Kamis, 31 Desember 2009

Bagai buih dilautan (Sebuah renungan akhir tahun)

Diriwayatkan dari Tqausan r.a Rasulullah SAW bersabda: “akan terjadi, bersatunya bangsa-bangsa didunia menyerbu kalian seperti sekelompok orang menyerbu makanan”. Salah seorang sahabat bertanya: “apakah karena jumlah kami dimasa itu sedikit”. Rasulullah menjawab : “jumlah kalian banyak tapi seperti buih dilautan. Allah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian dan Allah menanamkan penyakit ‘wahn’ dalam hati kalian.” Lalu ada yang bertanya lagi :“apakah penyakit ‘wahn’ itu ya rasulullah?” Beliau bersabda : “ Cinta kepada dunia dan takut mati!”.
(Silsilah hadist shahih no.958).


--------------------------------------------------------------------------------------

Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada satu permainan... Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka katalah "Pemadam!"

Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti.

Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan berbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang aneh, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham bu guru..."

"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan.

"Ibu Guru ada Qur'an, Ibu Guru akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?"
Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.
Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet .
"Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. ..
Musuh-musuh Islam tidak akan menginjak-injak anda dengan terang-terang. ..Karena tentu anda akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibuat pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan
dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan. ..."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita... "

"Kenapa mereka tidak berani terang-terang menginjak-injak Ibu Guru?" tanya murid- murid. "Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar".

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang...." Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya...

di copy paste dari : Tradisionalindo

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Malam tahun baru kemana ya?"
"Malam tahun baru enaknya ngapain ya?"
"sapa yang mau ikut malam tahun baruan ma aku..."
"bingung malam tahun baruan dimana and sama siapa?"

mungkin itu pertanyaan yang muncul di sebagian besar orang dalam menyambut malam tahun baru, atau barangkali pertanyaan-pertanyaan itu sudah tidak lagi muncul karena sudah ada rencana yang sudah disiapkan jauh-jauh hari untuk merayakan pergantian tahun masehi ini.

Saudara-saudariku yang dimuliakan Alloh Subhanahu wa ta'ala tahun masehi akan segera berganti, sepertinya malam ini akan menjadi malam yang harus dirayakan oleh sebagian besar orang didunia tak terkecuali di Indonesia dan mungkin banyak umat muslim yang ikut merayakannya dengan penuh gegap gempita, panggung yang menyajikan para penyanyi yang meramaikan, orang-orang keluar memenuhi jalanan. Begitu juga dalam 2 bulan mendatang akan ada lagi hari yang dinanti kaum muda-mudi, valentine namanya, dan ternyata tak sedikit dari remaja umat muslim yang ikut merayakannya, mengucapkan valentine dan berjalan berduaan dengan lawan jenis yang belum halal baginya. dan banyak lagi hal yang mana umat islam telah terlena dengan budaya-budaya yang bukan budaya islam bahkan mungkin budaya Indonesia sebagai bangsa timur. Namun tidak lantas kita menyalahkan mereka yang ikut merayakan kedua hal diatas, menjadi tugas kita bersama untuk perlahan memberikan pengetahuan yang benar kepada mereka dengan lemah lembut dan dalam bahsa cinta agar apa yang kita sampaikan bisa masuk kedalam relung hati mereka. Dan tugas itu kita mulai dari diri kita, istri/suami kita, anak-anak kita dan anggota keluarga kita yang lain. Semoga artikel diatas membuka kesadaran kita semua untuk bersatu dan bangkit.

Wallohu a'lam

Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala selalu menaungi kita dengan rahmat, barokah, ampunan dan Keridhoan-Nya, dan menghindarkan kita dari penyakit wahn, serta mengikatkan tali ukhuwah umat muslim dengan cahaya hidayah dan cinta-Nya....Aamiin....


Maaf yang tidak berkenan, dan mohon koreksi dan silahkan dikritisi jika ada salah dari tulisan ini.

Terima kasih.

Jakarta, 31 Desember 2009


Indonesia Memanggil...Indonesia Memanggil kita kawan...!!!

by Shoutul Harokah

Singsingkan lengan baju pancangkan asa
Ukirlah hari esok pertiwi jaya
Bergandengan tangan tuk meraih ridho Alloh

Buatlah negri ini selalu tersenyum
Bahagia dan Sejahtera dalam cinta-Nya
Tiada lagi resah tiada lagi duka lara

Negeri indah Indonesia
Memanggil namamu
Menyapa nuranimu

Negeri Indah Indonesia
Menanti hadirmu
Rindukan karyamu

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sahabat...mari kita melangkah bersama tuk buat negeri ini menjadi negeri yang sejahtera dan barokah, apapun dan dimanapun peran kita saat ini tak perlulah untuk saling diperdebatkan.

Sahabat...mari kita kobarkan semangat, karena kitalah pewaris negeri ini, kitalah generasi penerus untuk memakmur dan sejahterakan negeri ini...

Sahabat...Jadilah generasi pelopor...pelopor selalu dalam hal kebaikan...
Sahabat...kita sadari jalan menuju kesana tiadalah mulus dan rata, terkadang kan kita jumpai jalan penuh gelombang dan onak duri...tetap bertahanlah sahabat...dan siap siagalah....


Allohu Akbar....Allohu Akbar....Allohu Akbar....!!!


Rindukah kita dengan Pemimpin seperti ini?

Adil, jujur, sederhana dan bijaksana. Itulah ciri khas kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Tak salah bila sejarah Islam menempatkannya sebagai ‘khalifah kelima’ yang bergelar Amirul Mukminin, setelah Khulafa Ar-Rasyidin. Pada era kepemimpinannya, Dinasti Umayyah mampu menorehkan tinta emas kejayaan yang mengharumkan nama Islam.

Khalifah pilihan itu begitu mencintai dan memperhatikan nasib rakyat yang dipimpinnya. Ia beserta seluruh keluarganya rela hidup sederhana dan menyerahkan harta kekayaannya ke baitulmal (kas negara), begitu diangkat menjadi khalifah. Khalifah Umar II pun dengan gagah berani serta tanpa pandang bulu memberantas segala bentuk praktik korupsi.


Tanpa ragu, Umar membersihkan harta kekayaan para pejabat dan keluarga Bani Umayyah yang diperoleh secara tak wajar. Ia lalu menyerahkannya ke kas negara. Semua pejabat korup dipecat. Langkah itu dilakukan khalifah demi menyejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Baginya, jabatan bukanlah alat untuk meraup kekayaan, melainkan amanah dan beban yang harus ditunaikan secara benar.

Tak seperti penguasa kebanyakan yang begitu ambisi mengincar kursi kekuasaan, Umar justru menangis ketika tahta dianugerahkan kepadanya. Meski Umar bukan berasal dari trah Bani Umayyah, keadilan dan kearifannya selama menjabat gubernur telah membuat Khalifah Sulaiman terkesan. Maka di akhir hayatnya, Sulaiman dalam surat wasiatnya memilih Umar bin Abdul Aziz sebagai penggantinya.

Setelah Khalifah Sulaiman tutup usia, Umar dilantik sebagai khalifah pada 717 M/99 H. Seluruh umat Islam di kota Damaskus pun berkumpul di masjid menantikan pengganti khalifah. Penasihat kerajaan Raja’ bin Haiwah pun segera berdiri dan membacakan surat wasiat Khalifah Sulaiman. ‘’Bangunlah wahai Umar bin Abdul- Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini,’’ ungkap Raja’.

Umar pun terkejut mendengar keputusan itu. Ia pun segera bangkit dan dengan rendah hati berkata, ‘’Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah terlebih dulu dan tak pernah aku memintanya. Sesungguhnya aku mencabut bai’at yang ada dilehermu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki.’’ Umat Islam yang berada di masjid menolak untuk mencabut ba’iatnya.

Semua bersepakat dan meminta Umar untuk menjadi khalifah. Umar pun akhirnya menerima ba’iat itu dengan berat hati. Ia menangis karena takut kepada Sang Khalik dengan ujian yang diterimanya. Beragam fasilitas dan keistimewaan yang biasa dinikmati khalifah ditolaknya. Umar memilih untuk tinggal di rumahnya.

Meski berat hati menerima jabatan khalifah, Umar menunaikan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab. Keluarganya mendukung dan selalu mengingatkan Umar untuk bekerja keras memakmurkan dan menyejahterakan rakyat. Sang anak, Abdul-Malik, tak segan-segan untuk menegur dan mengingatkan ayahnya agar bekerja keras memperhatikan negara dan rakyat yang dipimpinnya.

Selepas diangkat menjadi khalifah, Umar yang kelelahan mengurus pemakaman Khalifah Sulaiman berniat untuk tidur. ‘’Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?’’ ujar Abdul Malik. ‘’Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini,’’ jawab Umar. ‘’Lalu apa yang akan engkau lakukan ayahanda?’’ tanya sang anak. ‘’Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk shalat bersama rakyat,’ ucap Umar.

Lalu Abdul-Malik berkata, ‘’Wahai ayah, siapa yang menjamin engkau akan masih hidup sampai waktu zuhur? Padahal sekarang engkau adalah Amirul Mukminin yang bertanggung jawab untuk mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi.’’ Umar pun segera bangkit dari peraduan sembari berkata, ‘’Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di atas agamaku.’’

Umar pun bekerja keras membaktikan dirinya bagi rakyat dan umat. Pada era kepemimpinannya, Dinasti Umayyah meraih puncak kejayaan. Sayang, dia hanya memimpin dalam waktu sekejap saja, yakni dua tahun. Meski bukan berasal dari keturunan Umayyah, darah kepemimpinan memang mengalir dalam tubuh Umar bin Abdul Aziz. Ia ternyata masih keturunan dari Khalifah Umar bin Khattab. Umar bin Abdul Aziz terlahir pada tahun 63 H/ 682 di Halwan sebuah perkampungan di Mesir. Namun ada pula yang menyebutkan, Umar lahir di Madinah.

Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, Gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-Malik. Sedangkan ibunya bernama Ummu Asim binti Asim. Dari Ummu Asim-lah, darah Umar bin Khattab mengalir ditubuh Umar bin Abdul Aziz. Umar bin Khtattab meminta anak laki-lakinya Asim untuk menikahi gadis miskin dan jujur. Dari hasil pernikahan itu lahirlah seorang anak perempuan bernama Laila atau Ummu Asim.

Ummu Asim lalu menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan dan lahirlah Umar bin Abdul-Aziz. Sosok pemimpin Umar bin Abdul Aziz yang adil dan bijaksana sudah sempat dilontarkan Umar bin Khattab. Sang khalifah kedua itu sempat bermimpi melihat seorang pemuda dari keturunannya, bernama Umar, dengan kening yang cacat karena luka. Pemuda itu kelak akan menjadi pemimpin umat Islam.

Mimpi itu akhirnya terbukti. Umar bin Abdul Aziz sewaktu kecil wajahnya memang sempat tertendang kuda, sehingga bagian keningnya mengalami luka. Umar kecil dibesarkan di Madinah. Ia dibimbing sang paman bernama Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Umar tinggal di Madinah hingga sang ayah wafat.

Umar lalu dipanggil Khalifah Abdul Malik ke Damaskus dan menikah dengan anaknya bernama Fatimah. Pada 706 H, Umar diangkat menjadi Gubernur Madinah oleh Khalifah Al- Walid. Saat memimpin Madinah, Umar sempat memugar dan memperluas bangunan Masjid Nabawi. Sejak masa kepemimpinannya, Masjid Nabawi memiliki menara dan kubah. Umar tutup usia pada tahun 101 H/720 M. Syahdan, dia meninggal karena diracun. Kejujuran, keadilan, kebijaksanaan serta kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz dalam memimpin rakyat dan umat sudah sepantasnya ditiru oleh para pemimpin Muslim.

Cermin Kesahajaan Sang Khalifah

Saat Umar II terbaring sakit menjelang kematiannya, para menteri kerajaan sempat meminta agar isteri Amirul Mukminin untuk mengganti pakaian sang khalifah. Dengan rendah hati puteri Khalifah Abdul Malik berkata, ‘’Cuma itu saja pakaian yang dimiliki khalifah.’’ Hal itu begitu kontras dengan keadaan rakyatnya yang sejahtera dan kaya raya.
Khalifah pilihan itu memilih hidup bersahaja. Menjelang akhir hayatnya khalifah ditanya, ‘’Wahai Amirul Mukminin, apa yang akan engkau wasiatkan buat anakanakmu?’’ Khalifah balik bertanya, Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-apa.’’ Umar melanjutkan, ‘’Jika anak-anakku orang shaleh, Allah-lah yang mengurusnya.’’ Lalu khalifah segera memanggil buah hatinya, ‘’Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama, menjadikan kalian semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka.

Kedua,kalian miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga. Sesungguhnya wahai anak-anakku, aku telah memilih surga.’’Umar berhasil menyejahterakan rakyat di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah. Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu berkat, ‘’Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikan kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai seorangpun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyat pada waktu itu berkecukupan.’’

Abu Ubaid mengisahkan, Khalifah Umar II mengirim surat kepada Hamid bin Abdurrahman, Gubernur Irak agar membayar semua gaji dan hak rutin di provinsi itu. ‘’Saya sudah membayarkan semua gaji dan hak mereka. Namun di Baitul Mal masih banyak uang. Khalifah Umar memerintahkan. ‘’Carilah orang yang dililit utang tetapi tidak boros. Berilah ia uang untuk melunasi utangnya.’’

Abdul Hamid kembali menyurati Kalifah Umar. ‘’Saya sudah membayar utang mereka, tetapi di Baitul Mal masih banyak uang.’’ Khalifah memerintah lagi. ‘’Kalau ada orang lajang yang tidak memiliki harta lalu dia ingin menikah, nikahkan dia dan bayarlah maharnya.’’ Abdul Hamid sekali lagi menyurati Khalifah, ‘’Saya sudah menikahkan semua yang ingin nikah. Namun, di Baitul Mal ternyata masih banyak uang.’’ Adakah pemimpin seperti itu saat ini?

copy from http://www.alkisah.web.id
--------------------------------------------------------------------------------

sungguh begitu kita merindukan sosok seperti Kalifah Umar bin Abdul Aziz...kebersahajaan dan kesederhanaannya merupakan buah dari akhlak mulia yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW....

Saudara-saudariku yang dimuliakan Alloh Subhanahu wa ta'ala mari kita ceritakan kisah para nabi dan para sahabat kepada anak-anak kita, sehingga para nabi dan para sahabat menjadi tokoh idola mereka dan tertanam dalam jiwa mereka untuk dapat meniru keteladanan yang telah dicontohkan oleh para nabi dan para sahabat....

Dan mari kita berusaha untuk bisa meniru keteladanan para nabi dan para sahabat, sehingga ketika mendapat amanah untuk memimpin kita bisa memimpin dengan arif dan bijak sebagaimana para nabi memimpin kaumnya dan para sahabat melanjutkan estafet kepemimpinan itu....

Saudara-saudariku yang dimuliakan Alloh Subhanahu wa ta'ala, cukup ajarkan dan biasakan diri, istri, anak & keluarga utk larut dalam indahnya hidup sederhana, hingga kelak ketika harta dunia datang menyapa, bisa kita sikapi dgn sikap yg arif dan bijaksana, dgn meletakkan harta dunia di tangan tidak di hati, sehingga dibalik silaunya uji harta dunia kita dpt tetap hidup dlm kesederhanaan dan kebersahajaan dgn meneladani Rosululloh dan para sahabat...

Saudara-saudariku yang dimuliakan Alloh Subhanahu wa ta'ala semoga Alloh tetap menyatukan hati-hati kita dengan cinta-Nya dan dalam ketaatan kepada-Nya...


Selasa, 01 Desember 2009

Sajak Cinta


Mendefinisikan cinta memang bukan perkara mudah...
Karena makna cinta hanya dapat dipahami oleh mereka yang merasakannya...
terkadang cinta bisa menjelma menjadi berbagai rupa...
dari sebongkah karang di laut hingga semerbak wangi sekuntum bunga...
banyak lagu tercipta, bercerita tentang cinta...
namun tetap kan sulit tuk mendefinisikannya...
karena cinta terdefinisi oleh cinta itu sendiri...

Cinta…
cintalah yang warnai dunia...
cinta tak sekedar rasa...
namun ia merupakan fitrah manusia...

Cinta hadirkan banyak cerita...
ada kalanya ia hadirkan cerita bahagia...
namun tak jarang pula ia hadirkan cerita duka lara...

Cinta bukan kata benda...
bukan juga kata sifat yang tiba-tiba ada...
namun cinta adalah kata kerja...
yang harus terus diupayakan dengan kesungguhan jiwa...

Ketika cinta datang menyapa...
janganlah engkau siakan ia...
karena bisa saja kau kan menyesal nantinya...

Cinta....ya...Cinta....
Kekuatannya tak ada yang menduga...
karenanya manusia biasa bisa menjelma bak seorang pujangga...

iringilah Cinta dengan keimanan dan rasa Cinta pada-Nya...
maka kan kau dapati dari cinta itu sebuah bahagia...
bahagia yang tak hanya sementara dan kesemuan semata...