Rabu, 10 Desember 2008

Lembayung Senja

Berdiri ku disini…
Di tepian kesunyian hati…
Menatap jauh perjalanan hidup yang kan kulalui…
Bertemankan sepi diri.…
Yang entah kapan harus ku akhiri…
Berharap rindu ini bermuara di samudera hati…
Bersama arungi hari-hari…
Berdamping sang bidadari hati…
Mengaharap ridho sang ilahi…

Kusadar jalan terjal penuh aral kan menjumpai…
Namun tak ingin langkahku terhenti…
Ku tak ingin lelah tuk langkahkan kaki…
Melangkah tuk menjemput asa dan mimpi…
Tuk wujudkan niatan suci dalam hati…

Kini masih ku berdiri disini…
Terpaku dalam diam diri…
Menanti wujud niatan suci…
Hingga lembayung senja pun memayungi diri…
Di garis cakrawala hati…
Hingga sang malam menyambangi
Disinari terangnya cahaya Ilahi
Ku menanti…

Penantian…..

Dalam penatian
ku tak ingin larut dalam
kesedihan…

Dalam penantian
ku coba bertahan menghadapi
godaan…

Dalam penantian
ku mencoba bertahan dan bersabar
menghadapi segala ujian…

Dalam penantian
ku tak ingin tertahan karena
hidup harus terus berjalan…

Dalam penantian
ku coba meredam kerinduan…

Dalam penantian
ku coba tuk terus merangkai
impian…

Dalam penantian
ku harapkan suatu pengertian…

Dalam penantian
ku mohon dada ini diberi
kelapangan…

Dalam penatian
perbaikan diri sangat kuharapkan…

Dalam penantian
ku belajar kebijaksanaan…

Dalam penantian
ku ingin tetap dalam keistiqomahan…

Dalam penantian
ku mohon ampunan atas semua
kekhilafan…

Dalam penatian
ku inginkan bertambah kedekatan
dengan-Mu Tuhan…

Dalam penantian
ku menunggu saat yang kuharapkan…

Saat ketika bidadari hati
mendampingi diri menjalani hari-hari…
Bersama samudra hidup kita arungi…
Dibawah naungan ridho Ilahi…

Selasa, 09 Desember 2008

Indahnya Pelangi Persahabatan Itu...

Pagi ketika kubuka email, selalu saja ada inbox yang masuk ke emailku ini, dan kebanyakan adalah email dari kawan-kawan yang dulu bersama berjuang menjemput asa di Jogja, berita sedih, bahagia itulah isi email kawan-kawanku, namun jangan ditanya mana yang lebih banyak porsinya, sudah pasti kabar bahagia adalah jawabannya. Terkadang tersenyum, bahkan sampai tertawa sendiri didepan komputer ketika kubaca isi dari email kawan-kawanku ini. Mengingat masa-masa kuliah dahulu selintas pikiranku melayang pada sebuah Novel yang telah menjadi Best Seller karya Andrea Hirata berjudul “Laskar Pelangi”. Sebuah novel yang didalamnya menceritakan tentang indahnya sebuah persahabatan, sehingga guru mereka pun memberi julukan kepada anak didiknya yang hanya berjumlah 10 orang itu sebagai “Laskar Pelangi”.

Pelangi....
sebuah fenomena alam yang indah, dan membuat mata siapapun yang memandangnya takjub akan kehadirannya...sebuah fenomena alam yang menunjukkan betapa Maha Kuasa dan Maha Besar Alloh subhanahu wa ta’ala.
Inilah mengapa bu Muslimah menyebut Ikal dan teman-temannya sebagai “Laskar Pelangi” dalam novel itu, karena memang tak dapat dipungkiri bahwa persahabatan itu indah seperti pelangi...

terdiri dari warna-warna yang berbeda namun mereka bersatu padu membentuk sebuah harmoni yang sungguh luar biasa di alam raya ini. Tak ubahnya kita yang terdiri dari berbagai orang dengan sifat, karakter dan warna yang berbeda dan begitu beragam pada masing-masing individunya. Banyakkah perbedaan yang ada? Tentu banyak, namun bukan banyaknya perbedaan itu membuat kita saling menjauh satu sama lain, tetapi perbedaan itulah yang semakin merekatkan kita dalam satu Cahaya Persahabatan yang berkilauan di sebuah kampus kecil bernama Balai Diklat Keuangan (BDK) III Jogjakarta, dan cahaya itu kini berpendar membentuk harmoni layaknya sebuah Pelangi. Ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu, mungkin itulah cerminan perbedaan dan keberagaman yang ada diantara kita. Namun, apa yang terlihat di atas langit sana dengan adanya perbedaan itu kawan?
Indah kawan, sungguh indah, sungguh menakjubkan dan sungguh mengagumkan...Sebuah pelangi dengan perbedaan warna yang ada didalamnya itu melengkung di langit atas sana, menciptakan suatu harmonisasi baru di luasnya sang mega...

Dan kini seperti halnya cahaya putih yang berpendar seperti pelangi, begitu pula Cahaya Persahabatan yang telah mulai bersinar di BDK III Jogjakarta, dia pun berpendar membentuk sebuah pelangi...ya, pelangi kawan, Pelangi Persahabatan. Pelangi yang muncul di langit kota Jogjakarta yang penuh kenangan dan kebersahajaan, Pelangi yang muncul diantara tawa riang dan tangis sendu kita, Pelangi yang kini telah menghiasi salah satu sudut langit hatiku. Indah kawan...sungguh indah....harapku pelangi itupun menghiasi sudut-sudut langit hati kalian.

Itulah kalian kawan, kalianlah pelangi yang muncul di BDK III Jogja itu, kalianlah Pelangi yang telah buat hidupku penuh dengan warna-warni....
Pelangi yang warna-warninya bangkitkan semangat positif.....
Pelangi yang warna-warninya buatku berusaha untuk terus menjadi pribadi yang baik dari hari ke hari...

Harapku janganlah kalian lupakan keindahan Pelangi yang terbentuk dari berpendarnya Cahaya Persahabatan Kita kawan...

Jika muncul Pelangi di luasnya mega, bayangkan kenangan akan senyum bahagia di raut wajah kawanmu, hingga senyum itu tebarkan warna-warni indah di langit hatimu seperti indahnya pelangi diangkasa sana...

Jakarta, 9 Desember 2008 15.31 WIB
ketika kubaca email kalian dan tak sadar warna-warni indah sang pelangi itu muncul dengan anggunnya di langit hatiku...


teruntuk kawan-kawanku yang telah indahkan langit hatiku dengan keberagaman sifat dan tingkah kalian...

Senin, 01 Desember 2008

Ibu

Ibu...
Bagiku engkau adalah manusia yang istimewa
Walau ketika berada didekatmu seperti terasa biasa saja
Namun kini kusadari
Saat dekat denganmu adalah saat yang harus kuresapi
Ketika ku jauh darimu
Kusadari bahwa saat bersamamu adalah saat yang selalu kunanti
Ibu...
Kini ku jauh darimu
Tak setiap hari dapat kupandangi wajahmu
Tak setiap hari dapat kunikmati masakanmu
Tak setiap hari ku dapat bersua denganmu
Namun kuyakin doamu selalu menyertaiku
Ibu...
Saat pulang tuk bersamamu adalah saat yang selalu kutunggu
Bersama adik-adik kita berkumpul dirumah yang teduh
Rumah yang penuh cinta dan hangatnya kasih sayangmu
Ibu...
Banyak ulahku memancing kesalmu
Namun lebih banyak lagi maafmu untukku
Lebih banyak lelehan air matamu
Di sepertiga malam, memohon kepada Alloh yang terbaik untukku
Ibu...
Ketika ayah pergi meninggalkan dunia yang fana ini
Tak terbendung tangismu
Tangisan seorang istri yang kehilangan belahan jiwanya
Tangisan seorang istri yang kehilangan qowwam-nya
Tangisan seorang istri yang kehilangan ayah dari anak-anaknya
Namun kau tak terhanyut dalam kesedihan
Kau bangkit menjelma menjadi ibu yang berperan sebagai ayah
Kau banting tulang mencari nafkah untuk kami anak-anakmu
Ibu...
Maafkan anakmu ini
Yang terlalu sering buatmu menahan kesal di hati
Belum banyak hal dariku yang membuatmu bahagia
Namun satu hal yang tak pernah kulupa
Doaku semoga Alloh jadikanmu ahli surga-Nya
Ibu...
Kumohon ridhoilah anakmu ini
Hingga Alloh pun ridho terhadapku
Karena engkaulah salah satu jalanku menuju surga-Nya
Ya Alloh...
berilah umur panjang yang barokah kepada ibuku
hingga ia berkesempatan melihatku bersanding dengan bidadari hatiku
hingga ia berkesempatan menggendong anak-anakku
hingga ia berkesempatan berkunjung menjadi tamu-Mu di Baitulloh
Ya Alloh...
muliakanlah ibuku di dunia dan akhirat
ampuni segala dosa-dosanya
karuniakanlah kepadanya khusnul khotimah
kumpulkanlah keluargaku bersama dengan orang-orang yang beriman di surga-Mu
Aamiin...


Teruntuk ibuku yang paling kusayang....

Ayah...

Ayah...
Kala senja menyapa selalu kutunggu kedatanganmu
Terkadang ketika langit telah berselimutkan kelamnya malam
Ibu, adik dan aku akan setia menunggumu pulang
Senang hati ini ketika kau ketuk pintu dan berucap salam
Langsung ku terhanyut dalam dekap hangatmu
Ku tak peduli kau masih berpeluh saat itu
Yang kutahu inilah saatku tuk bersamamu
Saatku tuk menggelayut dalam gendonganmu
Saatku tuk berceloteh kegiatanku hari ini padamu
Ayah...
Kini kau telah tiada
bahkan untuk menyapa adik kedua pun kau tak sempat
adik kedua hanya dapat memandangi fotomu
Ayah...
ketika kau telah tiada
ibu langsung ambil peranmu
ia banting tulang untuk mencari nafkah bagi kami anak-anaknya
satu sisi ia berperan sebagai ibu, disisi lain ia berperan sebagai ayah bagi kami
Ayah...
ku bersyukur kepada Alloh
karena ku dapat menghias rumah yang dulu kau bangunkan untuk kami
rumah yang kau bangunkan atas dasar cinta dan kasih sayang
rumah yang kau bangunkan tuk lindungi kami dari panas terik sang mentari
rumah yang kau bangunkan tuk lindungi kami dari tetesan air hujan
Ayah...
kurindu akan hadirmu
kurindu sapaanmu padaku
kurindu senyuman yang menyungging di wajahmmu
wajah yang melukiskan perjuanganmu tuk mencari nafkah untuk kami
tak jarang air mata ini mengalir di pipiku
jika ku teringat padamu
Ayah...
walau kau telah tiada kasih sayangmu dulu masih terasa
lisan ini tak kan lelah tuk doakanmu
semoga Alloh merahmatimu, mengampuni dosa-dosamu, dan meridhoimu
serta Alloh jadikanmu ahli surga-Nya
harapku Alloh kumpulkan ayah, ibu, aku dan adik-adik di surga-Nya
bersama dengan orang-orang yang beriman…
Aamiin...

Jakarta, 29 November 2008
Memoar seorang anak yang telah lama kehilangan sesosok ayah.....

Senin, 03 November 2008

My first time to Pramuka Island....



Sabtu, 1 November 2008
Selesai sholat subuh langsung ngacir ke kamar mandi, tidak seperti rutinitas biasa di hari sabtu, yang setelah sholat langsung kembali mendengkur. Ada apakah gerangan?
ehm....
ni hari ane ma temen ane dona rencana mau survey tempat ke Pulau Pramuka kepulauan seribu, Pulau yang mana bakalan ane ma temen-temen kuliah dijadiin tempat ngumpul buat lebih memupuk kebersamaan and lebih menguatkan tali ukhuwah diantara kita.
jam 05.00, sudah rapih, dan bersiap cabut ke Muara Angke....
jam 06.00, Setelah saling tunggu ma dona, sekitar kite tancap gas make RX King ke Muara Angke.
Jam 07.00, Alhamdulillah nyampe di Muara Angke, abis markir motor langsung aje loncat ke Perahu yang ke Pramuka Island, mau berangkat coy....
wah ternyata di perahu dah banyak orang bro, terpaksa ane duduk di tangga dek kapal, si dondon malah duduk diatas. Berhubung duduk di tangga dek kapal, otomatis pemandangan yang bisa diliat ya cuma orang-orang di dalam dek, ma hamparan lautan, beda ma yang duduk diatas, bisa liat gugusan pulau seribu.
Gak terasa sekitar dua setengah jam perjalanan nyampe juga kita di P. Pramuka, begitu turun ternyata penumpang kapal tadi ga cuma turis domestik, macem kita, tapi ada juga turis mancanegara (bule coy...).
Begitu nyampe, kite duduk-duduk dulu sebentar sambil photo-photo and menikmati angin dan udara pantai di deket dermaga, dirasa cukup, kite coba keliling nyari penginapan yang bakal kita pake buat tanggal 8 November nanti. Alhamdulillah dapet and bisa kita kasih DP, biar kamar kita kagak diserobot orang....
hasil kita muter-muter Pulau, maka ane simpulin klo Pulau Pramuka nie Pulau yang cocok buat nginep, coz klo dilihat dari penginapannya oke-oke, and klo untuk obyek wisata disini, klo ane kata kurang, coz pantainya kecil, and yang kita tahu disana ada Penangkaran Penyu.
Ehm, ga terasa jalan-jalan, eh tau-tau dah dhuhur, yo wis kite dhuhur di masjid dekat dermaga yang lumayan gede juga, cuma pas wudlu kaget juga, ternyata airnya asin bro, denger-denger klo disini air PAM nyalanya jam 12.00.
Setelah sholat, jalan dah kita ke dermaga nunggu perahu yang bakal mbawa kita balik ke Jakarta, and setelah nunggu ternyata kita dapet kabar klo kapal nyang bakalan ke muara angke kagak ada nyang berangkat coz, penumpangnya sedikit....
Wah bingung juga kan, tapi alhamdulillah ada nelayan nyang nawarin perahu kecilnya untuk mengantar saya, dona and orang yang mau ke jakarta, cuman mereka maunya ke Tangerang....yo wis, mau tak mau, nyang penting bisa balik ke Jakarta.
Karena make perahu kecil, ombak laut jawa kerasa bener coy! Tiga jam kita di ombang-ambing ombak sampe akhirnya nyampe juga di Tangerang, pas nyampe pas maghrib, jadi ya kita sholat maghrib di tangerang, begitu rampung sholat kita terus lanjut ke jakarta.

Jumat, 31 Oktober 2008

Air Mata Mutiara

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh
pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.

“Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”

Si ibu terdiam, sejenak, “Aku tahu bahwa itu sakit anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit terkadang masih terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan,bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap,dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga.

Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

**********

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”. Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa’ yang disantap orang atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara’.

Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja’. Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.. “Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.”

Semoga……..
(Copas dari sebuah artikel)