah satu dari ibadah hati yang memiliki kedudukan tinggi dalam agama sebagaimana ibadah-ibadah yang lain. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu.” (Al-Hujurat: 7)

“Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54)

Adapun dalil dari hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah hadits Anas yang telah disebut di atas yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya.”

Macam-macam cinta
Di antara para ulama ada yang membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yang membaginya menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dalam kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114) menyatakan bahwa cinta ada empat macam:

Pertama, cinta ibadah.
Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yang dicintai-Nya, dengan dalil ayat dan hadits di atas.

Kedua, cinta syirik.
Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Ketiga, cinta maksiat.
Yaitu cinta yang akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang sangat.” (Al-Fajr: 20)

Keempat, cinta tabiat.
Seperti cinta kepada anak, keluarga, diri, harta dan perkara lain yang dibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Ketika mereka (saudara-saudara Yusuf ‘alaihis salam) berkata: ‘Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapak kita daripada kita.” (Yusuf: 8)

Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban, maka berubahlah menjadi cinta maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lebih cinta kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih, maka cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.

Buah cinta
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu mengatakan:
“Ketahuilah bahwa yang menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di dunia dan di akhirat.” (Majmu’ Fatawa, 1/95)

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu menyatakan:
“Dasar tauhid dan ruhnya adalah keikhlasan dalam mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya, bahkan cinta itu merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya juga sempurna.” (Al-Qaulus Sadid, hal. 110)

Bila kita ditanya bagaimana hukumnya cinta kepada selain Allah? Maka kita tidak boleh mengatakan haram dengan spontan atau mengatakan boleh secara global, akan tetapi jawabannya perlu dirinci.

Pertama, bila dia mencintai selain Allah lebih besar atau sama dengan cintanya kepada Allah maka ini adalah cinta syirik, hukumnya jelas haram.
Kedua, bila dengan cinta kepada selain Allah menyebabkan kita terjatuh dalam maksiat maka cinta ini adalah cinta maksiat, hukumnya haram.
Ketiga, bila merupakan cinta tabiat maka yang seperti ini diperbolehkan.

Wallahu a’lam.




Sumber: www.asysyariah.com



Senin, 05 Oktober 2009

Jangan coba cinta kau katakan, jika tak yakin akan bersamanya di pelaminan

“Maka dalam hidupnya seorang lelaki harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah dia tanamkan dalam hati, pikiran dan jiwa seorang wanita. Dia harus bertanggung jawab atas terikatnya hati seorang wanita kepadanya, dia harus bertanggung jawab atas merananya seorang wanita. Padahal wanita hanya punya 1 saja cinta kepada makhluk Alloh, lalu jika seorang lelaki bermulut manis, membual, merayu member angan-angan yang tinggi kepada seorang wanita, lalu bagi sang lelaki semuanya seperti permainan dan berlalu begitu saja. Seorang lelaki pergi dari hidup seorang wanita dan hanya bilang MAAF, Apakah seorang lelaki tidak berfikir bagaimana seorang wanita bias melanjutkan hidupnya? Jika cintanya telah dia tebus dengan BUALAN KOSONG? Lalu pernahkah para lelaki itu berfikir akan perbuatan mereka itu?
member janji seenaknya, lalu pergi tanpa beban….
ehm….Sungguh perkara yang sulit ku mengerti...”
Begitulah is isms yang panjang dari seorang teman, yang mungkin dia mengirimkan padaku dalam rangka curhat. Dan dari sms itu kudapatkan suatu pembelajaran baru bahwa sebagai seorang lelaki jangan terlalu mudah berkata cinta kepada seorang wanita jikalau tak yakin akan sampai di pelaminan bersamanya. Dan para lelaki jangan bangga dengan banyaknya mantan pacar, karena ketika memutuskan pacarmu maka kau telah tinggalkan perih di hati wanita itu yang butuh waktu lama baru bisa terobati. Akan hal ini saya teringat salah satu tulisan ustadz Anis Matta yang kurang lebih seperti ini “ Lupakan cinta yang tak berujung pada bersatunya jiwa, karena hal itu hanya akan membuat hati merana.”

Ketika ada seorang lelaki berkata kepada seorang wanita “aku cinta padamu…” dan sang wanita menimpali “ ah...gombal...” boleh jadi benar apa yang dikatakan sang wanita, dan kemudian sang lelaki berkata lagi “ sungguh pernytaanku tulus dari dalam hati” nah biasanya kalau sudah begini sang wanita akan tersanjung dan tersipu malu, namun pernyataan sang lelaki tadi walaupun berhasil membuat sang wanita tesipu malu, pernyataan itu adalah pernyataan cinta yang semu, mengapa semu? Karena mereka berdua tidak dalam ikatan pernikahan, mereka berdua saling mengungkapkan cinta pada saat yang belum tepat dan pada orang yang belum halal baginya.

Lain halnya cerita salah satu sahabat baik saya berikut ini : sahabat saya (lelaki) setelah menikahi wanita pujaan hatinya, dia bercerita pada saya –yang entah dia sedang mengompori, memotivasi atau hanya berbagi pengalaman- suatu ketika dia berkata kepada istrinya “dik, kamu cantik dech, aku makin cinta sama kamu” sembari tersipu malu sang istri menjawab “mas ini...gombal ah...” lalu sahabat saya ini berkata lagi “ ya kan emang butuh gombal (kain bekas) biar bisa ku gosok cintamu agar lebih mengkilap”, entah setelah itu tak tahu bagaimana reaksi sang istri, karena sebelum kuutarakan pertanyaan itu sahabatku ini keburu dipanggil atasannya.Ehm...romantisme dua sejoli yang saling mengekspresikan cinta mereka dalam ikatan suci pernikahan, sang suami memuji, sang istri mempertanyakannya kembali bukan karena suatu keraguan tetapi berharap penegasan akan pujian dari sang suami.

Dari dua kisah diatas bisa kita tarik suatu kesimpulan bahwa jangan coba mengatakan cinta ketika tak yakin akan bersamanya dalam ikatan pernikahan, karena dalam ikatan pernikahan itulah cinta akan terasa indah dan datangkan barokah,InsyaAlloh.

Ikan Kecil Dan Air

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang bincang di tepi sungai. Kata ayah kepada anaknya, "Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati."

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, "Hai, tahukah kamu dimana air? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati."

Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, "Dimanakah air?"

Jawab ikan sepuh, "Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati." Apa arti cerita tersebut bagi kita. Manusia kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya


sumber : www.alhikmah-online.com

Apakah darah Najis?

Dikutip dari : Mengenal Najis oleh Abu Ubaidah Al Atsari

Berikut ini kami uraikan beberapa barang yang dianggap oleh sebagian kaum
muslimin termasuk kategori najis padahal tidak demikian.

Darah selain darah haidh. Barangsiapa yang menyamakan antara hukum darah haidh
dengan darah lainnya, seperti darah manusia atau darah binatang, maka dia
telah jatuh dalam kesalahan yang fatal. Hal ini dikarenakan dalil berikut:

a) Dalil pertama:

Asal segala sesuatu adalah suci, tidak boleh dipalingkan kecuali dengan dalil
yang kuat. Padahal tidak ada satu dalilpun yang menyatakan bahwa seluruh darah
adalah najis.

b) Dalil kedua:

Kisah seorang sahabat Anshor yang dipanah oleh orang musyrik dengan tiga panah
ketika dia sedang menjalankan ibadah shalat, sahabat tersebut tetap meneruskan
shalatnya padahal darah mengalir dan membasahi tubuhnya. Kejadian tersebut
terjadi pada perang Dzat Riqo'. 28

Zhohir hadits ini, bahwasanya Nabi mengetahui kejadian tersebut. Sebab, amat
mustahil sekali Nabi tidak mengetahui kejadian tersebut. Kalau memang benar
demikian adanya, maka ini termasuk taqrir (persetujuan) Nabi. Seandainya darah
itu najis dan membatalkan shalat, tentu Nabi tidak akan menunda penjelasan.
Dan seandainya toh memang Nabi tidak mengetahui kejadian tersebut, tetapi
mungkinkah Allah tidak mengetahuinya?

c) Dalil ketiga:

Dari Muhammad bin Sirin dari Yahya bin Al-Jazzar berkata, Ibnu Mas'ud pernah
shalat sedangkan di perutnya terdapat kotoran dan darah domba yang
disembelihnya, dan beliau tidak berwudhu' lagi. 29

d) Dalil keempat:

Hasan Basri berkata, "Kaum muslimin senantiasa shalat dengan luka-luka
mereka." 30

Kesimpulannya, Imam Syaukani berkata, Apabila masalah ini telah jelas bagi
anda, maka anda dapat mengetahui bahwa kaidah hukum asal darah adalah suci.
Karena tidak ada dalil yang kuat untuk menajiskannya. 31

28HR. Bukhari secara mu'allaq (1/375). Al-Ha_dz berkata, Dan diriwayatkan
Ahmad, Abu Dawud, Daruqutni dan dishahihkan Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan
Al-Hakim.

29Diriwayatkan Abdur Rozaq dalam Al-Mushannaf (1/125); Ibnu Abi Syaibah
(1/392); Thabrani dalam Mu'jamul Kabir (9/284) dengan sanad yang shahiih.
Lihat Silsilah Ahadits Shahihah juz 1 hal. 605-608 dan Tamamul Minnah hal.
51-52 karya Al-Albani.
30Diriwayatkan Bukhari dalam Shahihnya secara mu'allaq.

31Sailul Jarar (1/44).

Sumber : http://source.bcc.or.id/download/index.php?dir=vbaitullah.or.id/ebooks/

Selasa, 15 September 2009

Untukku dan untukmu saudaraku

Bergoyang dedaunan tertiup angin malam
semilirnya mainkan indah simphoni nyanyian alam
kupandang langit nan jauh diatas sana
indah berhiaskan kemilau bintang dan teduhnya sinar rembulan
termangu, terpaku ku berdiri menerawang
menikmati, dan mentadaburi keMaha Besaran ilahi
hingga perlahan namun pasti kesyukuran memenuhi rongga hati

Tapak-tapak kaki kulangkahkan pasti
mencari dan mengambil air wudhu tuk basuh diri
ku hamparkan sajadah…
berdiri, ruku, sujud dalam sunyi di heningnya sepertiga malam
untaian dzikir terdengar merdu hadirkan ketenangan hati
bersimpuhku mengakui dosa dan kelemahan diri
air mata mengalir membasahi pipi
kuangkat kedua tanganku memohon padaMu Yaa Illahi Robbi
ampuniku atas segala khilaf dan dosa diri ini
Ya Alloh…indah dan tenang rasa hati ini

saudaraku….
di saat orang terlelap dalam pembaringan
terbuai indahnya mimpi dalam harapan
kita bersimpuh dan memohon di keheningan sepertiga malam
saat dimana Alloh Subhanahu wa ta’ala turun ke langit dunia
mengijabah doa hamba-hambaNya yang meminta

Saudaraku…
ijinkanku mengajakmu tuk temaniku
temaniku tuk bersimpuh menyembah dan berdoa kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala
dalam hening dan indahnya sepertiga malam yang terakhir….

Senin, 07 September 2009

Sssttttt……. Ada yang ingin Ku Katakan ” Saatnya Untuk Kita Menikah “



Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Al Jakarty
Melihat prilaku menunda menikah tanpa alasan syar’i ditengah-tengah kaum muslimin baik dengan alasan menyelesaikan kuliah, karir atau alasan tidak syar’i lainnya menjadi salah satu sebab dari banyak sebab tersebarnya kemaksiatan onani, zina bahkan liwath (homo dan lesbi), Naudzubillah, dibarengi kemaksiatan buka aurat, ikhtilat tersebarnya pornografi membuat kerusakkan diatas kerusakkan, menambah tersebar luasnya kemaksiatan. Sebuah fenomena yang membuat lisan ini berucap semoga Allah menjaga kita semua. amin. Sambil berfikir apa yang harus ku tulis disecarik kertas ini, sebagai nasehat untuk kaum muslimin. Ku coba awali dengan sebuah doa dengan berkata semoga Allah memberi hidayah dan menjaga kita semua…amin
Wahai kaum muslimin……..
Tidak tahukah kalian bahwa diantara penyebab kemaksiatan onani, perzinahan bahkan perbuatan liwat (homo dan lesbi) adalah akibat menunda nikah karena karir, kuliah atau tanpa alasan syari’i lainnya…
Tidak khwatirkah kalian terjatuh kedalamnya…
Karir apa yang kalian cari…, apakah dengan mempertaruhkan agama kau raih karirmu….!!!
Bukankah keselamatan agama dan menjaga keimanan hal yang sangat terpenting bagi kita…
Lalu apa yang menghalangi kalian untuk menikah, padahal dengan menikah dapat menjaga kita dari kemaksiatan….
Wahai kaum muslimin…….
Kuhadirkan perkataan seorang ulama yang menjelaskan hukum dan manfaat menikah sebagai hadiah dariku untuk kalian, Berkata Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al-Utsaimin Rahimahullah : ” Dan berkata sebagian Ahlu Ilmi (ulama -penj) bahwasannya menikah hukummnya wajib secara mutlak karena asal perintah adalah wajib. Hal ini dikarenakan perkataan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam ” Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian mampu untuk menikah maka menikahlah ” Al-lam li ‘Amr pada asalnya di dalam ” ‘amr : perintah ” adalah wajib kecuali ada yang memalingkannya dari perintah wajib. Disamping itu bahwasannya meninggalkan menikah disertai kemampuan untuk menikah didalamnya terkandung tasyabuh (menyerupai) orang nasrani yang mereka meninggalkan menikah dengan tujuan untuk menjadi pendeta dan tasyabuh dengan selain dari kaum muslimin haram hukumnya. Dimana terdapat didalam menikah dari kebaikan yang besar dan menolak kerusakkan yang banyak, bahwasannya dengan menikah dapat lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan akan tetapi dengan adanya syarat mampu pada pendapat ini, dikarenakan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengkaitkan yang demikian itu dengan kemampuan sebagaimana perkataannya ” barangsiapa diantara kalian mampu menikah ” dan dikarenakan didalam kaidah umum, setiap kewajiban disertai dengan syarat mampu. Pendapat wajibnya nikah dalam sisiku lebih mendekati kebenaran “. ( Syarhul Mumti’ ‘Ala Zaadil Mustaq’ni, Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al Utsaimin, Kitab Nikah hal : 12 ).
Terlepas disana ada perbedaan pendapat tentang hukum menikah, akan tetapi ulama sepakat bahwa terdapat kemaslahatan yang banyak dengan menikah, diantaranya menjadi sebab terjaganya seseorang dari perbuatan maksiat.
Wahai kaum muslim…..
Bagaimana jika…(semoga Allah menjaga kita semua) dengan menundanya seseorang dari menikah tanpa alasan syar’i sebab terjatuh kedalam perbuatan zina, padahal Allah Ta’ala berfirman

وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Artinya : ” Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al-Isra’ : 32)
Berkata Syaikh As-Sa’di Rahimahullah ” Larangan mendekati zina lebih mengena daripada sekedar larangan berbuat zina, dikarenakan yang demikian itu mencakup larangan dari segala muqadimah zina dan perkara yang mendekatkannya.“ ( Tafsir Ar Karimur Rahman, Syaikh As-Sa’di )
Allah Ta’ala juga berfirman pada ayat lain
وَالَّذِينَ لا يَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
” Dan orang-orang yang tidak menyembah sesembahan yang lain berserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)…….. “ ( Qs. Al Furqan 67 – 68 )
Berkata Syaikh Sa’di Rahimahullah : ” Dan nash firman Allah Ta’ala tentang ketiga dosa ini merupakan dosa besar yang paling besar, perbuatan syirik didalamnya terdapat merusak agama, membunuh didalamnya terdapat merusak badan dan zina didalamnya terdapat merusak kehormatan” ( Silahkan lihat Taisirul Karimur Rahman )
Apalagi jika sampai terjatuh kedalam perbuatan liwath, Naudzubillah. Sebuah dosa yang sangat besar, sebuah kekejian yang sangat keji. Sebagaimna Allah Ta’ala berfirman :
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ
” Dan (Kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, ” mengapa kamu melakukan perbuatan keji (liwath), yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (didunia ini) “ ( Qs. Al A’raaf : 80 )
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ” Tidak ada yang paling aku takutkan daripada ketakutanku kepada kalian atas perbuatan kaum luth “ ( HR. Ahmad, tirmidzi dan dari Sahabat Ibnu Abbas Radiyallahu ‘Anhu dishahihkan oleh Syaikh Al – Al Bani Rahimaullah)
Berkata Imam Adz-Zhahabi Rahimahullah : ” Liwath (homo/lesbi) lebih keji dan jelek dari perbuatan zina “ ( Al Kabaair Imam Adz Zhahabi )
Siapa yang menjamin kita akan selamat dari perbuatan maksiat….
Apakah karena karir kau pertaruhkan agamamu ….
Apakah karena mempriroritaskan kuliah dengan ikhtilat kau pertaruhkan kejernihan hatimu….
Apakah karena karir dikantor atau aktivitas profesimu dengan kemaksiatan ikhtilat atau kemaksiatan yang ada didalamnya kau ambil resiko yang membahayakan agamamu dengan menunda menikah…
Tidak inginkah kita hidup dengan kehidupan sempurna sebagai seorang manusia dengan didampingi seorang istri sholehah atau ditemani seorang suami sholeh……..
Tidak inginkah kita merasakan hidup sakinah dengan ditemani seorang istri penyayang lagi penurut atau suami penyabar lagi bijaksana….
Tidak inginkah kita bahagia sebagaimana kebahagian seorang suami istri yang menggandeng buah hatinya pergi kemajelis ilmu…..
Tidak inginkah kita bahagia sebagaimana kebahagian keluarga fulan yang bercanda dengan buah hatinya…..
Tidak inginkah kita bahagia ketika kening kita dikecup anak-anak kita sebagaimana kebahagian sepasang suami istri yang dikecup keningnya oleh buah hatinya sambil berkata : ” Ummi….. Abi… Abdurrahman berangkat dulu yah, sekarang ada setoran Juz Amma sama Ustadz…
Jawablah wahai kaum muslimin….

Kalau kalian ingin bahagia sebagaimana mereka bahagia, kalau kalian ingin menjaga agama kalian sebagaimana mereka menjaga agamanya, lalu apa yang menjadi alasan kalian untuk menunda nikah tanpa alasan syar’i. Apakah kalian merasa aman dengan kemaksiatan yang telah tersebar, yang banyak orang terjatuh kedalamnya. Tahukah kalian yang menjadi alasan kekhawatiran Nabi Ibrahim ‘Alaihissallam akan dirinya terjatuh kedalam perbuatan penyembahan berhala, sehingga beliau berdoa kepada Allah agar dijauhi dari penyembahan berhala, yaitu dikarenakan banyaknya orang yang terjatuh kedalam perbuatan tersebut. Bukankah Allah Ta’ala berfirman mengkabarkan tentang doa Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأَصْنَامَ
” dan jauhkanlah aku berserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala ” ( Qs. Ibrahim : 35 ).
Berkata Syaikh Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah : ” Ketika Nabi Ibrahim merasa takut terhadap dirinya, maka beliaupun berdoa kepada Rabbnya agar di teguhkan diatas agama tauhid dan agar tidak dipalingkan hatinya sebagaimana dipalingkannya mereka. Karena beliau adalah seorang manusia seperti mereka dan seorang manusia tidaklah merasa aman dari fitnah “ ( Durus Nawaqidul Islam, Syaikh Shaleh Al Fauzan : 37)
Wahai saudaraku fillah, semoga Allah menjaga kita semua.
Tak tahukah kalian, bahwa disana ada seorang akhwat yang karena sangat takutnya terjatuh kedalam perbuatan maksiat atau karena khawatir terhadap keselamatan agamanya dia selalu berdoa ” Ya Allah jauhkanlah aku dari perbuatan maksiat dan karuniakanlah kepada diriku seorang suami sholeh “
Wahai ukhti fillah, tak tahukah kalian bahwa disana ada seorang ikhwan yang karena khawatir terjatuh kedalam perbuatan maksiat dia isi waktu terkabulnya doa dengan berdoa ” Ya Allah jauhkanlah aku dari perbuatan maksiat dan karuniakanlah kepada diriku seorang istri sholehah “
Wahai saudaraku fillah, bagaimana kalau ikhwan atau akhwat tersebut terjatuh kedalam perbuatan maksiat, lalu bagaimana kalau kita yang berada pada kondisi mereka. Bukankah kita merasa sedih kalau kita berbuat maksiat apakah kita tidak merasa sedih kalau saudara kita terjatuh kedalam perbuatan maksiat, lalu dimana ta’awun kita terhadap saudara kita, Bukankah Allah Ta’ala berfirman
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
” dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan “ ( Qs. Maidah : 2 )
Bukankah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ” Dan Allah akan menolong hambanya apabila hambanya menolong saudaranya ” (HR. Muslim dari Sahabat Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu )
Berkata Syaikh Shaleh Alu Syaikh Hafidzahullah : ” Didalam hadist ini terdapat anjuran kepada seseorang untuk menolong saudaranya dengan sebesar – besar anjuran, anjuran bahwasannya seorang hamba apabila menolong saudaranya maka Allah akan menolongnya, apabila kamu membantu kebutuhan saudaramu, Allah akan membantu kebutuhanmu, jika kamu membantu kaum muslimin, dan suatu saat kamu butuh bantuan maka Allah akan membantumu dan ini keutamaan dan pahala yang sangat besar “ ( Syarh Arbain Nawawi, Syaikh Sholeh Alu Syaikh : 391 )
Wahai saudaraku adakah yang lebih besar dari ta’awun yang dengan sebab ta’awun kita dapat menjadi sebab selamatnya saudara kita dari kemaksiatan…..Jawablah wahai saudaraku fillah…..
Karena dengan menikahnya dirimu, maka engkau sedang ta’awun dengan istri atau suamimu, karena dengan menikahnya dirimu menjadi sebab terjaganya seorang istri atau suami kedalam perbuatan maksiat. Berkata Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al-Utsaimin Rahimahullah : ” Diantara keutamaan menikah adalah dengan menikah dapat menjaga kemaluan dirinya dan istrinya dan menjaga pandangannya dan pandangan istrinya, kemudian setelah keutamaan itu lalu dalam rangka memenuhi kebutuhan syahwatnya ” ( Syarhul Mumti’ Jilid 12 hal : 10 )
Berkata Syaikh Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah : “ Wahai manusia bertaqwalah kalian kepada Allah dan ketahuilah bahwa menikah terkandung didalamya kebaikkan yang sangat banyak, diantaranya kesucian suami istri dan terjaganya mereka dari terjatuh kedalam perbuatan maksiat, Rasullullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ” Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian yang mampu menikah maka menikahlah dikarenakan dengan menikah dapat lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan “ Al Hadist ( Khutbatul Mimbariyah Fil Munaasibaatil ‘Asriyah, Syaikh Shaleh Al Fauzan : 242 )
Mungkin diantara kalian ada yang berkata, saya belum mau menikah dan belum ada pikiran kearah sana, maka saya katakan semoga Allah menjaga kita semua dan mengkaruniakan kepada kita pendamping yang sholehah…amin, wahai saudara ku fillah bahwa disana ada pendapat dari ulama yang mengatakan hukumnya sunnah (dianjurkan) bukan sekedar mubah (boleh) bagi orang yang tidak berkeinginan untuk menikah atau melakukan hubungan suami istri, sementara dia mampu, dan ini pendapat yang benar dikarenakan beberapa hal, diantaranya dengan menikah dia dapat menjaga agama istrinya atau menjadi sebab istrinya terjaga dari perbuatan maksiat, begitu juga dikarenakan masuk kedalam keumuman dalil tentang diajurkannya menikah ” ( Silahkan lihat Malzamah Kitab Nikah Syaikh Muhammad Bin Hizam Hafidzhullah )
Maka sudah saatnya untuk kita menikah, mencari pendamping sholehah, semanhaj, membina keluarga sakinah.
Maka sudah seharusnya kita ta’awun dengan menganjurkan orang untuk menikah dan membantunya sesuai dengan kemampuan kita.

Wahai kaum muslimin, semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua….
Tidak tahukah kalian beberapa banyak dari pemuda kaum muslimin yang terjatuh kepada perbuatan zina, sebuah dosa yang sangat besar yang pelakunya berhak dihukum 80 kali cambukkan dan diasingkan dari negerinya, Adapun kalau sudah menikah dihukum dengan dirajam sampai mati.
Tidak tahukah kalian bahkan ada yang terjatuh pada sebuah dosa yang pelakunya berhak dikenai hukuman dengan dilempar dari gedung yang paling tinggi kemudian dilempari batu, bahkan dosa liwath ini telah menyebar dinegeri ini. Naudzubillah
Tidak tahukah engkau bahwa kemaksiatan onani, ponogarafi, buka aurat, pacaran dianggap sesuatu hal yang biasa…
Wahai kaum muslimin kalau seperti ini kondisi bangsa ini, lalu apa yang menjadikan alasan kita untuk menunda nikah…….
kalau seperti ini kondisi bangsa ini lalu apa yang menjadi alasan para orangtua tidak menganjurkan anaknya untuk menikah……
Kalau seperti ini kondisi bangsa ini lalu apa yang menjadi alasan para orang tua melarang anaknya untuk segera menikah, katakanlah kepada diriku wahai kaum muslimin.
Bukankah kita menginginkan keselamatan dan kebahagiaan untuk diri kita….
Bukankah kita menginginkan keselamatan dan kebahagiaan untuk keluarga kita…
Bukankah para orangtua menginginkan keselamatan dan kebahagiaan untuk anak-anaknya…..
Bukankah kita menginginkan keselamatan dan kebahagiaan untuk kaum muslimin…
Lantas apa yang menghalangi kita untuk menikah…..
Lantas apa yang menghalangi kita untuk menganjurkan orang untuk menikah…..
Lantas apa yang menghalangi kita untuk membantu saudara kita untuk menikah…..
Bukankah Allah Ta’ala dan Rasul Nya menganjurkan kita untuk menikah, Allah Ta’ala berfirman :
فَانكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً
” Maka nikahillah perempuan yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja “ ( Qs. An Nisa’ : 3 )
Rasullullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ” Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian yang mampu menikah maka menikahlah dikarenakan dengan menikah dapat lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan dan barangsiapa tidak mampu menikah maka baginya untuk berpuasa hal itu sebagai tameng baginya “ ( HR. Bukahri dari Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘Anhu )
Berkata Syaikh Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah : ” Didalam hadist ini terdapat anjuran dari Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassalam untuk para pemuda, khususnya para pemuda kaum muslimin, dikarenakan syahwat para pemuda lebih kuat dan kebutuhan untuk menikah disisi mereka lebih banyak, karena inilah dianjurkan bagi mereka untuk menikah “ ( Tashiilul Ilmaam Bifiqhil Ahaadist Min Bulugil Maram, Jilid 4 Kitab Nikah, hal 304 )
Berkata Syaikh Abdullah Al Basam Rahimahullah : ” Setiap pernikahan ini terkandung didalamnya manfaat yang agung, yang kemanfaatan tersebut kembali kepada suami istri, anak – anak, perkumpulan (komunitas), dan agama dengan kebaikan yang banyak ” ( Taudihul Ahkam Min Bulugil Maram, Jlid 5 Kitab Nikah hal 209 )
Oleh karena itu ada yang ingin kukatakan ” Saatnya untuk kita menikah “, menjalankan perintah Allah dan Rasul Nya, membina rumah tangga sakinah semoga dengan itu Allah menjaga agama dan diri kita dari kemaksiatan.